Mohon tunggu...
Lishin Juvenpool
Lishin Juvenpool Mohon Tunggu... Guru - Muhlisin

magang di SMPQT 1 Pati

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

29 Mei 1985, Tragedi Heysel dalam Juvenpool

29 Mei 2015   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti tulisan yang sebelumnya saya tulis mengenai sihir yang ada dalam sepak bola, pengaruh yang super dahsyat yang terkandung dalam sepak bola memang benar adanya, dan salah satu yang tidak dapat dilupakan adalah tragedi Heysel. 29 Mei 1985, merupakan final Piala Champions (sekarang menjadi Liga Champions) yang mempertemukan antara Juventus melawan Liverpool (yang menarik disini adalah kedua klub merupakan klub yang saya cintai dalam sepak bola, sehingga lahir nama Juvenpool, yang merupakan singkatan dari Juventus-Liverpool) yang digelar di Stadion Heysel, Belgia. Final yang seharusnya menyisakan kenangan manis kini malah menjadi kenangan penuh air mata, sekitar 39 meninggal dalam tragedi tersebut.

Sekitar satu jam sebelum pertandingan dimulai terjadi gesekan antara kedua suporter, kedua suporter saling lempar batu. Diduga karena suporter pihak Liverpool kebanyakan dalam kondisi mabuk, mereka semakin panas dan hingga akhirnya mengejar pihak suporter Juventus. Karena kebetulan suporter Juventus tersebut bukan Ultras Juventus (suporter garis keras Juventus) sehingga tidak mampu untuk melawan, selain itu mereka juga kalah dalam jumlah banyak dari suporter Liverpool. Suporter Juventus yang terdesak dan tersudut di salah satu tembok stadion dan kemudian tembok tersebut roboh yang mengakibatkan 39 orang meninggal dalam peristiwa tersebut yang diantaranya terdiri dari 38 orang Italia dan 1 orang Belgia (Zaidan Almahdi, 2008).

King Kenny (julukan Kenny Dalglish) merupakan salah satu saksi mata dalam tragedi tersebut. "Kami melihat fans Italia menangis dan mereka memukul-mukul bagian luar bis ketika kami keluar meninggalkan hotel," ujar Dalglish lagi. "Ketika kami meninggalkan Brussels (Ibukota Belgia), sejumlah orang Italia marah-marah, dan memang bisa dipahami karena ada 39 rekannya yang meninggal dunia. Saya ingat betul ada seorang Italia, yang wajahnya tepat di bawah jendela tempat saya duduk. Ia menangis dan marah. Anda bisa rasakan bagaimana dia kehilangan seseorang dalam kondisi seperti itu. Anda pastinya tidak pernah berharap hal itu berakhir demikian," ujarnya lagi. (http://www.goal.com/id-ID/news/2279/editorial-liputan-khusus/2013/06/28/4063483/fokus-liverpool-dan-tragedi-heysel )

Pertandingan itu sendiri akhirnya tetap berjalan dan kemudian melahirkan Juventus sebagai juara setelah Michel Platini mencetak gol semata wayang melalui titik putih setelah dirinya dilanggar oleh salah satu pemain Liverpool.

Tragedi itu sendiri merupakan pukulan kuat dalam dunia sepak bola sehingga melahirkan hukuman bagi klub asal Inggris, mereka dilarang bermain di level Eropa selama lima tahun. Hal ini tentu saja merugikan bagi Arsenal, Manchester United, Chelsea, Everton, Tottenham Hotspur, dan juga Nottingham Forest yang kemudian mendapatkan larangan bermain di level Eropa. Sementara Liverpool sendiri dilarang bermain selama enam tahun di level Eropa.

Untuk memperingati dan mengenang tragedi ini maka dibangunlah Tugu peringatan Tragedi Heysel, tugu ini didirikan dengan total biaya mencapai £140.000. Desainernya adalah seorang seniman asal Prancis. Tugu ini diresmikan tepatnya 20 tahun setelah kejadian tersebut, yakni pada 29 Mei 2005.

Tugu ini berbentuk jam matahari, yang di sekelilingnya dihiasi dengan batu-batuan yang berasal dari Belgia dan Italia. Ada 39 lampu bersinar untuk masing-masing korban. Ada juga sebuah puisi "Funeral Blues" yang diciptakan penyair Inggris, W. H. Auden. (http://www.goal.com/id-ID/news/2279/editorial-liputan-khusus/2013/06/28/4063483/fokus-liverpool-dan-tragedi-heysel )

Pada 5 April 2005, kedua klub kembali bertemu dalam perempat final setelah 20 tahun tragedi memilukan tersebut. Sebelum pertandingan, suporter Liverpool yang berada di Spion Kop melakukan koreografi mosaik “Amizicia” yang berarti persahabatan. Memang ada penerimaan dari sebagian suporter Juventus, namun juga ada beberapa yang memang belum menerima ajakan tersebut dengan alasan kenapa ajakan tersebut baru dilakukan setelah 20 tahun. Selain itu dua legenda dari masing-masing klub, Michel Platini (legenda Juventus) dan Ian Rush (legenda Liverpool) juga tidak ketinggalan mengenang tragedi Heysel dan memberikan seruan untuk kedua suporter melalui banner yang bertuliskan “In Memory and Friendship”.

Hari ini Juvenpool memperingati tragedi Heysel, Semoga dalam sepak bola tidak ada lagi tragedi-tragedi yang memilukan, sepak bola adalah seni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun