Mohon tunggu...
Lee Sa
Lee Sa Mohon Tunggu... -

Hidup adalah proses belajar yg tak akan pernah berhenti, hingga raga meninggalkan jasadnya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pelajaran dari Musisi Jalanan

2 Oktober 2012   00:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:23 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan lebih, artinya sy sudah terlambat ke kantor dan ini masih setengah perjalanan. (Tp bukan daily habit loh…). Kepala sy terasa berat dan pening, ditambah ngantuk dan haus sekali. Bahkan jembatan Semanggi pagi ini cukup membuat kaki sy gemetar dan lutut sy lemas. Tak seperti biasanya sy yg suka nyelip-nyelip pejalan yg lamban, kali ini langkah sy sedikit tertahan.

Satu botol pulpy orange yg terpaksa sy beli di terminal dgn harga hampir 2x lipat dari harga normal sudah sy habiskan sekaligus. Alhamdulillah… sedikit membuat badan sy segar, meski rasa kantuknya sama sekali tak berkurang. Di bis kedua bertemu dengan pengamen sudah menjadi hal yg mewarnai hari2 sy. 5 sampai 8 pengamen dalam sehari. Anak-anak, pria atau wanita paruh baya, remaja laki-laki atau perempuan. Dari yg berstyle casual dan rapi sampai yg acak acakan. Dari yg berbadan cukup bersih sampai yg kumal dan sengak. Dari yang sehat, pun ada yang cacat. Dari yg bertampang memelas hingga sangar bertato. Dari yg bermodal tepukan tangan sampai biola. Namun sebenarnya mereka jg guru kehidupan bagi kita yg mau menyempatkan diri memandang mereka, sejenak saja.

Seorang pengamen naik, memberikan preface dengan santun kalau- kalau kehadirannya mengganggu. Sy tetap dengan rasa kantuk sy, tak peduli, toh dia belum mulai perform. Sesaat kemudian dia memetik gitarnya, mulai bernyayi. Sy tak tahu judulnya bahkan sepertinya baru pertama kali sy dengar. Tetapi liriknya tentang seorang ibu, ever-lasting story, cinta ibu yg sepanjang jaman dan tak ternilai oleh apapun.

Suaranya cukup baik, hidup, berkarakter dan stabil. Ha…sok-sokan neh kek juri idol aja,  sok tahu. Tapi jika kau mendengar sendiri kawan, kau akan setuju dengan pernyataan sy. Jangan membayangkan nada datar, hambar, ngasal dan sekenanya seperti yg sering kita dengar dr hampir smua musisi jalanan.

Sekalipun sy mengakui itu, tapi sy masih belum peduli, sy masih bergelut dgn rasa kantuk yg mulai menghebat. Dia mengakhiri petikan gitarnya, pun dengan lagunya. Sambil menyiapkan bungkus permen tempat menampung “kebaikan” dr para penumpang, ia menyampaikan beberapa nasehat. Nasehat tentang hr ini, supaya bekerja sebaik-baiknya, bahwa harta, pangkat dan kedudukan tak sepatutnya melahirkan kesombongan, dan senada dengan lagu yg dibawakannya, ia memberi nasehat tentang bagaimana seharusnya memperlakukan seorang ibu, menjaga sebaik-baiknya selagi beliau masih hidup. Sedikit panjang sebenarnya dan sy tak seluruhnya ingat detail kalimat-kalimatnya, tapi pada intinya begitu.

Sy terdorong mendongakkan kepala, melihat sekilas kearahnya. Matanya berkaca-kaca. Lirih sy mendengar tangis yg coba ditahannya, suaranya bergetar, ketegarannya luruh. Sebagai pria, apalagi mental seorang musisi jalanan, rasanya sangat mustahil jika ia menangis hanya untuk berpura-pura, terlebih demi sebuah simpati atas uang recehan yg tak seberapa.

Tak bermaksud berlebihan, tapi sy tahu ia tulus dengan ucapannya. Terasa dari kalimat-kalimatnya yg mengalir dewasa, namun tentu saja sy yakin dia tak bermaksud menggurui siapapun. Terlepas dari apakah orang akan tersinggung dengan nasehatnya, atau justru malah berterimakasih padanya. Kau tahu maksudku kawan? Karena Jakarta bisa saja merubahmu menjadi manusia berhati batu.

Dia menyanyi dengan jiwanya, ia bersenandung dengan hatinya. Namun…yang jauh lebih penting adalah, dia bersungguh-sungguh dengan pekerjaannya, meski orang mungkin akan memandangnya sebelah mata. Itu yg membuatnya berbeda. Ia bersungguh-sungguh meski hanya sebagai pengamen, pekerjaan kelas kasta pariayg tak akan pernah tercantum dalam job option saat mengisi formulir apapun.

Sy yakin atau tepatnya sy berharap semoga Tuhan mengangkat derajatnya suatu hari nanti. One day dia akan jd somebody meski skr nobody, he will be something inspite of nothing in this time. Semoga saja…amin…

Musisi sekaliber Iwan Fals, Slank dan masih banyak lagi juga pernah berprofesi sebagai musisi jalanan. Atau bahkan Avril Lavigne dan Justin Bieber sekalipun, disebut-sebut pernah menjalani kehidupan sebagai pengamen (klo ga salah sih...:) ). Jika Tuhan telah berkehendak, tiada yg tak mungkin kan…..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun