Festival Dandangan berawal merupakan tradisi masyarakat Kudus berkumpul di pelataran Masjid Aqsho Menara Kudus menunggu pengumuman Ramadan dari Sunan Kudus.
Dandangan di tahun ini dimeriahkan dengan dagangan sepanjang jalan sepanjang Jalan Sunan Kudus, dr. Ramelan, Pangeran Puger, dan Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Tahun-tahun sebelumnya tidak menjangkau seluas ini tutur driver online setiap kami melewati kawasan festival Dandangan. Mengingat festival ini sudah tidak diadakan selama tiga tahun akibat pagebluk, tak heran animo masyarakat sangat antusias.
Pesta rakyat ini diadakan di Kudus selama 12 hari dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Tahun 2023 digelar tgl 11 sd 22 Maret.
Kata Dandangan berasal dari onomatope suara bedug yang resonansinya menimbulkan suara nyaring (dang!). Dari situ kemudian suara bedug sebagai penanda awal Ramadan disebut dengan Dandangan saya kutip dari tribunnews. Festival tradisi ini adalah acara warisan budaya tak benda yang telah terdaftar di Kementerian Pendidikan & Kebudayaan.
Saya seperti sepotong cendol di festival legendaris tapi teteup antusias bahkan datang sampai dua kali. Â Waktu tempuh dengan berjalan kaki dari @hom Hotel Kudus menuju menara Kudus jika tanpa halangan hanya butuh waktu 10 menit. Namun karena ada banyak jajanan di berbagai sisi, syudah tentu banyak berhenti.
Menyusuri festival Dandangan adalah rangkaian acara dari Kudus Onthe Spot FamTrip yang diadakan oleh DisbudPar Kudus. Kami para Kompasianer yang terdiri dari Kotekasiana dan Semartiga.com mendapat kehormatan menjadi peserta event promosi wisata Disbudpar Kudus.
Kuliner Khas Dandangan
Sepanjang perjalanan kami dipandu oleh Pemandu Lokal bernama Muhammad Noor Syamsyul Huda alias Mas Huda yang ternyata seorang pelukis juga, keren. Saya sudah lihat hasil lukisan MAs Huda di Taman Edukasi. Saya meminta rekomendasi kuliner khas  Festival Dandangan kepadanya berhubung saya dari Jakarta.
Dia menyarankan mencoba ketan intip. Makanan kecil yang terbuat dari beras ketan ini proses pembuatannya tradisional banget. Cita rasa tidak terlalu manis agak kaget juga mengingat kemarin makan soto dan sate lebih cenderung manis. Pas banget dimakan hangat-hangat apalagi pas kelaparan karena memang mengenyangkan. Ketan Intip hanya dijual saat festival berlangsung. Wah, saya beruntung bisa mencoba.
Saya sempat ikut coba masak ternyata susah juga perlu keahlian khusus karena ketan ini dimasak tanpa minyak di wajan. Akhirnya saya memilih lepas tangan dari pada makanan yang dipesan menjadi setan terbakar eh ketan terbakar. Btw, saya dikasih ekstra 1 sama penjualnya, wuiih bikin hati saya jadi berbunga-bunga.