Setelah menembus kemacetan daerah Blok-M, tibalah saya di Taman Sepeda. Di taman inilah pertama kalinya jalur sepeda diberlakukan secara resmi oleh Gubernur yang menjabat saat itu, Fauzi Bowo dengan tujuan memuaskan warga Jakarta khususnya Jakarta Selatan yang pastinya kondisi badan mereka sangat sehat karena senang menggowes sepeda ke tempat kerja (Bike to work). Walau hanya 2 jalur yaitu Track #1 : Taman Ayodya-Persimpangan melawai (dan sebaliknya);Track #2 : Persimpangan Melawai-Melawai Plaza (dan sebaliknya).
Karena hari ini sedang berlangsung Festival Ennichisai, maka kami sempatkan untuk melirik-lirik tenda dengan berbagai macam jualan berbau Jepang dan berfoto dengan peserta cosplay dari yang berdandan manis dan lucu serta memandangi dari kejauhan yang berdandan seram (Cukup dipandang dari jauh saja, nanti terbawa ke mimpi pusing sendiri).
Setelah dahaga kami terpuaskan oleh berbagai minuman kopi khususnya Tiwus, kopi tubruk andalan mereka disertai terpenuhinya nafsu menambah koleksi foto di memori gawai kami. Berlanjutlah rombongan peserta tour dengan langkah yang cepat berkejaran dengan Mikoshi (miniatur arak-arakan kuil Shinto).
Segala sesuatu terjadi begitu cepat. Rombongan kami tercerai berai. Salah satu anak peserta menghilang dan untungnya sedang bersama peserta dewasa lain yang langsung menghubungi orang tuanya sedang harap-harap cemas. Sementara saya dan dua orang peserta sukses menyebrangi arak-arakan dengan mengalami; terjepit antara meja dan manusia ; terjepit dada perempuan raksasa dan manusia biasa; terjepit meja dan manusia serta hampir tertimpa pelantang, itu saya. Untung ada penolong yang menahan benda tersebut. Yaitu panitia yang memandang cemas, takut ada yang lecet sepertinya.
Bernapas lega selepas dari tragedi tadi, kami menuju ke Pasar Mandiri Foppi yang biasanya pukul 4 sore sudah tutup. Yaitu pasar tradisional, dimana ada toko yang khusus menjual biji kopi dan biasanya orang Jepang suka membeli di sini. Kesukaan mereka kopi Toraja, walaupun ada berbagai macam kopi seperti Robusta, Gayo Aceh dan Luwak. Beberapa ibu-ibu peserta (termasuk saya) segera berbelanja dengan antusias.
Puas dengan hasil buruan kami (Ibu-Ibu), masuklah kami ke toko roti Jepang, Bakery La Moutte dengan jam buka 08.00-22.00 WIB dengan produk roti tidak mengandung pengawet. Seperti biasa orang Jepang suka memakai nama berbau Perancis. Produk yang paling lakunya mereka Pudding Nameraka, Marugoto Banana dan Cheese Stick. Setelah saya coba 2 macam rotinya, rasanya tidak semanis dan tidak selembut selera roti orang Indonesia, bahkan ada rasa sedikit pahit.Tapi saya tetap suka, karena saya kurang suka roti manis. Oh, ya. Sedikit info untuk para pemburu diskon, menjelang tutup toko, mereka memberikan harga spesial untuk sebagian roti.
Karena ada peserta yang hendak menjalankan ibadah maka kami sempat berpisah dan akan berjumpa kembali di Restoran Kashiwa yang terkenal dengan rasa asli Jepangnya dengan harga hanya Rp29.800/piring, tapi belum termasuk pajak dan biaya layanan.
Selama menunggu kami sempat melewati lapak-lapak makanan lesehan di depan pintu masuk Blok-M Square. Menurut teman, yang enak di sini antara lain Gulnik (Gulai Nikmat) dan Bu De Jum. Jangan lupa budayakan menanyakan harga makanan di tempat yang tidak ditulis harga makanannya dari pada menyesal seperti saya yang pernah makan ala makanan warteg untuk 3 orang ditagih Rp 250.000,-
Sesampainya di sana, takdir berkata lain, restoran sangat penuh. Antrian pun sangat menumpuk. Diperkirakan baru bisa masuk 2 jam kemudian, itu juga kalau beruntung masih lengkap menunya. Jadi beralih ke restoran Yozora Ramen di samping kirinya dengan jam bukanya 17.00-02.00 WIB. Sementara menunggu, kami melepas lelah dengan sajian handuk dingin dan batu alam di bawah telapak kaki kami yang telanjang, nikmat. Kami pesan banyak macam menu tapi saya rekomendasikan ramen isi daging sapinya. Karena porsinya yang besar, kami membaginya dalam dua mangkuk. Dan baru kali ini saya disuguhi ocha panas di restoran Jepang dengan cangkir bergagang.
Demikian berakhirlah perjalanan tour Little Tokyo hari ini, setelah berfoto (lagi dan lagi). Kami berpamitan satu sama lain. Saya melangkah ke tempat parkir mobil di belakang Taman Sepeda dengan pikiran kira-kira ada berapa banyak “like” yang dihasilkan foto-foto dan status di laman sosial saya hari ini ya ? Beberapa saat kemudian kembang api dinyalakan menandakan Festival Ennichisai selesai. Dengan secepat kilat saya keluarkan kamera poket saya untuk mengabadikan waktu berharga itu.
Sampai bertemu di food tour selanjutnya oleh Jakarta Food Traveler. Salam Kenyang !