Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Fitri, Buruh Migran, dan Pandemi

27 Mei 2020   11:31 Diperbarui: 27 Mei 2020   11:30 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis yang sering disebutkan adalah karena kedekatan hubungan emosional dan kesejarahan yang lama telah terbangun. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak, hubungan Indonesia dan Timur Tengah terutama Saudi Arabia tidak hanya diikat oleh ikatan budaya dan agama namun juga politik ekonomi. 

Fenomena berbondong-bondongnya jamaah Indonesia setiap tahunnya untuk beribadah haji merupakan salah satu gambarannya. Perputaran roda ekonomi berkembang dengan tumbuhnya agen-agen perjalanan yang memicu tumbuhnya potensi ekonomi yang lain. Ditambah kemudian ketika harga minyak meninggi pada tahun 1970-an.

Timur Tengah terutama Saudi Arabia menjadi ladang dan tanah yang menjanjikan bagi perbaikan kehidupan. Ia seperti titik epicentrum yang sangat berpengaruh bagi negara-negara di sekitarnya bukan hanya ekonomi tapi juga politik. Permintaan dan kebutuhan selalu ada, tenaga kerja banyak dibutuhkan terutama untuk sektor rumah tangga. Mereka mengundang dan mencari tenaga kerja dari luar negeri salah satunya Asia, lebih sempit lagi Indonesia. Terbukalah kesempatan bermigrasi itu.

Sejenak menengok ke belakang, sejarah telah menceritakan hubungan Indonesia dan Timur Tengah ditandai dengan penyebaran agama Islam oleh orang Arab melalui jalur perdagangan. Penyebaran agama Islam juga dilakukan oleh tokoh ulama Indonesia yang bermigrasi ke pusat-pusat pengetahuan dan keilmuan di Timur Tengah (terutama Mekkah dan Madinah) untuk menuntut ilmu. Bahkan pada abad 17 muncul komunitas di Haramayn (Mekkah dan Madinah) yang oleh sumber-sumber Arab disebut Ashhab Al-Jawiyyah (saudara kita orang Jawi). 

Istilah "Jawi" walaupun berasal dari kata "Jawa", merujuk kepada setiap orang yang berasal dari Melayu Indonesia. (Azyumardi Azra, 2004). Hubungan ini kemudian terus hidup sampai sekarang kuat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari masyarakat, menyebar dalam bentuk budaya, kesenian, sastra, bangunan, nilai kehidupan, dst.

Banyak harapan disandarkan pada hubungan kesejarahan ini yang akan banyak membantu para tenaga kerja kita termasuk Rini melempangkan jalan untuk perbaikan nasibnya. Mungkin terdengar berlebihan dan sangat sulit menterjemahkan dalam prakteknya. Tapi memang ia telah menjual segalanya untuk mengupayakan hidup yang lebih baik itu, bahkan sepeda Jengki yang setiap hari dipakai untuk menuju rumah kami juga telah dijualnya sebagai bekal uang saku selama ditampung di Jakarta. 

Sepeda itu hanya laku 150 ribu rupiah. Ia meyakinkan pada Ibunya dan kami, dia akan baik-baik saja karena akan ikut ke rumah saudara majikan dimana ia sebelumnya bekerja. Hubungan mereka selama ini sangat baik, bahkan Rini seperti telah menjadi bagian dari keluarga itu. Ibu Rini hanya bisa berurai air mata ketika menyadari ia tidak akan bertemu Rini dalam hitungan tahun tak hanya bulan apalagi minggu. Ia hanya minta didoakan selalu sehat, kuat dan selamat.

Idul Fitri selalu dijadikan momen untuk berefleksi. Momen dimana banyak dari kita menengok sejenak apa yang pernah kita lalui. Tulisan ini didedikasikan untuk mereka yang berjuang, melompati rintangan apapun untuk kehidupan dan keadaan yang lebih baik. Di tengah situasi pandemi yang mungkin mengubah banyak kehidupan manusia, semoga para tenaga kerja kita yang mempertaruhkan apapun dapat sejenak menikmati jerih payahnya untuk dirinya dan juga manusia lain di kehidupannya. Demikian juga Rini dan para perempuan pekerja lainnya yang tak pernah patah, lelah dan terus berusaha.

Selamat Idul Fitri di masa pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun