3.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.3
Lisda Qodariyah, M.Pd_SMPN 6 Garut
CGP Angkatan 7 Kabupaten GarutÂ
Â
Â
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.
Perasaan Saya setelah mempelajari modul ini
Pengalaman saya setelah  mempelajari modul 3.3 " Program Pengelolaan yang Berdampak pada Murid" memberikan kesan positif. Mempelajari Modul 3.3 membuka fikiran saya, bahwasannya Menyusun sebuah program sekolah yang paling peting adalah  keberpihakan pada murid, semua program sekolah yang akan dikembangakan harus mendorong suara, pilihan, dan kepemimpinan murid, serta membentuk karakter murid yang berkesesuaian dengan profil pelajar Pancasila.
Untuk mewujudkan program sekolah berdampak positif pada murid yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memetakan kekuatan/asset yang dimiliki oleh sekolah secara keseluruhan sebagai sumber daya serta potensi yang dapat dikembangkan. Selanjutnya modul 3.3 memberikan pemahaman kepada saya mengenai pentingnya keterlibatan murid secara aktif untuk menentukan kesepakatan mengenai hal-hal apa saja yang ingin dilakukan murid, dan saya lebih antusias lagi untuk mempelajari modul ini secara berkelanjutan agar saya bisa mengembangkan lagi kemampuan diri dan orang lain.
Saya merasa sangat senang dan Bahagia memperoleh ilmu yang baru, pemikikiran saya lebih terbuka untuk memberikan yang terbaik untuk murid dengan melakukan pengelolaan program yang berdamfak pada murid. Harapan saya bahwa program yang telah saya kembangkan melalui Prakarsa perubahan dan di sajikan dalama tahapan BAGJA dapat diimplementasikan pada program saya di sekolah menjelang tahun pembelajaran 2023/2024.
Sebelum saya mengikuti Pendidikan guru penggerak, dalam pengambilan keputusan kita selalu memprioritaskan hasil evaluasi dan sudah menjadi kebiasaan yang menjadi pokok permasalahan sebuah evaluasi adalah kekurangan/ kesalahan, sehingga untuk memutuskan tindkan kedepannya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berbasis masalah, namun setelah mempelajari modul 3 masalah tidak lagi menjadi fokus utama dalam pengambilan keputusan.Â
Karena disetiap masalah juga ada aspek positifnya karena dibalik masalah pasti ada kelebihan yang bisa dijadikan suatu kekuatan, dan saya meyakini bahwa kekuatan yang dimiliki dapat dijadikan suatu rancangan sebuah program yang berdampak posiif bagi murid.
Nilai dan peran guru penggerak sangat dibutuhkan dalam mengelola sebuah program yang berdampak pada murid. Sekolah saya merupakan sekolah penggerak Angkatan pertama di kabupaten Garut. Untuk program yang berdampak pada murid tentunya kami sudah merancang sebuah program pembelajaran yang meliputi intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler.
Pada pembelajaran Intra kurikuler saya mencoba melibatkan murid saya dalam menentukan keyakinan kelas, selalu mendengar keluhan dan juga pendapat yang disampaikan murid, mencoba memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kesiapan profil belajarnya, dan selalu saya mengarkan kepada mereka untuk berdisiplin, bertanggung jawab dan menjalin  komunikasi yang baik (bentuk interaksi) antara sesama teman, kepada guru, orang tua dan masyarakat sekitar.Â
Selanjutnya pada kegiatan Intrakurikuler saya dipercaya sebagai koordinator pelaksanaan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan 5 tema yang erbeda antara lain : Gaya Hidup Berkelanjutan, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Kearifan Lokal, Suara Demokrasi dan Berekayasa dan Berteknologi. Kegiatan Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler yang dikemabangakan.di sekolah saya sebagai upaya untuk membangun jiwa kepemipinan murid yang memiliki karakter sesuai dengan dimensi profil pelajar Pancasila.
Hal yang perlu diperbaiki dalam keterlibatan saya dalam kegiatan/program sekolah yang berdampak pada murid tentunya saya akan terus berinovasi dan melakukan yang terebaik untuk murid saya, saya senantiasa untuk terus belajar dan pantang menyerah mengajak murid saya untuk terlibat aktif dalam pembelaran sehingga terciptanya wellbeing bagi semua murid saya. Selanjutnya ilmu yang saya dapatkan dari Pendidikan Guru Penggerak ini tentunya akan terus dikembangkan dan saling berbagi kepada rekan sejawat mealui komunitas belajar.
Intisari yang didapatkan dari modul iniÂ
Apa itu Kepemimpinan Murid ?
Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.Â
Kteika murid menunjukan kepemimpinan dalam pembelajaran , mereka akan berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, kemudian mereka cenderung menunjukan motivasi untuk belajar dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah di buat, dengan demikian secara alamiah akan mempelajari bagaimana mereka belajar dan belajar dari pengalaman berbagai peristiwa, dan ini akan menajdi sebuah kebiasaan dan berdampak positif terhadap keberlangsungan kehidupannya.
Apa itu pengelolaan program yang berdampak positif pada murid?
Program yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola  pemebelajaran mereka sendiri. Sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Tugas kita sebagi guru adalah merancang suatu program pembelajaran baik intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler yang mendorong kepemimpinan murid.Â
Kita tidak hanya mentrasfer pengetahan saja namun kita harus berupaya bagaimana murid dapat mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajarannya sendiri, murid diupayakan bertanggungjawab, berdaya, dan kontributif berdasarkan pengalaman dan kebermaknaan selama mereka melaksanakana pembelajaran.
Intisari materi yang saya dapatkan dari modul ini, bahwa pentingnya kepemimoinan murid dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila yang berakhal mulia, berkhebinekaan gloab, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership).Â
Melalui suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas guru memfasilitasi , penyedia lingkungan yang menumbuhkan budaya dimana murid kita dapat menyalurkan pendapat, memilih ide terbaik, dan bertanggung jawab atas keputusan yang di buat.
Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memilili beberapa karakteristik yaitu :
Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola piker positif dan merasakan emosi yang positif
Keterampilan berinteraksi sosial secara positif
Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non akademik
Menerima dan memahami kekuatan diri, sesame, serta masyarakat dan lingkungan sekitar.
Membuka wawasan menentukan dan menindklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang memiliki manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri
Menumbuhkan daya lenting dan sikap Tangguh murid unuk terus bangkit di tengah kesempitan.
Keterkaitan Modul 3.3 Â dengan modul-modul sebelumnya
Pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.
Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara. Guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.
Modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.
Modul 1.3 Visi guru penggerak. Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.
Modul 1.4. Budaya Positif. Lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.
Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.
Modul 2.2 Pembelajaran emosional dan sosial. Guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.
Modul 2.3, Coaching untuk supervisi akademik. Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Modul 3.1 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.
Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.
Modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Pengembangan sekolah dengan memanfaatkan 7 aset atau modal yang dimiliki sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.
Perspektif program yang berdampak positif pada murid dan bagaimana program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program dapat berdampak positif pada murid?
Perencanaan program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.
Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid. Hal terpenting lagi dalam suatu program adalah evaluasi, guru dan murid berkolaboorasi memberikan umpan balik setelah selesai sebuah program, sebagai bahan evaluasi agar program yang akan sama-sama dikembangkan untuk kedepannya berjalan jauh lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H