Mohon tunggu...
Lishin Juvenpool
Lishin Juvenpool Mohon Tunggu... Guru - Muhlisin

magang di SMPQT 1 Pati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bola Sudah Tidak Menjadi Temanku...!

11 November 2014   13:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:06 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sore itu seperti biasanya, terlihat para pemain dari kesebelasan Garuda Jaya menggelar latihan rutin. Beberapa pemain memakai rompi berwarna hijau, dan sebagian lainnya memakai seragam latihan berwarna putih. Latihan yang dimulai sejak pukul 03.00 sore itu selalu dilakukan setiap hari kecuali hari jumat. Para pemain sangat antusias dengan latihan mereka, terlihat jelas peluh yang sedari tadi menetes hingga membasahi seragam mereka, namun mereka tidak memperdulikan itu. Memang benar sekali apa yang pernah dikatakan oleh salah satu tokoh kartun sepak bola Jepang, Tsubasa Ozhora, “Bola Adalah Teman”.

“Priiit,,,,priiit,,,,priiiiiiiiit,,,,,!!!!!!” suara peluit dari pelatih yang bertanda latihan sore itu telah berakhir. “semuanya boleh istirahat! Kecuali Charis, Chariis,,, kau kemari sebentar” teriak sang pelatih dengan nada kerasnya yang sudah menjadi khas pelatih Jayanto. Pelatih asal Malang yang selama ini memegang kendali kesebelasan Garuda Jaya FC memang terbilang sukses dengan raihan beberapa piala kejuaraan tingkat amatir. Pelatih Jayanto dikenal dengan teriakan-teriakan kerasnya saat berlatih ataupun saat pertandingan berlangsung, selain itu ia juga dikenal pelatih yang sangat mengedepankan kedisiplinan. Ia tidak segan-segan memarahi bahkan mengeluarkan pemain saat pemain tersebut melakukan tindakan indisipliner, sekalipun pemain tersebut adalah pemain inti yang paling berpengaruh bagi tim.

“Charis, saya kemarin dapat telepon dari manajemen Atema FC, mereka menginginkanmu untuk bergabung dengan mereka untuk menambal daya gedor mereka karena salah satu striker mereka ada yang mengalami cedera” kata pelatih yang membuat Charis seketika terkejut. “ha? Benarkah pelatih???” sambung Charis; seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan pelatih. “iya Charis” sambil memegang pundak Charis. Berita tersebut merupakan berita yang paling menggembirakan bagi Charis dalam perjalanan karirnya dalam sepak bola. Atema FC adalah salah satu klub besar yang ada di Indonesia, tentunya semua pemain ingin memakai seragam biru yang menjadi warna kebanggaan bagi Atema FC. “besok mereka akan menjemputmu dan akan langsung didaftarkan menjadi bagian dari skuad mereka dalam mengarungi paruh musim kedua di liga Indonesia ” pelatih menjelaskan kepada Charis. “siap pelatih!” jawab Charis dengan mantap.

“priiiiiiiit,,,,priiiiiiiit,,,,,,priiiiiiiiiiiiiiittt,,,,,,,,!!!!!!!” peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Atema FC melawan Persika FC, pertandingan yang melelahkan bagi Charis, ini adalah pertandingan yang ke sepuluh baginya dan belum sebiji gol pun ia ciptakan bagi Atema FC. Pihak manajemen pun gusar dengan penampilan Charis yang jauh dari harapan yang dimiliki manajemen, khususnya para suporter setia mereka. Para suporter beranggapan bahwa pihak manajemen salah besar dalam keputusannya menggaet pemain yang lahir dari liga amatir, mereka menyalahkan perekrutan terbaru mereka, Charis, yang berasal dari klub lokal daerah tersebut dan dinilai tidak mempunyai pengalaman dan mental untuk bermain di liga kasta tertinggi di Indonesia. Dan puncaknya saat pertandingan terakhir di liga Indonesia, Atema FC gagal dalam targetnya untuk menembus 3 besar, kembali suporter mendesak manajemen untuk segera melakukan perubahan dan mencari straiker lain untuk menggantikan Charis yang telah gagal memenuhi ekspektasi dari manajemen dan suporter setia Atema FC.

Goncangan besar terjadi dalam diri Charis, ia merasa menjadi orang yang paling pantas dan harus disalahkan atas kegagalan Atema FC dalam menembus tiga besar di klasemen akhir liga. “andai saja aku bisa mencetak gol bagi Atema, maka Atema akan mampu menembus tiga besar,,,,,,andai saja aku tidak menerima tawaran dari Atema untuk bergabung, mungkin Atema gak akan finish di peringkat delapan,,,,,,,aku memang salah dan aku memang pantas disalahkan” teriak Charis pada dirinya sendiri. Setelah kekecewaan yang sangat mendalam dalam dirinya yang kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran negatif yang selalu muncul dalam pikirannya hingga mood-nya semakin tertekan dengan pikiran-pikiran negatif tersebut yang kemudian membuat self regulasi yang dimilikinya melemah. “aku sudah tidak pantas menjadi seorang pesepak bola, aku sudah mengecewakan banyak orang, aku memang terlahir menjadi seorang pecundang dalam sepak bola. Aku tidak bisa menjadi orang yang bisa diandalkan, ini semua salahku. Dan sekarang bola sudah tidak lagi menjadi hidupku, bola sudah tidak lagi menjadi teman setiaku” teriakan dalam diri Charis semakin menjadi-jadi.

Dan akhirnya perjalanan karir menjadi pesepak bola professional Charis terhenti hanya setengah musim saja, ia memutuskan untuk berhenti menjadi pemain Atema FC dan kembali ke tim lamanya Garuda Jaya FC. Ia tidak mampu menahan gempuran badai yang selalu menekan dalam pikirannya sendiri dan juga lingkungan yang semakin tidak bersahabat lagi, khususnya tekanan lingkungan yang berasal dari suporter setia Atema FC.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun