1. Pendahuluan
Wilayah Kota Banjarmasin memiliki karakteristik geografis dan sumber daya alam yang berpotensi mendukung sektor-sektor produktif seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Banjarmasin dikenal sebagai salah satu kota di Kalimantan Selatan dengan bentang alam yang khas, terdiri dari sungai-sungai besar, lahan rawa, dan tanah subur yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan ekonomi di bidang agrikultur. Potensi ini memberikan peluang bagi sektor-sektor tersebut untuk berkontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Damanik, 2020).
Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu sektor di wilayah tertentu dengan membandingkan proporsi sektor tersebut di wilayah studi terhadap proporsi yang sama pada skala lebih luas. Apabila nilai LQ > 1, maka sektor tersebut dianggap sebagai basis atau sektor unggulan di wilayah tersebut. Analisis Shift-share merupakan metode yang digunakan untuk memetakan potensi wilayah dengan menguraikan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di suatu daerah. Metode ini membagi pertumbuhan ekonomi wilayah ke dalam tiga komponen utama, yaitu pertumbuhan nasional (p nasional), pertumbuhan sektoral (p sektoral), dan daya saing atau yang sering disebut sebagai regional share effect. Setiap komponen memiliki peran penting dalam memahami dinamika pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah.
2. Pembahasan
a. Lokasi Penelitian
- Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala, yang sebagian besar areanya terdiri dari lahan pertanian dan perairan.
- Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Banjar, yang memiliki wilayah rawa yang luas serta potensi perkebunan dan pertanian.
- Sebelah Selatan: berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjar juga, di mana terdapat berbagai aktivitas ekonomi termasuk perkebunan.
- Sebelah Barat: berbatasan kembali dengan Kabupaten Barito Kuala, yang juga berkontribusi sebagai wilayah perairan dengan potensi perikanan yang besar
b. Hasil Analisis Potensi wilayah
Hasil analisis potensi wilayah melalui metode Location Quotient (LQ) dan Shift-share menunjukkan bahwa sektor-sektor ini belum berkembang optimal, bahkan beberapa di antaranya masih tergolong tertinggal. Namun, data yang diolah melalui metode Location Quotient (LQ) dan Shift-share menunjukkan bahwa banyak sektor di Banjarmasin masih tergolong tertinggal dibandingkan dengan daerah lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain keterbatasan infrastruktur, minimnya akses terhadap teknologi, dan tekanan ekonomi yang menyebabkan alih fungsi lahan produktif untuk kebutuhan industri lain, seperti pertambangan. Alih fungsi lahan ini mengakibatkan berkurangnya luas lahan untuk pertanian dan perkebunan serta kerusakan lingkungan yang berdampak negatif pada sektor perikanan. Selain itu, faktor iklim dan cuaca juga menjadi kendala yang signifikan. Banjarmasin sering menghadapi curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir, terutama di wilayah dataran rendah dan rawa. Kondisi ini memengaruhi produktivitas sektor pertanian dan peternakan yang memerlukan stabilitas iklim untuk menjaga hasil produksi yang optimal.Â
3. Kesimpulan
- Berdasarkan hasil hitungan LQ dan ShiftShare tahun 2023 pada sektor pertanian, Perkebunan, perikanan, dan peternakan. Potensi wilayah dapat dikatakan tertinggal, keterbatasan lahan yang cocok untuk pertanian dan perkebunan di Banjarmasin. Wilayah ini didominasi oleh lahan basah atau rawa, yang kurang ideal untuk budidaya pertanian intensif. Perikanan di Banjarmasin sebagian besar dilakukan secara tradisional dan bergantung pada sungai serta rawa.
- Metode penangkapan dan budidaya ikan sering kali masih menggunakan teknik sederhana, yang berdampak pada rendahnya hasil produksi. Selain itu, kurangnya teknologi pengolahan dan distribusi membuat produk perikanan sulit untuk bertahan lama dan menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga nilai tambahnya menjadi rendah. Sektor peternakan di Banjarmasin dihadapkan pada keterbatasan lahan untuk pakan dan penggembalaan, serta risiko lingkungan seperti banjir yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Keterbatasan infrastruktur transportasi di Banjarmasin, terutama di wilayah-wilayah yang lebih terpencil, membuat aksesibilitas ke pasar menjadi sulit.
4. Saran
- Pengembangan Pertanian Lahan Basah: Karena kondisi lahan di Banjarmasin didominasi oleh rawa dan pasang surut, pemerintah dan para pemangku kepentingan perlu memfokuskan pada pengembangan pertanian yang sesuai untuk lahan basah.
- Peningkatan Infrastruktur dan Akses Pasar : Salah satu faktor penting untuk mendukung perkembangan sektor ekonomi adalah ketersediaan infrastruktur.
- Peningkatan Teknologi dan Diversifikasi Produk Perikanan: Sektor perikanan dapat ditingkatkan melalui adopsi teknologi yang lebih maju, seperti aquaculture atau budidaya perikanan yang terintegrasi dengan lahan basah.
- Pemberdayaan Komunitas dan Pelatihan Teknologi :Memberikan pelatihan kepada petani, nelayan, dan peternak terkait teknologi baru dan teknik budidaya yang lebih efisien adalah kunci untuk meningkatkan daya saing mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H