Mohon tunggu...
endang lisna
endang lisna Mohon Tunggu... -

just ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Listrik, Tanggung Jawab Siapa?

11 November 2014   20:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gonjang ganjing defisit listrik yang terjadi di seluruh Indonesia, nampaknya makin meluas saja. Mengutip kata-kata Presiden Jokowi di salah satu berita online, semua sekarang teriak kekurangan listrik.. dari Sumatera, Sulawesi sampai Kalimantan.

Sebagai orang awam tentang kebijakan pemerintah, sebenernya siapa sih yang paling bertanggung jawab atas defisit listrik yang terjadi sekarang? Berhubung saya berada di Sumatera Utara, saya akan bercerita mengenai defisit listrik yang terjadi di Sumut.

Kebetulan saya salah seorang karyawati di PT Inalum, dimana untuk keperluan produksinya perusahaan memakai listrik sendiri dengan memanfaatkan air danau toba . Sehingga di kompleks perumahan kami bisa di bilang tidak pernah mati lampu, kecuali ada perbaikan atau kerusakan. Biasanya juga kalau mau mati listik akan ada pengumuman lebih dahulu. Pun tidak lebih dari 3 jam.

Sejak status menjadi BUMN, semakin gencar pengalihan listrik dari Inalum ke PLN. Apalagi sejak menteri BUMN datang melihat sendiri bagaimana proses produksi Aluminum berjalan. Setelah melihat pabrik Inalum di Batubara, ibu menteri sempat berubah sikap, tidak akan mengganggu kinerja Inalum. Sehingga manajemen memberitahu ke karyawan tentang berita gembira ini. Eh, belum lagi sehari karyawan gembira dengan berita ini, malah tertulis di berita kalau Inalum tetap akan menyalurkan 210 MW listrik ke PLN. Ibu menteri bilang, Inalum tetap akan untung Rp. 1,9 Triliun tiap tahun hanya dari menjual listrik ke PLN. Ditambah dengan produksi yang masih berjalan setengah, dengan perhitungan beliau, Inalum tetap akan untung berlipat ganda. Tanpa ada pengurangan karyawan. Duh!! Itu kali kali dari mana bu. Tahukan nggak, kalau listrik Inalum di ambil 300 MW (Selama ini Inalum telah menyalurkan 90MW ke PLN sejak tahun 2004), tungku produksi akan terpangkas 50 %? tungku yang tadinya beroperasi sebanyak lebih kurang 500 an, tinggal 240 an. Kalau untuk menghidupkan kembali 1 tungku memerlukan biaya $ 250.000 , berapa total dana yang akan dikeluarkan untuk menghidupkan kembali 240 tungku?

Belum lagi pinalti yang akan di bayar ke vendor dalam dan luar negeri yang kontraknya terlanjur di tandatangani. Ini berlangsung untuk 3 tahun saja katanya. Benerkah? Yang mengherankan, kenapa Inalum yang jadi tumbal ketidakberesan PLN ? Gimana dengan korupsi yang terjadi di tubuh PLN? Sampai alat pembangkit lisriknya di sita Kejagung? Sudahkah ada kejelasannya? Lagipula bukanlah Inalum hanya berurusan dengan Aluminium, dan PLN berurusan dengan listrik? Ok, pekerja Inalum hanya 2000 an saja, tapi gimana dengan mitra kerja Inalum ? ada puluhan ribu orang yang bergantung dengan Inalum. Malah PLN dengan bangganya mengatakan, listrik dari Inalum akan di alokasikan ke mall, hotel dan perumahan elit. Wadohhh....lebih parah lagi. Kalau memang untuk industri juga, kenapa industri yang sudah berjalan dengan baik malah dimatikan? Selama ini Inalum sangat-sangat sehat. Malah banyak menghasilkan devisa untuk negara. Harusnya mall dan hotel tersebut pada saat beban puncak menyediakan genset sendiri. Kalau memang Inalum harus menyediakan listrik ke PLN, mau nggak mau, suka nggak suka, akan banyak karyawan yang tidak produktif. Bukan tidak mungkin, akan terjadi pengurangan karyawan kedepannya. Baru kali ini dalam sejarah dunia, perusahaan sehat mem-PHK kan karyawannya. Semoga pemerintah bisa arif menyikapi krisis listrik yang terjadi di Sumatera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun