Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sengsara Membawa Menulis Agak Akrobat

22 Oktober 2018   21:41 Diperbarui: 22 Oktober 2018   21:48 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (suasana halte di Kota)

 Semenjak kantor saya pindah ke daerah bilangan Sudirman menyebabkan saya kapok membawa kendaraan pribadi. Pertama letak kantor saya yang mau tidak mau saya harus memutar dan melewati daerah macet yang hanya bisa ditanggulangi pada saat Libur Lebaran.

Ditambah biaya parkirnya yang lumayan menguras kantong saya. Lalu sempat pada hari pertama pulang, ternyata waktu tempuh untuk tiba di rumah mencapai rekor 3 jam. Mau menangis, nanti dikira orang rumah akibat dimarahi bos. Padahal imbas terkena peraturan ganjil dan genap.

Langsunglah saya trauma, lelah terjebak di kemacetan sendirian. Mati gaya pula, mau main gawai tidak bisa juga. Ditambah bonus betis pegal.
Mau tidak mau saya mencoba untuk naik kendaraan umum: Kereta api, TransJa dan ojek.

Tidak disangka waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan saya membawa mobil pribadi. Perbandingan lebih dari dua kali lipat pula untuk angka pengeluarannya. Lumayan, selisihnya bisa menambah bayar cicilan hutang di bank. Ahahaha..

Tapi, akhir-akhirnya ini saya lelah melihat orang-orang di sekitar saya pada saat di kendaraan umum, 90 % sibuk memegang gawai mereka, membuka media sosial atau atau semacamnya.

Dokpri (sibuk dengan gawai)
Dokpri (sibuk dengan gawai)
Ah, saya tidak mau seperti mereka. Saya mau melakukan hal positif di dalam kurun waktu dua jam perjalanan menuju rumah.Tiba-tiba saya teringat salah satu teman Kompasiana saya meledek, kok anak muda menulis masih manual. Tulis artikel di buku tulis, baru dipindahkan ke laptop. Padahal usianya yang pasti sudah senior. Lalu dilakukan uji coba itu.

Setelah satu kali, eh ketagihan. Sekarang saya jadi bisa menulis satu artikel tiap hari. Bahkan biasanya pada saat di dalam TransJa, ide mengalir deras. Karena kepalang tanggung, saya jadi suka duduk dulu di bangku tunggu di dalam halte TransJa. Atau mengetik pada saat mengantri bus datang. Bahkan sering pada saat tidak mendapat bangku, saya melakukannya sambil berdiri dan menulis hanya menggunakan satu tangan.

Sempat hampir terjatuh, karena supirnya mengerem mendadak. Untung saja harga diri saya masih melekat. Dengan sigap meraih pegangan terdekat.
Jikalau artikel sudah selesai, saya langsung naikkan artikel saya pada saat itu juga. (Pssst, kalau tidak bermasalah kala login dari gawai). Memang kemajuan teknologi dalam dunia menulis, praktis juga sangat mendebarkan (apalagi kalau sedang error)

Kalau Penulis yang lain, bisa tolong ceritakan kebiasaan menulis kalian ?

Antara kantor dan rumah, 22 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun