- Judul        : The Girl Who Saved The King Of Sweden
- Judul Asli     : Analfabeten Som Kunde Rakna
- Edisi Kedua, Cetakan Pertama Agustus 2018
- Tebal        : vi + 550 hlm; 20,5 cm
- Penerbit      :  PT. Bentang Pustaka
- Penerjemah    : Marcalais Fransisca
- Harga        : Rp. 97.000,00
- Peresensi     : Lis Liseh
Baca juga Resensi lainnya: Hak Cipta, Demi Kesejahteraan Seniman atau Alat Liberalisasi?
Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang gadis berkulit hitam, Nombeko Mayeki, yang berasal dari Soweto, perkampungan kumuh di Afrika Selatan, lahir di era apartheid tahun 1960-an. Jonasson membikin hidup si tokoh utama dengan absurdnya dapat memegang peran penting bagi keselamatan dunia dari bom atom dengan berat 850 kg, berkekuatan 3 megaton atau 12.552 petajoule yang dapat menghancurkan semua yang ada dalam radius 50 km, menurut perhitungan Nombeko sendiri.
Nombeko yang telah menjadi yatim piatu saat umurnya 10 tahun, tinggal sendiri dalam gubuk kumuh dengan bekerja sebagai penguras jamban setiap harinya. Ia tidak pernah bersekolah, itulah sebabnya ia dijuluki gadis buta huruf, seperti semua penduduk Soweto lainnya. Hidupnya berubah sejak ia menemukan 14 buah berlian dalam mulut seorang mayat lelaki bernama Thabo yang pernah mengajarinya membaca.
Diumur ke-15 Nombeko yang dipecat dari posisi managerialnya di sektor B Â sanitasi, memutuskan keluar dari Soweto untuk mengunjungi perpustakaan kota. Belum pula sampai, badannya harus remuk karena ditabrak oleh seorang insinyur yang mabuk. Karenanya, Nombeko dinyatakan bersalah dan dihukum sebelas tahun bekerja pada sang insinyur untuk membayar kerugian karena telah menabrakkan diri pada kobil insinyur. Maka ikutlah Nombeko ke sebuah laboratorium riset tempat sang insinyur diperintahkan oleh perdana menteri untuk menangani proyek mercusuar negara, merancang bom atom! Dimana seharusnya bom yang dibuat sebanyak 6, namun sang insinyur salah menghitung sehingga terdapat bom atom ke-7 yang seharusnya tidak ada. Nombeko yang begitu ahli dengan angka, kemudian terlibat perjanjian dengan agen Mossad Israel untuk menukarkan bom yang seharusnya tidak ada itu dengan 10 kg daging antelop kering, yang entah bagaimana pengirimannya tidak jadi tertukar. Nombeko tetap bersama bom atomnya saat ia melarikan diri ke Swedia.
Jonasson membuat hidup Nombeko penuh melodrama di Swedia dengan mempertemukannya pada si kembar Holger dan Holger, pemilik perusahaan bantal yang sejak kelahirannya hanya Holger satu yang diakui  keberadaannya. Holger satu memiliki satu misi yang diwariskan oleh ayahnya yang seorang republikan untuk menumpas monarki, sementara Holger dua yang telah lelah dengan kelakuan kembarannya selalu menganggap itu ide konyol. Nombeko segera merasa cocok dengan pemikiran Holger dua.
Nombeko juga bertemu dengan seorang gadis anarkis yang selalu marah pada segala sesuatu kecuali kekasihnya, Holger Satu. Atau pada tiga gadis dari Tiongkok yang ahli memalsukan gerabah antik, yang berhasil dipasangkan dengan seorang insinyur Amerika yang membangun terowongan militer di bawah gudang perusahaan bantal karena fobia terhadap CIA.
Tidak hanya kekonyolan cerita hidup Nombeko yang dapat membuat membaca Novel ini ramai oleh tawa, tapi Jonasson juga berhasil dengan gemilang menyelipkan berbagai isu politik dunia. Mulai dari sejarah monarki dunia, komunisme, rasisme, kolonialisme, perang dingin, aparteid, hingga agama, semua dibungkus secara apik dengan humor yang jujur serta sederhana, tanpa banyak istilah asing dan rangkaian kalimat yang njelimet. Jonasson sukses menyusun komposisi hampir semua karakter tokohnya menjadi begitu lucu. Penjelasan yang panjang dan mendetail memang kadang membuat bosan, tapi secara keseluruhan, kesederhanaan rangkaian kata-katanya membuat buku ini begitu outstanding!
Jonasson melakukan riset yang tidak  main-main dalam membuat novel ini kaya dengan banyak fakta ilmiah, sains, dan eksakta berkaitan dengan pembuatan bom atom dan konsep matematika yang menjadi karakter kuat yang melekat pada tokoh utamanya, Nombeko.Â
Menurut pendapat saya, Jonasson adalah penulis yang suka dengan judul panjang, sebab disetiap babnya selalu diawali dengan sub-judul yang panjang dan unik, alih-alih aneh. Yang entah bagaimana ia selalu sukses membuat segala sesuatu menjadi begitu lucu. Menusuk paha seseorang dengan gunting? Aneh. Seorang raja beserta perdana menteri dalam truk pengangkut kentang dan membuatnya berkeliling jalanan Swedia dengan bom atom? Absurd. Raja yang menanggalkan jubah kebesarannya demi menyembelih ayam dan mengganti oli mesin traktor? Sama sekali out of the box. Lebih-lebih bagaimana mungkin menemukan ide menukar bom atom dengan 10 kg daging antelop kering? Atau pada akhirnya menukar bom atom dengan mobil volvo mewah milik presiden Tiongkok? Benar-benar genius.
Jadi, jika kalian sedang mencari buku yang dapat menghantam segala sesuatu dalam tawa, maka buku ini adalah tujuanmu. Selamat menikmati percikan humor cerdasnya! Â Â