Komunitas petani memiliki kemauan yang kuat untuk maju namun terkadang sulit bergerak harus memulai dari mana?. Selain kebingungan untuk memulai, terkadang terdapat juga suatu keragu-raguan untuk segera mewujudkan rencana ke dalam tindakan.
Produk  pertanian adalah komoditas yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan cuaca sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menjamin ketahanan tanaman terhadap perubahan yang merugikan. Salah satu solusinya adalah dengan mengupayakan pengadaan fasilitas green house.Â
Biaya untuk pengadaan fasilitas ini tergolong tinggi meskipun dengan desain yang sederhana, belum tentu terjangkau oleh petani sehingga hanya bisa diterapkan oleh sebagian kecil petani.Â
Kesulitan mengadopsi teknologi ini juga diakibatkan oleh karakteristik petani Indonesia  yang umumnya memiliki luas lahan sedikit semakin memperkuat ketidakmungkinan instalasi green house karena akan menambah biaya usahatani yang tidak seimbang dengan penerimaan yang diperoleh dari lahan yang luasan sedikit tersebut.
Selain perubahan iklim, masalah yang dihadapi petani adalah harga input produksi terutama pupuk dan pestisida kimia yang terus meningkat. Petani juga merasa kesulitan sejak pemerintah resmi melakukan pembatasan pupuk bersubsidi hanya pada sembilan komoditas dan hanya terdapat dua jenis pupuk urea dan NPK. Â
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani terkait keberlangsungan usahatani  terkhusus di tahun depan dengan adanya resesi global yang tentu akan mempengaruhi harga semua barang tidak terkecuali pupuk,pestisida dan input prosuksi lainnya.
Pengadaan pupuk organik dan pestisida nabati diketahui sudah menjadi alternatif untuk menekan biaya pupuk dan pestisida kimia namun yang menjadi masalahnya adalah tidak semua petani menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati.Â
Perbedaan ini menimbulkan masalah besar seperti terjadi perpindahan hama dari lahan yang disemprotkan pestisida kimia menuju lahan yang tidak disemprotkan bahan kimia sehingga menimbulkan kerugian bagi petani yang mengupayakan pengurangan biaya input produksi melalui penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati.Â
Masalah yang terus memberatkan petani tidak hanya di tahap budidaya atau proses di lahan melainkan juga tahap pemasaran terutama apabila terjadi panen raya.
Masalah di atas merupakan sebagian kecil dari permasalahan pertanian yang kompleks di tanah air. Namun sebenarnya, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan adanya kelompok tani yang inovatif.Â
Pada awalnya kelompok tani dibentuk untuk efisiensi penyaluran kredit usahatani (KUT) dan program-program bantuan pemerintah. Konsekuensinya adalah semua desa harus membentuk kelompok tani. Dengan demikian eksistensi kelompok tani di perdesaan menjadi sebuah kewajiban.