Rangkuman:
Banyak ilmuwan yang mencetuskan berbagai teori-teori mutakhir, tetapi mereka masih terjebak dalam paradigma keilmuwan mereka. Tak disadari, banyak ilmuwan terperangkap dalam madzab keilmuwan tertentu (yang mereka anut) sehingga tidak menyadari bahwa adanya entitas keilmuwan lain yang benar di luar pemikiran mereka.
Demikian halnya filsuf (ahli filsafat) dan ulama (ahli agama), mereka berpegang teguh pada keilmuwan masing-masing, tanpa mengakui kebenaran keilmuwan yang lain. Misalnya, penganut materialisme, ia hanya mengakui kehidupan di semesta sebagai sebuah materi (benda), tanpa ada hal-hal yang bersifat spiritual, sehingga ia membantah secara "ideologis" kebenaran agama. Begitu pula Karl Marx yang menegasikan agama, atau agamawan yang menegasikan Karl Marx dan kawan-kawan.
Puncak gunung es membuncah ketika Stephen Hawking, fisikawan hebat asal Inggris dengan teorinya yang sangat mutakhir dalam bukunya The Grand Design, berhasil menemukan teori tentang asal-usul dan kebenaran semesta, dimana ia berpendapat terbentuknya semesta beserta isinya tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaannya. Sebab, kosmos semesta dapat memformulasikan diri untuk mewujudkan semesta, tanpa ada campur tangan Tuhan.
Sontak teori dan pernyataan Hawking tersebut mendapat tentangan dan kecaman keras dari para agawan yang percaya Tuhan, sehingga memunculkan diskursus yang panas alias seksi. Seperti dijelaskan di atas, lagi-lagi perdebatan muncul karena masing-masing "pencari kebenaran" tidak mengakui eksistensi "pencari kebenaran" lainnya.
Sehingga, Lismanto, dalam paper ini mencoba membedah dan melakukan kritik terhadap pemikiran Hawking secara objektif dan berusaha merekonstruksi paradigma berpikir kebanyakan "para pencari kebenaran" yang menerapkan standar ganda: agamawan, filsuf, ilmuwan (scientist).
Diskusi kali ini menghadirkan Ahmad Fauzy, sosiolog dan penulis buku Agama Skizofrenia, yang juga tertarik untuk melakukan kritik terhadap konsep-konsep yang dilahirkan fisikawan kondang asal Inggris, Hawking
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H