Mohon tunggu...
Lis Dhaniati
Lis Dhaniati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang ibu rumah tangga. Ibu bagi ALE, manusia kecil yang sedang antusias bertumbuh dan belajar. Tinggal di Pematangsiantar, Sumut. Mengelola blogstore www.kodimu.com dan blog bisnis www.lisdhakerjadirumah.com. Berusaha menggunakan waktu tidur anak untuk menulis :).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi IRT: Menciderai Emansipasi?

8 Agustus 2011   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi ibu rumah tangga (IRT) bukan karir impian saya. Ya doong.. Hari gini, perempuan yang bercita-cita jadi IRT yang baik malah akan dianggap aneh. Kartini saja pengin sekolah ke Belanda. Hillary Clinton pengin jadi presiden Amerika. Pratiwi Soedharmono pengin ke bulan. Sri Mulyani 'pengin' (belum ada pernyataan eksplisit untuk publik, jadi saya beri tanda kutip) jadi presiden RI.

Cita-cita yang 'high', bahkan 'beyond' (bisa membayangkan apa reaksi kaum-konservatif terhadap asa Kartini sekolah ke Belanda). Terus..... Bandingkan dengan 'jadi IRT'? Nggak level banget ya. Ibaratnya seperti bumi langit. Yang lain pengin eksis seeksis-eksisnya di ranah publik, eeeh ini malah mendomestikasi diri dalam kurungan pagar rumah.

Sia-sia deh perjuangan Kartini. Nggak berguna deh susah payah Dewi Sartika (juga para pahlawan perempuan lainnya).

Sering nggak dengar pendapat begini : 'sia-sia sekolah tinggi, kalau akhirnya hanya balik ke dapur'..

Jujur sajaaaa, dulu saya penganut pendapat itu. Maka ituuu... Jadi IRT sama sekali bukan karir impian saya. Jadi IRT adalah penjajahan bagi perempuan (yang seringkali dilapis dalil-dalil agama!)

Tapi, sebuah situasi membuat saya MEMILIH (bukan terpaksa) jadi IRT. Karir baru setelah 4,5 tahun bekerja formal. Karir baru yang sebelumnya saya anggap 'nggak-gue-banget'. Karir baru yang sudah saya perkirakan tingkat kesulitannya, sehingga ketika saya 'start' saya menganggapnya sebagai sebuah petualangan.

Ya...petualangan. Petulangan sering berarti membawa perlengkapan yang berat, ketemu kesulitan,ketemu tebing, ketemu hal aneh-aneh, serem-serem.....tapi overall petulangan itu seru. (sampai2 sebuah produk rokok dan susu balita sama-sama mengusung tema 'adventure' dalam iklannya)

Dan memang, sejauh yang saya rasakan, jadi IRT itu seru. Saya harus berjuang untuk tetap merasa 'ada' tanpa status yang bisa dibanggakan. Saya harus berusaha tetap yakin dengan pilihan saya ketika saya mulai mellow-yellow tidak karuan. Yesss.... Itu bagian dari tantangan yang harus saya hadapai dalam petualangan ini.

Petualangan ini belum selesai. Bahkan, kalau Tuhan memberi umur panjang, petulangan ini jauhhhh dari selesai. Tapi, tantangan yang sudah berhasil saya lalui membuat saya makin yakin, jadi IRT bukan berarti habisss. Tantangan yang sudah saya lalui membuat meredefinisi ulang makna emansipasi. Bagi saya, emansipasi tidak lagi harus berarti eksis (secara fisik) di ranah publik. (Hari gini, dengan internet orang yang 'diam' di rumah bisa jadi justru lebih produktif daripada mereka dengan kemacetan). Emansipasi adalah ketika perempuan bisa memilih atas dasar sikapnya sendiri, bukan atas dasar penilaian orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun