Sudah hampir pukul 12 malam saat aku mulai menulis ini. Mata tidak kunjung merasakan kantuk. Niat hati ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor. Tapi memang distraksi ada saja. Membuka beberapa akun media sosial, aku menemukan berita yang tengah viral berseliweran di beranda.Â
Ya, berita tentang negeri para Nabi yang masih dengan gempuran tiada henti.Â
Rafah membara. Serangan udara pada Senin (27/5/2024) yang diluncurkan Israel memicu kebakaran dahsyat. Setidaknya 45 orang tewas di sebuah kamp tenda di kota Rafah, Gaza, Â Palestina.Â
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu berdalih, serangan tersebut bukan menyasar warga sipil yang tengah berlindung di kamp pengungsian, namun menargetkan Hamas.Â
"Kami telah mengevakuasi sekitar 1 juta penduduk non-kombatan, Kami sudah berusaha keras untuk tidak menyakiti warga sipil. Namun sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," katanya.Â
Selain puluhan korban jiwa, serangan Israel di kota Rafah dapat memicu kendala besar pada pasokan bantuan perang di Paletina. Kini, rakyat Palestina tidak hanya terancam nyawa nya karena menajdi korban perang, tetapi juga karena menjadi korban kelaparan masal.
Sejak konflik antara Hamas-Israel di Gaza memanas pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan Israel di Palestina telah menyebabkan lebih dari 36.050 warga Palestina tewas dan lebih dari 81.026 terluka (menurut data Kementerian Kesehatan Gaza).
Akhirnya, aku menulis tentangmu Saudara-saudaraku, Palestina
Sudah lebih dari 6 bulan lamanya. Gaza, Palestina terus menerus mengalami penderitaan bertubi. Serangan demi serangan seperti tidak pernah ada henti. Puluhan ribu nyawa melayang. Tidak peduli apakah mereka warga sipil, kombatan, non-kombatan. Tidak pandang bulu yang menjadi korban. Entah perempuan, anak - anak, atau lansia.Â