sejak aktifnya gunung merapi, mata saya tidak pernah lepas untuk mengikuti perkembangannya melalui  tv. Dari channel satu ke channel lainnya, saya selalu mengikuti tayangan-tayangan yang disajikan oleh media tersebut.
Memang ada beberapa tayangan yang mirip tetapi itu tidak menjadi masalah untuk saya karena melihat tayangan tersebut, ternyata menimbulkan keasikan tersendiri bagi saya.
jangan salah sangka dengan kata-kata saya di atas.. saya bukan bermaksud untuk tidak peduli dengan kondisi tersebut ataupun tidak empaty dengan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kita disana..  tetapi yang saya maksudkan dengan kata 'asik' adalah dimana saya selalu menantikan tayangan yang menyorot wajah-wajah tua para nenek-nenek atau si mbok di lereng merapi yang selamat. Itulah mengapa tayangan tersebut menimbulkan keasikan tersendiri bagi saya.
Ternyata di lereng gunung itu, masih banyak sekali para orang-tua yang 'awet tua'.. kalau saya prediksikan, rata-rata usia mereka sudah lebih dari 80 tahun bahkan mungkin ada yang sudah mencapai 100 tahun.. tetapi saya lihat kulit mereka masih terlihat kencang dan juga mereka masih kuat untuk bekerja. . subhanallah...
Setiap sorotan kamera yang menyorot wajah tua tersebut membuat saya terkagum-kagum melihat wajah-wajah mereka. Â Â Wajah yang antik.. wajah yang penuh dengan pengalaman hidup.. wajah yang kuat dan sabar akan cobaan-cobaan hidup.. begitu saya mengungkapkannya.
Tiba-tiba, saya jadi membandingkan dengan orang-orang yang hidup di kota-kota besar dimana semuanya berjalan dengan cepat termasuk juga 'usia'nya.
Wajar lah, orang-orang seusia mereka sangat mencintai tanah dan tempat tinggalnya.  Bagi mereka, hanya tempat itu lah dimana mereka hidup dan mati..  Terbukti, walau dipaksa untuk mengungsi pun mereka tidak mau walau harus tarik-menarik dengan petugas TKD atau pun ABRI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H