Mohon tunggu...
Lisa Pujiawati
Lisa Pujiawati Mohon Tunggu... Koki - mahasiwa

halllo semuanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinamika Pengaruh Media Sosial Terhadap Pilihan Pemilih:Kajian Politik Dan Dalam pemilihan Gubernur

29 Juni 2024   16:02 Diperbarui: 29 Juni 2024   16:42 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lisa Pujiawati mahasiswa Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifudin Jambi

Meskipun media sosial memiliki banyak manfaat, ada juga sisi gelapnya. Salah satu tantangan terbesar adalah penyebaran informasi yang salah (hoaks) dan manipulasi opini publik. Hoaks dapat dengan mudah menyebar di media sosial, terutama jika informasi tersebut disajikan dengan cara yang menarik dan memprovokasi emosi.

Manipulasi informasi melalui akun palsu atau bot juga menjadi ancaman serius. Aktor-aktor jahat dapat menggunakan teknologi untuk menciptakan akun palsu yang tampak seperti akun asli dan menggunakan akun tersebut untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyesatkan. Ini dapat menciptakan polarisasi di kalangan pemilih dan memperkuat bias yang ada.

Salah satu fenomena yang sering terjadi di media sosial adalah filter bubble, di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan mereka. Algoritma media sosial cenderung menunjukkan konten yang sesuai dengan minat dan pandangan pengguna, yang pada gilirannya dapat menciptakan lingkungan yang homogen di mana pandangan yang berbeda jarang muncul.

Filter bubble dapat menyebabkan polarisasi di kalangan pemilih, di mana kelompok-kelompok yang berbeda memiliki pandangan yang sangat kontras dan sulit untuk mencapai kesepakatan. Polarisasi ini dapat menghambat proses demokrasi yang sehat, karena dialog yang konstruktif menjadi lebih sulit dilakukan.

Pengaruh media sosial terhadap pilihan pemilih memiliki implikasi yang lebih luas bagi demokrasi di Indonesia. Di satu sisi, media sosial memberikan platform yang kuat untuk partisipasi politik dan keterlibatan warga. Pemilih dapat dengan mudah mengakses informasi, berinteraksi dengan calon, dan mengungkapkan pendapat mereka. Ini membantu memperkuat demokrasi dengan meningkatkan partisipasi warga dalam proses politik.

Namun, di sisi lain, tantangan seperti penyebaran hoaks, manipulasi informasi, dan polarisasi dapat merusak proses demokrasi. Jika pemilih tidak bijak dan kritis dalam mengonsumsi informasi di media sosial, mereka dapat terjebak dalam perangkap informasi yang menyesatkan. Ini dapat menyebabkan pilihan yang tidak terinformasi dan, pada akhirnya, merusak integritas pemilihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun