Kalender Jawa Pakuwon adalah salah satu sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Jawa. Kalender Jawa Pakuwon berbeda dengan kalender Masehi yang umum digunakan. Penanggalan Jawa Pakuwon mempertimbangkan linguistik, fase bulan, dan perubahan musim.
Secara historis, kalender Jawa Pakuwon dikembangkan pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa pada abad ke-14. Kalender Jawa Pakuwon didasarkan pada siklus bulan dan selalu diikuti oleh acara budaya tertentu, seperti upacara pernikahan, acara keagamaan, musim panen, dan berbagai acara lainnya.
Kalender Jawa Pakuwon terdiri dari dua varian: Primbon dan Weton. Primbon adalah sistem penanggalan yang menghitung hari baik dan buruk serta mencari tahu takhayul seseorang dengan mengetahui hari kelahiran mereka. Sementara itu, Weton adalah sistem penanggalan yang menentukan tanggal lahir dan dapat diintegrasikan dengan fase bulan, sehingga membantu masyarakat dalam menentukan hari yang tepat untuk melaksanakan acara-acara khusus.
Meskipun saat ini kalender Masehi lebih banyak digunakan di Indonesia, namun kalender Jawa Pakuwon masih banyak dipakai oleh masyarakat Jawa sebagai cara untuk menghargai tradisi nenek moyang mereka. Beberapa keluarga Jawa bahkan masih merayakan hari ulang tahun berdasarkan sistem penanggalan Jawa Pakuwon.
Dalam kalender Jawa Pakuwon, setiap bulan terdiri dari 30 atau 31 hari, tergantung pada fase bulan dan musim. Setiap bulan juga memiliki nama yang berbeda, seperti pada bulan Jumadil Awal, Rejeb, Jumadil Akhir, Ramadhan, dan lainnya. Di antara tanggal-tanggal tertentu, terdapat juga hari yang dianggap sebagai hari baik atau buruk. Hal ini membuat penanggalan Jawa Pakuwon memiliki banyak nilai filosofis dan religius yang mendalam bagi masyarakat Jawa.
Dari segi visual, kalender Jawa Pakuwon memiliki ciri khas yang mencolok, yakni terdapat gambar-gambar makhluk mitologi Jawa seperti Naga atau Garuda. Selain itu, pada kalender Jawa Pakuwon juga ditampilkan fase bulan dan tanggal-tanggal penting, seperti hari-hari besar keagamaan.
Dalam kesimpulannya, kalender Jawa Pakuwon merupakan sistem penanggalan tradisional masyarakat Jawa yang masih terus bertahan hingga saat ini. Meskipun digunakan secara lebih terbatas, namun kalender Jawa Pakuwon tetap memiliki nilai filosofis dan religius yang mendalam bagi masyarakat Jawa, serta tetap mewarnai budaya dan kehidupan sehari-hari di Pulau Jawa.
 Arti hari dalam kalender Jawa Pakuwon dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dalam berbagai hal, seperti:
Acara keagamaan: Masyarakat Jawa sering kali menentukan tanggal untuk acara keagamaan, seperti puasa, jalan-kaki, atau acara perayaan keagamaan lainnya, berdasarkan pasaran tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar acara keagamaan dapat berlangsung dengan lancar dan memberikan rezeki dan keberuntungan bagi masyarakat.