Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini telah menjadi ancaman serius di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia, dengan lonjakan kasus yang semakin meningkat setiap tahunnya, terutama di musim penghujan. Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan ribuan kasus DBD setiap tahun, dengan tingkat kematian yang signifikan, terutama di kalangan anak-anak. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran penyakit ini, salah satu aspek penting yang tidak dapat diabaikan adalah peran edukasi dan keterlibatan tenaga kesehatan masyarakat dalam pencegahan serta pengendalian kasus DBD. Edukasi yang tepat mengenai DBD, cara penularan, dan tindakan pencegahan merupakan salah satu langkah utama dalam menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dari potensi berkembangnya nyamuk penular DBD.
 Edukasi kesehatan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam upaya menekan penyebaran DBD. Melalui edukasi, masyarakat dapat memahami bagaimana DBD menyebar, faktor risiko, dan cara-cara pencegahannya. Pengetahuan ini memungkinkan individu untuk mengambil tindakan preventif yang efektif dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu strategi yang telah terbukti efektif adalah kampanye 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang. Edukasi mengenai pentingnya menguras tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti merupakan bentuk intervensi yang sederhana, namun memiliki dampak signifikan. Kampanye ini juga perlu didukung dengan pengetahuan tentang ciri-ciri tempat berkembang biaknya nyamuk serta upaya pengendalian vektor lainnya, seperti penggunaan kelambu, obat nyamuk, dan fogging (pengasapan). Selain itu, edukasi harus mencakup pengetahuan mengenai gejala DBD, sehingga masyarakat dapat segera mengenali tanda-tanda awal dan melakukan tindakan medis dengan cepat. Pengetahuan mengenai gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri sendi, dan munculnya bintik-bintik merah pada kulit dapat membantu masyarakat untuk waspada dan mencegah keterlambatan diagnosis, yang sering kali menjadi faktor penyebab meningkatnya angka kematian akibat DBD. Pemerintah bersama dengan sektor swasta, lembaga pendidikan dan tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam menyebarkan edukasi ini melalui berbagai media, mulai dari media cetak, media sosial, hingga penyuluhan langsung ke masyarakat. Namun, hanya edukasi saja tidak cukup tanpa diimbangi dengan keterlibatan aktif dari masyarakat itu sendiri.
Meskipun penting, pelaksanaan edukasi dan keterlibatan tenaga kesehatan masyarakat dalam pencegahan DBD tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya upaya preventif. Beberapa individu mungkin tidak menyadari dampak serius dari DBD, atau menganggap bahwa pencegahan bukanlah tanggung jawab pribadi mereka. Selain itu, di beberapa daerah yang memiliki akses terbatas terhadap informasi, penyebaran edukasi menjadi lebih sulit. Kurangnya sumber daya, baik finansial maupun sumber daya manusia, juga menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan program pencegahan berbasis komunitas. Sering kali, kader kesehatan dan program posyandu tidak memiliki cukup dukungan dari pemerintah atau pihak terkait untuk melaksanakan kegiatan yang berkelanjutan.
Kata Kunci : Â DBD, Edukasi, Kesehatan, Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Haryadi & Wibowo. P. A (2022) ‘Pendidikan Kesehatan Melalui Media Flip Chart Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Demam Berdarah Dengue’, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal PENGARUH, 12(4), pp. 819–826.
Sari, R.K. et al. (2022) ‘Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD di Puskesmas Karangdoro’, Jurnal ABDIMAS-KU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kedokteran, 1(1), p. 25. Available at: https://doi.org/10.30659/abdimasku.1.1.25-33.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H