Mohon tunggu...
Lisna Nur Chairunnisa
Lisna Nur Chairunnisa Mohon Tunggu... -

Mari menulis...^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biru

2 Mei 2012   14:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kau bertanya padaku tentang sebuah kilau, sebuah siluet dengan warna yang menurutmu amat cantik. Sebuah warna favoritmu, biru. Kala itu kau tersenyum dengan ditemani semilir harap. Bertanya tentang risau dan asa. Bagiku pertanyaanmu sungguhlah unik. Mungkin belum pernah ada yang bisa melontarkan kalimat secerdas pemikiranmu.

Kali pertama kau merona. Diterpa sebuah tiupan halus sarat makna. Saat itu kau masih belia. Tak ada ocehan cerewetmu dan gertakan galakmu. Seketika, kau bertukar tempat dengan seseorang yang bukan dirimu. Aku hampir tak mengenalimu. Kau mengganti rupamu menjadi seorang gadis anggun.

Kau mengatakan padaku tentang sebab akibat. Mendengar tuturmu, aku tersenyum geli. Rupanya adikku ini tumbuh besar tanpa aku sadari. Dia sudah mulai menyentuh sesuatu yang mengancam pikiran dan hati. Aha, jatuh cinta mungkin?

Ku luangkan waktuku untuk mendengarmu bicara, Dik. Kau bertanya padaku “mengapa simbol warna cinta itu merah jambu? aku tak suka warna itu” katamu.

Dan aku tahu apa yang akan kau bicarakan selanjutnya. Kau berkata, “Aku lebih suka warna biru” Merah jambu terlalu cengeng untukmu. Dan kau memberikan aku sebuah uraian tentang betapa lebih pantasnya biru menjadi simbol cinta.

“Biru itu lebih mengekspresikan sebuah kedamaian. Layaknya laut yang berwarna biru. Meskipun bergelombang, ia mampu memberikan satu kelembutan. Anggun” begitu katamu waktu itu.

Sebuah warna hanya simbol, Dik. Jika kau mencintai warna biru, ambillah filosofi baik warna kesukaanmu itu. Tapi jika kau bicara soal sesuatu yang selalu kau diskusikan denganku, cobalah dengarkan ocehan kecilku ini.

Sebuah rasa yang membuatmu banyak berubah itu sebenarnya tak pernah mengenal satu warna secara jelas. Ia memiliki banyak warna. Lebih dari sekedar merah jambu, hijau, abu-abu atau pun biru. Kau menyebut cinta itu biru. Kumohon, Dik cinta seperti apa yang kau dapat kini? Sebuah cinta warna biru yang mendatangkan kedamaian hatikah? Ataukah justru sesuatu yang membuatmu plus dan minus dalam waktu yang bersamaan?

Cinta itu luas makna dan pengertian. Tak hanya soal mencinta pada apa yang kita suka dan mendatangkan kesenangan. Cinta itu indah, Dik. Jika kau mau menelaah dengan bijak makna dan perjalanan cinta warna birumu. Kau akan menemukan sesuatu yang akan membuatmu lebih asing dari sekarang. Menemukan sebuah kesadaran tentang arti dari mencinta dan alasan mencinta.

Aku akan berdoa agar kau bisa menemukan cinta yang kau cari. Sesuatu yang berasal dari-Nya dan atas ridho-Nya. Sesuatu yang lebih indah dari cinta warna Birumu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun