Mohon tunggu...
lisan dipo
lisan dipo Mohon Tunggu... Seniman - PERBEDAAN ITU BUKAN MASALAH TAPI YANG MASALAH ITU APABILA SUKA MEMBEDA-BEDAKAN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BELAJAR DANDANI ATI TEKAN PUCUK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalender Jawa Pakuwon 2024 Lengkap

11 Desember 2023   01:07 Diperbarui: 11 Desember 2023   01:23 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalender Jawa Pakuwon adalah salah satu sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Jawa. Kalender Jawa Pakuwon berbeda dengan kalender Masehi yang umum digunakan. Penanggalan Jawa Pakuwon mempertimbangkan linguistik, fase bulan, dan perubahan musim.

Secara historis, kalender Jawa Pakuwon dikembangkan pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa pada abad ke-14. Kalender Jawa Pakuwon didasarkan pada siklus bulan dan selalu diikuti oleh acara budaya tertentu, seperti upacara pernikahan, acara keagamaan, musim panen, dan berbagai acara lainnya.

Kalender Jawa Pakuwon terdiri dari dua varian: Primbon dan Weton. Primbon adalah sistem penanggalan yang menghitung hari baik dan buruk serta mencari tahu takhayul seseorang dengan mengetahui hari kelahiran mereka. Sementara itu, Weton adalah sistem penanggalan yang menentukan tanggal lahir dan dapat diintegrasikan dengan fase bulan, sehingga membantu masyarakat dalam menentukan hari yang tepat untuk melaksanakan acara-acara khusus.

Meskipun saat ini kalender Masehi lebih banyak digunakan di Indonesia, namun kalender Jawa Pakuwon masih banyak dipakai oleh masyarakat Jawa sebagai cara untuk menghargai tradisi nenek moyang mereka. Beberapa keluarga Jawa bahkan masih merayakan hari ulang tahun berdasarkan sistem penanggalan Jawa Pakuwon.

Dalam kalender Jawa Pakuwon, setiap bulan terdiri dari 30 atau 31 hari, tergantung pada fase bulan dan musim. Setiap bulan juga memiliki nama yang berbeda, seperti pada bulan Jumadil Awal, Rejeb, Jumadil Akhir, Ramadhan, dan lainnya. Di antara tanggal-tanggal tertentu, terdapat juga hari yang dianggap sebagai hari baik atau buruk. Hal ini membuat penanggalan Jawa Pakuwon memiliki banyak nilai filosofis dan religius yang mendalam bagi masyarakat Jawa.

Dari segi visual, kalender Jawa Pakuwon memiliki ciri khas yang mencolok, yakni terdapat gambar-gambar makhluk mitologi Jawa seperti Naga atau Garuda. Selain itu, pada kalender Jawa Pakuwon juga ditampilkan fase bulan dan tanggal-tanggal penting, seperti hari-hari besar keagamaan.

Dalam kesimpulannya, kalender Jawa Pakuwon merupakan sistem penanggalan tradisional masyarakat Jawa yang masih terus bertahan hingga saat ini. Meskipun digunakan secara lebih terbatas, namun kalender Jawa Pakuwon tetap memiliki nilai filosofis dan religius yang mendalam bagi masyarakat Jawa, serta tetap mewarnai budaya dan kehidupan sehari-hari di Pulau Jawa.

 Arti hari dalam kalender Jawa Pakuwon dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dalam berbagai hal, seperti:

Acara keagamaan: Masyarakat Jawa sering kali menentukan tanggal untuk acara keagamaan, seperti puasa, jalan-kaki, atau acara perayaan keagamaan lainnya, berdasarkan pasaran tertentu. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar acara keagamaan dapat berlangsung dengan lancar dan memberikan rezeki dan keberuntungan bagi masyarakat.

Seni dan budaya: Di kalangan seniman dan budayawan, pasaran tertentu dicari sebagai inspirasi untuk berkarya. Mereka percaya bahwa hari keberuntungan dapat membantu mereka mencapai kesuksesan dalam karya seni atau budaya.

Pengambilan keputusan: Beberapa masyarakat Jawa percaya bahwa memilih hari baik di pasaran tertentu dapat membawa keberuntungan dan sukses dalam memulai suatu usaha ataupun dalam membuat keputusan penting.

Perkawinan: Masyarakat Jawa sering memilih tanggal perkawinan mereka berdasarkan pasaran tertentu. Dalam praktiknya, memilih hari baik menjadi pertimbangan yang sangat penting, karena dianggap bahwa hal tersebut dapat memberikan keberuntungan, kesuksesan, dan kebahagiaan dalam hubungan pernikahan.

Pertanian: Masyarakat Jawa sering kali menentukan waktu yang tepat untuk menanam atau memanen tanaman pertanian sebagai bagian dari kebiasaan hidup mereka. Mereka percaya bahwa memilih hari yang tepat dalam pasaran tertentu dapat meningkatkan hasil panen dan memberikan keberuntungan untuk masa depan pertanian mereka.

Itulah beberapa contoh bagaimana arti hari dalam kalender Jawa Pakuwon memengaruhi kehidupan sehari-hari di masyarakat Jawa. Walaupun dalam perkembangan zaman, penggunaan kalender Jawa Pakuwon cenderung menurun, namun budaya dan filosofi yang terkandung dalam kalender tersebut tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.

fb-img-1702226457282-6575f52ec57afb483f6c46e2.jpg
fb-img-1702226457282-6575f52ec57afb483f6c46e2.jpg

fb-img-1702226461380-6575f83712d50f69321d5b33.jpg
fb-img-1702226461380-6575f83712d50f69321d5b33.jpg

Meskipun telah terjadi perubahan dan penyesuaian pada kalender Jawa Pakuwon, sebagian masyarakat Jawa masih mempertahankan penggunaannya secara tradisional. Terutama di desa-desa atau daerah pedesaan di Jawa, kalender ini masih dipakai dalam penentuan hari baik atau hari buruk dan juga acara keagamaan, seperti upacara adat, perkawinan, dan kelahiran bayi.

Namun, perkembangan teknologi dan modernisasi juga turut mempengaruhi penggunaan kalender Jawa Pakuwon serta transformasinya menjadi bentuk yang lebih praktis dan mudah dipahami. Kini, kalender Jawa juga tersedia dalam bentuk digital, mulai dari aplikasi di smartphone hingga situs web yang menyediakan informasi tentang kalender Jawa lengkap dengan penjelasan sifat dan arti dari setiap hari dalam kalender itu sendiri.

Khususnya di Jawa Tengah, kalender Jawa Pakuwon masih banyak digunakan dan dijaga keasliannya. Hari Baik atau “Weton” masih sangat dianut oleh masyarakat Jawa dan dijadikan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaannya, setiap orang memiliki weton-guru atau hari baik yang sering dijadikan sebagai acuan dalam memulai sebuah usaha atau langkah penting dalam hidup.

Terkait dengan penentuan hari penting, misalnya hari pernikahan, juga masih banyak dilakukan dengan merujuk pada kalender Jawa Pakuwon. Pemilihan hari pernikahan yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan penghitungan weton dan mencocokkannya dengan tanggal yang diinginkan.

Namun, ada juga sebagian masyarakat Jawa yang lebih memilih menggunakan kalender Gregorian atau kalender Masehi daripada kalender Jawa. Hal ini disebabkan karena kalender Gregorian lebih internasional dan lebih mudah dipahami secara luas oleh masyarakat.

Dalam penggunaannya, pengguna kalender Jawa Pakuwon secara umum adalah mereka yang ingin tetap mempertahankan adat dan tradisi kejawen serta meneruskan warisan budaya yang ada dalam masyarakat Jawa. Semakin sedikit pula yang menggunakan kalender ini dengan alasan lebih praktis dari pihak yang lebih muda.

Demikianlah sejarah Kalender Jawa Pakuwon dan tetap dipertahankan dengan keasliannya serta digunakan secara luas oleh masyarakat Jawa. Meskipun begitu, upaya untuk melestarikan warisan budaya ini dinilai penting, seiring dengan berkembangnya laju modernisasi dan teknologi saat ini.

Penulis : Kang Lisandipo 

Sumber: Buku Adat dan tradisi Jawa, Primbon Jawa, Budaya Nusantara 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun