Di antara banyak hal terjadi di Indonesia, kemarin ada sebuah kejadian yang diributkan oleh banyak orang. Kejadian itu adalah beredarnya calon kepengurusan DPP Golkar. Kenapa diributkan? Selain Golkar adalah partai yang “seksi” untuk diurusi banyak orang, tetapi karena banyak nama di pengurusan tersebut yang bermasalah. Nama-nama yang hadir itu selain pernah menjadi terpidana juga terkait dengan isu-isu negatif yang tidak bisa dianggap remeh.
Ada nama yang sudah tidak asing lagi dengan isu-isu negatif yaitu Nurdin Halid, Sigit Wibisono dan Fahd A. Rafiq yang sama-sama pernah menjadi terpidana. Nurdin Halid adalah terpidana kasus impor beras INKUD tahun 2001-2002 diberi jabatan sebagai ketua harian. Fahd A. Rafiq adalah terpidana kasus dana PPIP tahun 2012 diberi jabatan sebagai ketua AMPG. Sigit Wibisono adalah terpidana kasus Antasari Azhar diberi jabatan sebagai ketua pemenangan pemilu wilayah Jawa Timur.
Selain 3 nama di atas, masih banyak nama lain yang membuat calon pengurus ini tercoreng. Ahmad Hidayat Mus, mantan Bupati Kabupaten Sula (Maluku Utara) yang menjadi tersangka kasus korupsi. Kerugian negara akibat tindakan beliau adalah sekitar 50 Miliar lebih. Ahmad Hidayat Mus diangkat sebagai koordinator pemenangan pemilu oleh Setya Novanto.
Orang yang tersangkut kasus PON Riau pun juga dijadikan calon pengurus DPP GOlkar. Mereka adalah Kahar Muzakir dan Wihaji. Kedua orang ini menjadi terduga dalam keterlibat kasus PON Riau. Keduanya diangkat menjadi koordinator bidang kepartaian dan wasekjen. Jabatan yang tinggi di dalam sebuah partai.
Sisanya ada beberapa nama seperti Yahya Zaini yang dulu terlibat dalam video skandal mesum. Selanjutnya ada keluarga Setya Novanto sendiri yang diangkat seperti Irvanto Hendra (keponakan) yang menjadi wakil bendahara umum dan juga diduga terlibat dalam kasus e-KTP. Reza Herwindo yang merupakan anak Setya Novanto sebagai wakil bendahara umum dan kalau kita mengingat dia pernah menjadi tersangka kasus penganiayaan di diskotik tahun 2010 lalu.
Nama-nama yang tersandung beberapa kasus itu bisa menjadi buah simalakama bagi partai Golkar. Apalagi semangat Munaslub ingin membawa partai Golkar menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Semoga para calon ini dipertimbangkan kembali untuk masuk ke pengurusan Golkar sehingga ke depannya tidak ada lagi kritikan seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H