"Gimana keadaan kamu, Dit?" Tanyaku pada Radit, siang ini selepas sekolah Pak Ryo mengajakku untuk mengunjungi Radit.
"Baik!" Jawabnya singkat dengan ekspresi datar dan menunduk.
"Papamu sudah menjelaskan semua ke aku."
"Papa?"
"Iya, Pak Ryo." Dan Radit kembali diam. Aku bingung harus melanjutkan percakapan bagaimana lagi.
Baca Juga: Trouble Maker (Part 5), Trouble Maker (Part 4), Trouble Maker (Part 3), Trouble Maker (Part 2), Trouble Maker (Part 1)
Pak Ryo kemudian turut berabung dalam percakapan, ia memaksa Radit untuk berbicara tapi Radit justru tak bersahabat. Seakan tak mau di bantu, di paksa bagaimanapun Radit tetap bungkam. Pak Ryo kembali keluar, mengangkat telefon dari seseorang yang nampaknya penting.
"Dit! Kamu kenapa sih nggak mau ngomong? Kami ini ada di pihak kamu, kami mau membantu kamu bebas, so please speak up dong, jangan mempersulit keadaan."
"Kalau aku ngebuka kasus ini sama saja ngelibatin Rades dalam masalah ini sedangkan Papa jauh lebih sayang ke Rades daripada aku, iyakan?"
"Kamu salah, Dit. Pak Ryo juga sayang kok sama kamu buktinya dia ngebujuk aku buat jadi saksi untuk kamu."
"Dan kamu juga tidak seharusnya datang kesini."