Minggu (8/09/2019) dini hari, digelar UFC 242 yang diadakan di du Arena, Abu Dhabi, Uni Emirates Arab. Duel utama adalah pertarungan Dustin Poirier menantang penyandang gelar dunia UFC, kelas ringan; Khabib Nurmagomedov.Â
Kalau melihat dari ajang pertaruhan, menurut para komentator. Angka Poirier memang di bawah Khabib. Ditilik dari pengalaman bertarung Porier pun masih kurang menurut saya. Khabib tidak pernah terkalahkan selama 27 berturut-turut, sementara Dustin pernah mengalami beberapa kekalahan.
Dari data-data yang ditampilkan di layar TV saya menduga, Poirier langsung dihabisi oleh Khabib di ronde pertama. Atas dasar penasaran akan pertarungan Khabib akibat menonton laga fenomenal sebelumnya melawan Connor McGregor, saya tertarik begadang menonton siaran langsung duel ajang UFC yang biasa didominasi petarung-petarung seni bela diri campuran (mixed martial art).
Baru detik-detik pertama saja, ketika kedua petarung ini melakukan stand fighting tampak Poirier sangat terbuka, tidak disiplin dalam menjaga pertahanan. Terlihat dari kepalan kedua tangan, tidak menutupi wajahnya. Sangat berbeda dengan Khabib yang disiplin menempatkan tangan-tangannya di muka wajah. Padahal dasar bela diri Khabib adalah ground fighting begitu pula dengan Poirier menyandang ban hitam jiu-jitsu tetapi lebih terkenal sebagai petarung profesional seni bela diri campuran.
Tetapi Poirier menunjukkan kelasnya bagaimana dia beberapa kali lolos dari berbagai kuncian Nurmagomedov. Padahal terlihat sudah mantap, tetapi karena masih ronde pertama. Poirier masih mempunyai stamina yang kuat untuk lepas dengan trik-trik dorongan dan gerakan badannya. Ketika ronde pertama, saya sempat melihat peluang masih 50-50. Jadi pertarungan menjadi makin menarik untuk ditonton.
Ronde kedua, awalnya Poirier sempat mengejutkan penonton dengan beberapa pukulan keras ke arah dagu Khabib. serangan jab menyebabkan Khabib terhuyung-huyung. Sayang momen ini tidak digunakan secara maksimal oleh Poirier. Jika dia mengkombinasikan dengan tendangan atau melanjutkan serangan secara terus menerus, saya rasa Khabib bisa dikalahkan.
Akan tetapi keadaan justru berbalik mungkin stamina juga memengaruhi. Tapi hal ini dialami kedua para petarung setelah saling menyerang atau pun melakukan kuncian, terlihat tanda-tanda kelelahan. Gerakan mereka berdua tampak melambat.
Pada akhir ronde dua, wajah Poirier terluka, tepatnya di bawah matanya tampak mengalir darah akibat dipukuli Khabib saat ground fighting. Pertarungan masih berlangsung sengit, waktu menunjukkan hampir pukul 04.00 pagi WIB di layar ponsel saya. Untuk pertarungan perebutan gelar dunia, peraturannya terdapat  5 ronde. Sudah ronde 3 bergulir, tampak Khabib kesulitan untuk mencoba membanting Poirier karena kuda-kuda yang kuat.Â
Yang saya salut kepada Poirier, walau Khabib sudah di atas badan Poirier namun tetap bisa menahannya dengan menempelkan kepala ke badan lawan. Jadi menyulitkan untuk memukul atau melakukan serangan. Sempat juga beberapa kali Poirier membelakangi Khabib tetapi hal ini tidak membuatnya terkunci. Kalau bukan orang hebat dalam ground fighting, biasanya tidak akan bernyali melakukan manuver ini. Kasarnya seperti memberi hadiah kemenangan cuma-cuma kepada lawan.
Sayangnya Dustin melakukan kesalahan ketika dikunci dari belakang atau rear neck choke. Seharusnya dia menunduk kepala seperti yang telah dilakukan. Justru mengangkat kepala atau menengadah. Alhasil membuat celah di antara lehernya, yang memuluskan kuncian Khabib masuk secara paten. Dalam dua atau tiga detik, tangan Poirier menepuk lengan Khabib; tanda menyerah. Berarti gelar juara dunia lightweight (kelas ringan) UFC masih dipegang oleh Nurmagomedov.