Seperti biasa, saya memulai hari ini dengan membaca berita. Kali ini, saya kembali penasaran sejauh mana perkembangan program pemerintah yang bernama tax amnesty atau yang juga disebut amnesti pajak?
Sekedar informasi, tax amnesty (ya, entah kenapa saya lebih memilih memakai kata tersebut dibanding amnesti pajak) sudah memasuki periode kedua. Periode pertama yang ditutup pada 30 September itu bisa dibilang sukses.
Saya membaca berita di sebuah portal, bahwa jumlah nilai pernyataan harta yang disampaikan para wajib pajak di program tax amnesty hingga kemarin (Rabu 26/10) sore mencapai angka hampir Rp. 3.872 triliun. Angka yang cukup fantastis, ya?
Jumlah tersebut didominasi oleh nilai deklarasi dalam negeri dengan Rp. 2.746 triliun. Sedangkan nilai repatriasi harta mencapai Rp 143 triliun, atau sekirat 14,3% dari target pemerintah, yakni Rp. 1.000 triliun. masih jauh? Ya.
Namun kita bisa sedikit lebih bangga karena nilai pernyataan harta minggu ini lebih baik dari minggu lalu yang menembus Rp. 3,854 triliun. Jika dihitung, pernyataan harta naik sebesar Rp. 18 triliun.
Kemudian saya menjadi penasaran, jenis harta apa sih yang paling banyak diungkap dalam tax amnesty? Setelah mencari agak lama, saya akhirnya mendapatkan berita terkait pertanyaan yang mengganggu saya itu.
Seperti yang dikatakan Direktur Jenderal Pajak, Ken Dwijugiasteadi, per tanggal 30 September 2016, uang tebusan sebesar Rp. 97,2 triliun berdasarkan surat setoran pajak (SSP).
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan jumlah deklarasi harta mencapai Rp. 4.500 triliun dan ia mengatakan bahwa saat ini dana tersebut belum selesai di-entry.
Dari jumlah tersebut, 37,98% merupakan harta berupa kas dan setara kas. Itulah jenis harta yang paling banyak diungkapkan dalam tax amnesty.
Di peringkat kedua jenis harta yang paling banyak diungkapkan adalah investasi dan surat berharga. Cukup banyak, yakni sekitar 28,03% atau Rp. 1.016,04 triliun.
Peringkat ketiga jenis harta yang paling banyak diungkap adalah harta berupa tanah, bangunan, dan harta tak bergerak lainnya. Jumlah harta jenis ini yang dilaporkan mencapai Rp. 568,34 triliun atau sekitar 15,68%.
