Mohon tunggu...
Neviwarti Mawardi
Neviwarti Mawardi Mohon Tunggu... -

sedang belajar menuangkan kata per kata dari hati dan pikiran melalui ke-10 ujung jari-jari ini ke keyboard untuk dapat menjadikan suatu kalimat yang berarti..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalan Raya Sukabumi yang Tidak berubah

23 Desember 2010   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:27 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapatkan kalender di awal tahun.. pasti sebagian dari kita mencari  tanggal an yang berwarna merah alias libur.. biasanya, setelah melihat-lihat keseluruhan tanggal merah tersebut, mulailah bola mata berputar-putar.. kadang ke atas.. kadang ke bawah.. kadang ke samping.. begitulah gaya kita apabila sedang memikirkan rencana-rencana yang akan dibuat nanti. Bagi saya yang tidak begitu suka "traveling"  dalam suasana ekonomi dan cuaca yang mencekam seperti sekarang ini.  maka saya lebih senang memilih menginap ke rumah adik saya di daerah Cimelati (Bogor). Udaranya masih sedikit sejuk dan transportasinya mudah. Selain kendaraan pribadi, banyak juga kendaraan umum yang melewati rute tersebut. Sekitar tahun 2003-2005, perjalanan menuju kesana sangat menyenangkan.  Lama perjalanan dapat ditempuh sekitar 2 jam tanpa macet.  Kondisi jalan yang mulus juga menunjang kelancaran berlalu-lintas.  Jumlah kendaraan masih sedikit dan udara perjalanannya serasa suasana gunung. Tetapi bagaimana sekarang? Untuk fisik jalan raya, sebenarnya, tidak ada perubahan yang 'signifikan'.  Kalaupun ada, hanya  lebar bahu jalan yang ditempuh sedikit diperlebar kiri-kanan.  Renovasi jembatan di daerah Cimande juga  diperlebar dan dipindah ke samping jembatan lama. Seharusnya dengan kondisi yang hampir sama, maka lama waktu yang ditempuh pun minimal sama dengan 7 tahun yang lalu.  Tetapi kenyataannya tidak.  Saat ini untuk menuju ke Cimelati dengan berkendaraan pribadi dapat mencapai 4 jam lebih (hari saptu). Apabila dibandingkan, maka jarak waktu tersebut lebih lama dari pada kita ke bandung melewati tol cipularang (< 4 jam). Memasuki ujung jalan ciawi dari tol Jagorawi, di kiri-kanan jalan sudah banyak terlihat bangunan pabrik-pabrik.  Jalan di sepanjang pabrik tersebut akan mengalami kemacetan apabila jam masuk dan keluar pabrik.  Banyak angkot yang 'ngetem' menunggu para buruh-buruh naik.  Apabila sudah macet, panjangnya dapat berkilo-kilo meter. Selain itu, kendaraan-kendaraan besar seperti, truk-truk pabrik minuman, truk pasir, dan kontener-kontener ikut mempengaruhi kemacetan tersebut. Apabila kita sudah mengalami situasi seperti itu, yang dapat kita lakukan hanya lah bersabar.  Kalau pun kita berinisiatif mengambil jalan pintas.. percuma saja... Karena jalan raya menuju Sukabumi tidak mempunyai jalan pintas. . Selain itu, aspal jalanan yang tiap sebentar terdapat lubang-lubang besar di tengah-tengah jalan yang membuat Pemda Bogor berkali-kali mengerjakan 'bongkar-pasang' jalan tersebut.  Bahkan, kedalaman lubang-lubang yang  'menganga' karena seringnya dilalui oleh truk-truk dan kendaraan beroda besar ini bisa mencapai kedalaman 15 cm. Pasar tradisional atau pasar 'tumpah' menjadi pemandangan yang khas di daerah Jawa barat termasuk di daerah menuju Sukabumi.  Pasar-pasar tridisional yang dilalui  sebanyak + 5 pasar.  Sehingga, pada pagi dan hari pasar jalanan dipenuhi oleh para pedagang, pembeli dan juga antrian angkot. Menurut berita 'burung' yang beredar dari masyarakat sekitar, Pemda Bogor akan membebaskan tanah untuk membuat terusan tol dari Ciawi langsung menuju kota Sukabumi.  Tetapi karena pembebasan lahan tersebut melewati sebagian tanah mantan RI 1 di Tapos, maka mengakibatkan proses tersebut terhenti. Mudah-mudahan beberapa tahun ke depan 'kabar' pembuatan jalan baru tersebut dapat terealisir sehingga saya dapat berlibur dengan nyaman lagi ke daerah sukabumi yang masih sejuk dibandingkan dengan puncak. Selamat berlibur.. !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun