Liburan natal tahun 2022 dan tahun baru 2023 sangat menyenangkan.
Bukan karena mendapatkan hadiah atau doorprize, atau staycation di tempat yang menarik dan instagrammable tetapi karena ibu saya pada akhirnya menerapkan kebiasan memilah sampah.
Bulan Desember lalu, saya menghabiskan liburan di kampung halaman di rumah orangtua. Saya sampai di rumah sekitar pukul 09:0PM WIB. Seperti biasa, kalau berkunjung ke rumah orangtua, tempat yang selalu saya tuju pertama sekali setelah meletakkan barang-barang bawaan adalah dapur. Apalagi yang mau dicari kalau bukan makanan.Â
Sebanyak apapun makanan yang dinikmati sepanjang perjalanan, janggal rasanya jika tidak icip makanan yang tersimpan di dapur Ibu. Kesenangan akan semakin bertambah, jika kebetulan saja, makanan favorit sudah tersedia.Â
Saat membuka lemari persediaan makanan, saya menemukan buah pisang dan jeruk. Membawa satu buah pisang dan satu buah jeruk kembali bersama dengan ayah ibu ke ruang keluarga, untuk bercerita tentang perjalanan yang melelahkan.Â
Setelah istirahat ngobrol santai sekitar 20 menit, ibu kemudian menyuruh saya untuk mandi. Sebelum mandi, kembali saya menuju ke dapur untuk membuang kulit pisang dan kulit jeruk. Saya melihat dua jenis keranjang sampah dengan warna yang berbeda.Â
Saya mengamati isinya yang satu berisikan sampah plastik dan kertas dan satunya lagi berisikan kulit buah, bawang, dan sisa irisan sayuran. Langsung saja hati ini sangat bahagia ketika menyadari bahwa ibu saya memiliki kebisaan yang baik memilah sampah.Â
Saya kembali lagi ke ruangan dimana ayah dan ibu masih menikmati siaran televisi, dan menanyakan terkait kedua tempat sampah yang ada di dapur. Ibu kemudian menjelaskan bahwa kebiasaan tersebut baru beliau mulai awal tahun 2022. Wajar saja saya tidak tahu, karena kebiasaan beliau itu dimulai sejak semua anak-anaknya sudah meninggalkan rumah pada awal tahun 2022 juga.Â
Lalu saya menanyakan alasan kenapa ibu akhirnya memiliki kebiasaan tersebut.
Ternyata, sudah sejak lama ingin memiliki kebiasaan memilah sampah, tapi selalu lupa untuk menyediakan tempat sampah untuk 2 jenis sampah yaitu yang membusuk dan tidak membusuk atau sering disebut sampah organik dan sampah anorganik.Â
Alasan lainnya adalah, karena ibu saya memang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan isu kelestarian lingkungan. Menurutnya, sampah organik itu bisa diolah setidaknya menjadi pupuk organik. Sehingga, sejak kebiasaan memilah sampah diterapkan, ibu akhirnya memiliki tumpukan pupuk organik yang digunakannya sebagai nutrisi untuk tanaman buah-buahan yang ada di belakang rumah.Â
Akhirnya, dari keranjang sampah ibu, cerita kami panjang lebar dan saya bercerita tentang riset saya yang juga berkaitan dengan manajemen sampah makanan di Kota Salatiga tempat dimana aku bekerja.Â
Lalu, saya bertanya, apakah Ibu membaca buku hasil penelitian tim saya? karena, saya memang membagikan link google play nya di grup keluarga saya. Namun, ibu saya berkata, keinginannya mengolah sampah makanan dengan terlebih dahulu melakukan pemilahan sampah rumah tangga bukan karena buku tersebut. hehehe. Tapi, tentu saja saya sangat senang, mengagumi dan memuji ibu atas kebiasaan barunya. Ketika saya tanya, apakah susah, beliau justru mengatakan yang paling susah dan ribet dilihat itu adalah menyaksikan sampah organik dan anorganik bercampur aduk.Â
Estimasi Bappenas (2021) bahwa sebesar 80% food waste di Indonesia ditimbulkan pada tahap konsumsi oleh rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu upaya untuk mencegah timbulan sampah makanan adalah dengan mencegahnya pada tingkat rumah tangga.Â
Langkah sederhana namun sangat penting dalam upaya pengelolaan sampah makanan adalah dengan terlebih dahulu melakukan pemilahan. Sampah organik yang sudah terpisah dari sampah anorganik tentunya lebih mudah untuk diolah karena interaksi kita terhadap sampah menjadi sedikit.Â
Bayangkan jika kita memiliki timbulan sampah yang tercampur aduk, untuk memilah organik dan anorganik tentu memerlukan waktu dan kesediaan kita untuk mencium bau yang kurang sedap serta menyentuh benda yang kotor. Situasi tersebut akan mengurangi keinginan kita untuk mengolah sampah akhirnya membuang begitu saja tercampur aduk dan tidak diolah.Â
Berdasarkan pengalaman saya, tersedianya dua jenis tempat sampah dalam setiap rumah tangga yang dikhususkan untuk organik dan anorganik meningkatkan keinginan untuk memilah sampah makanan dari sampah anorganik lainnya. Kebiasaan ini juga mendorong kebiasaan mengelola sampah organik secara mandiri.
Ayok mulai kebiasaan memilah sampah mulai dari diri anda sendiri. Memilah dan mengolah sampah makanan secara mandiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H