Mohon tunggu...
Neviwarti Mawardi
Neviwarti Mawardi Mohon Tunggu... -

sedang belajar menuangkan kata per kata dari hati dan pikiran melalui ke-10 ujung jari-jari ini ke keyboard untuk dapat menjadikan suatu kalimat yang berarti..

Selanjutnya

Tutup

Foodie

cabai kau bagaikan makanan para bangsawan

3 Januari 2011   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:00 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1294054677803059693

Akhir-akhir ini  saya jadi bingung mau masak apa untuk lauk makan.   bukan karena saya tidak dapat memasak tetapi karena saya sudah tidak dapat lagi menikmati keringat yang bercucuran karena kepedasan. saya yang berasal dari daerah sumatera barat dan sejak kecil sudah diajarkan makan makanan yang pedas, sekarang tidak dapat berkutik dengan kenaikan harga cabai merah yang mencapai rp. 85.000,-/kg dari harga normal rp. 20.000,-/kg.   biasanya saya dapat membeli cabai merah di warung sayur dekat rumah minimal rp. 1.000,- yang banyaknya bisa 10 buah cabai.  tetapi sekarang,  saya diharuskan membeli minimal seharga rp. 4.000,- yang berisi < dari 10 buah.  itu baru cabai merah.  sedangkan cabai rawit lebih mahal lagi. [caption id="attachment_81468" align="alignright" width="300"][/caption] Itulah sebabnya untuk menekan biaya pengeluaran belanja maka sekarang saya hanya bisa mengolah lauk pauk dengan di goreng tentunya tanpa cabai.  saya pun sudah tidak lagi membuat gulai kesenangan keluarga yaitu  'asam padeh' ataupun 'pangek' yang kental rasa pedasnya karena bisa menggunakan lebih dari 15 buah cabai. bagi kami sekeluarga, hambar rasanya hidup ini tanpa merasakan pedasnya cabai.  badan masih terasa lemas walaupun sudah makan banyak.  walau kami sadar kalau perasaan itu hanya efek psikologi dan kebiasaan saja.. tetapi bagi saya ini adalah sebuah penderitaan.. seminggu yang lalu saya iseng-iseng melirik beberapa warteg dan rumah makan padang yang berada disepanjang jalan di dekat rumah,. ternyata lauk-pauk yang dipajang dilemarinya pun hampir semuanya berwarna 'pucat'.  di rumah makan padang, saya lihat ada telor balado dengan sedikit olesan cabai selebihnya adalah lauk dengan olahan gorengan...  jadi tidak nafsu juga melihat lauk-pauk tersebut.  bahkan di salah satu warteg yang biasanya sambalan menjadi 'bonus'/tambahan lauk  saat ini di'hargai' sama dengan lauk. oohh.. cabai.. kapankah hargamu akan menjadi normal kembali seperti sedia kala?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun