Asesmen diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengetahui psikologis sosial emosi murid, aktivitas belajar murid di rumah, latar belakang pergaulan murid, gaya belajar murid, karakter serta minat murid. Sementara asesmen diagnosis kognitif dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar dalam memahami suatu materi/konsep pada mata pelajaran tertentu.Â
Bagaimana bentuk asesmen diagnosis non kognitif dan kognitif ? Tentunya alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil asesmen diagnosis ini disesuaikan dengan kemampuan dasar murid dan kondisi lingkungan murid berada.Â
Hasil dari asesmen diagnosis ini digunakan guru untuk memetakan kebutuhan dasar murid berdasarkan minat dan profil belajar murid. Sederhananya asesmen diagnosis dilakukan guru untuk mengetahui murid seperti apa yang dihadapinya dan guru bebas menggunakan alat/cara apapun untuk mengetahui kondisi muridnya.
Jika guru sudah memetakan kebutuhan dasar muridnya maka, cara terbaik yang dapat dilakukan guru dalam memenuhi keberagaman kebutuhan belajar murid adalah melalui pembelajaran berdiferensiasi.Â
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan segala usaha terbaik guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan murid dan berfokus pada kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Mengapa pembelajaran berdiferensiasi menjadi pilihan ? Karena pembelajaran berdiferensiasi memiliki karakter :
- Kurikulum memiliki Tujuan Pembelajaran (TP) yang didefinisikan secara jelas untuk para muridnya.
- Guru merespon dengan menyiapkan dan menyesuaikan rencana pembelajaran yang efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
- Lingkungan nyaman yang mengundang murid untuk belajar dengan bahagia, tanpa tekanan, dan murid merasa aman di dalamnya.
- Manajemen kelas yang efektif dengan menciptakan rutinitas yang lebih fleksibel namun tetap terstruktur dengan jelas.
- Penilaian yang berkelanjutan yang didapat dari penilaian formatif yang telah dilakukan untuk merefleksi proses pembelajaran yang telah dilalui.
Ketika pembelajaran berdiferensiasi menjadi pilihan terbaik guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid di kelas maka, guru dapat mulai menyusun RPP / Modul Ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga dapat menentukan model pembelajaran dan penilaian yang relevan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran (TP) yang diharapkan.
Berikut ini salah satu contoh Modul Ajar SD Kelas 3 pada mata pelajaran Matematika yang saya susun setelah melakukan asesmen diagnosis non kognitif dan kognitif serta memetakan kebutuhan murid. (Modul ajar tersedia di link: drive.google.com/Doc. Pribadi).
Namun, perlu diingat bapak/ibu guru, tidak ada modul ajar khusus yang dapat digunakan oleh guru dalam membawa pembelajaran berdiferensiasi ke dalam kelas kita. Guru diberi kebebasan dalam membuat modul ajar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan muridnya sendiri karena yang terpenting adalah proses pembelajaran itu memenuhi kebutuhan dasar murid yang berfokus pada kesiapan belajar, minat, dan profil murid.
Demikian artikel saya kali ini, semoga bermanfaat untuk para pembaca khususnya bapak/ibu guru hebat di seluruh Indonesia. Saran/kritik bapak/ibu guru sangat membantu saya untuk terus melakukan refleksi dalam mempersiapkan pembelajaran selanjutnya.
Semangat belajar untuk kita semua dan salam bahagia...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H