Pada Desember 2019, salah satu kota di negara tetangga yaitu Wuhan ,China pertama kali terdeteksi adanya Virus Corona. Dilansir dari Kompas.com, Organisassi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan covid-19 sebagai pandemi global pada hari rabu setelah virus corona menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Hingga saat ini sudah ada sekitar 39 juta kasus terkonfirmasi di 189 negara.
Macam-macam kebijakan yang diambil setiap negara untuk mengatasi virus corona ini berbeda-beda. Salah satu Kebijakan Lockdown yang diterapkan di beberapa negara seperti Wuhan,China; Manila,Filipina; Roma,Italia dan Barcelona,Spanyol. Locdown atau Kuncitara (Kunci Sementara) merupakan langkah yang diterapkan pemerintah untuk kendalikan virus dengan mengarantina suatu wilayah.Â
Cara ini dilakukan bersamaan imbauan untuk tetap  dirumah (social distancing) yang mana menutup bisnis tertentu, serta melarang digelarnya acara atau pertemuan. Tingkat keberhasilannya juga membantu China lewati fase puncak epidemic dan menekankan sebaran virus hingga jumlah orang terinfeksi menurun 98,9% dan jumlah kematian dapat turun hingga 99,3% pada 23 Februari 2020. Tapi, keberhasilan itu juga tidak semata karna lockdown, kesigapan pemerintah menyiapkan fasilitas penunjang juga jadi alasan keberhasilan China mengatasi wabah ini.
Dilansir dari laman CNN Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo menyebutkan dua warga negara Indonesia (WNI) sempat berkontak dengan seorang warga negara (WN) Jepang yang positif Virus Corona, hingga keduanya ikut terpapar virus tersebut. Sejak dikabarkan berita tersebut dikemudian harinya jumlah  yang terppapar virus corona di Indonesia semakin meningkat. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia ialah PSBB( Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kenapa tidak lockdown? Karena menurut pemerintah Indonnesia kebijakan lockdown belum pas diterapkan saat ini.
Jika dilihat dari PSBB ini banyak aspek-aspek kehidupan yang dirugikan mulai dari Ekonomi, Kesehatan, serta Pendidikan yang bisa kita rasakan saat ini. Â Dikutip dari laman Kompas.com, Presiden jokowi dalam konferensi pers di Istana Bogor pada Senin(16/3/2020) mengungkapkan "Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19".
Apa kah belajar dari rumah ini efektif? Atau malah sebaliknya?. Fakta dilapangan banyak sekali hal-hal yang meresahkan semua orang, tak lebih dari keluarga saya sendiri. Yang mana anaknya harus belajar dari rumah, guru memberikan materi lewat handpone orang tuanya, dan orang tuanya haruslah menemani anak-anaknya belajar. Bagaimana yang orang tuanya tidak memiliki handphone canggih?Â
Bagaimana yang orang tuanya yang penghasillannya cukup untuk makan saja? Bagaimana yang kedua orang tuanya tidak bisa mengajarkan anaknya, ayahnya kerja ibunya kerja. Apakah semua orang tua memiliki jiwa pendidik yang sama?, bahkan bisa kita lihat di Sosial Media vidio orang tua yang emosi saat mengajarkan anaknya belajar hingga terjadilah tepuk menepuk ataupun juga cubitan serta lontaran kata-kata yang tidak baik untuk didengar yang diberikan orang tuanya terhadap anaknya. Apa hal ini tidak mempengaruhi psikologis dari anak tersebut?.
Bukan hanya terkendala ekonomi, jaringanpun juga sulit. Yang sering saya rasakan ketika sedang kuliah lalu jaringan melemah hingga terkeluar sendiri dari pertemuan virtual, dan ketika mencoba lagi sering gagal sehingga mengakibatkan seringnya ketiduran dalam pertemuan, saya rasa bukan hanya saya saja yang mengalami. Karna ketika saya bertemu teman sekelas dan teman yang kuliahnya beda fakultas mereka sama-sama merasakan hal yang sama. Selain jaringan, pembelajaran jarak jauh ini juga membuat melemahnya semangat belajar sebagian peserta didik, karna belajar secara virtual bagi sebagian orang susah untuk memahami materi yang diberikan guru dan dosen nya, akibatnya interaksi dalam virtual tersebut hanya dirasakan oleh dosen dan sebagian siswa yang aktip. Guru atau dosen tidak bisa melihat langsung raut wajah peserta didiknya terutama peserta didik yang tidak on camera.
Namun walapun pembelajaran jarak jauh ini lebih banyak Mudaratnya, bagi sebagian orang yang menjalaninya dengan bersyukur mereka dapat mengambil hikmah dari pembelajaran jarak jauh ini, seperti: mereka bisa lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga, mereka bisa menggunakan waktu dirumah dengan belajar hal-hal lain seperti belajar bahasa asing, bermain sosmed untuk edukasi, mengasah skil yang jarang dilakukan ketika kuliah ke kampus seperi masak, dan keterampilan tangan lainnya yang bisa dimanfaatkan baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H