Suasana jelang Kongres IV PAN di Bali, 28 Februari - 3 Maret 2015 mendatang semakin panas dan seru, kedua tim makin sengit dalam melempar opini namun jika dicermati beberapa opini yang dilemparkan oleh tim Hatta Rajasa terlihat jelas adanya "kepanikan" untuk melawan opini yang dibangun oleh tim Zulkifli Hasan. Sebut saja opini yang dibangun oleh Wakil Ketua Umum PAN Drajad Wibowo mengenai Keberhasilan PAN dalam meraih suara terbanyak di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa.
Bagi Ketua DPP PAN Agung Mozin atau yang biasa disapa Amoz, pernyataan Drajad itu bentuk kepanikan dan kegelisahan dari tim Hatta Rajasa. Karena mereka bingung opini apa lagi yang akan "dijual" kepada kader PAN. Membandingkan keberhasilan itu bukan hanya dengan prosentase angka-angka tapi harus juga disandingkan dengan targetnya.
Awalnya Ketua Umum Hatta Rajasa menargetkan PAN harus meraih 80 kursi untuk DPR RI pada pemilu legislatif 2014, kemudian Hatta mengoreksinya menjadi 70 kursi, dan akhirnya mengoreksi kembali menjadi 60 kursi. Namun hasilnya hanya 48 kursi DPR RI yang dirah oleh PAN, itu artinya Hatta gagal dalam meraih target perolehan kursi DPR RI.
Amoz merasa bingung mengapa Drajad yang cerdas dan seorang pengamat ekonomi itu melakukan komparasi sebuah masalah dengan hal yang tidak berimbang. Masa membandingkan perjalanan ke Bandung dengan perjalanan ke Surabaya...? Drajad membandingkan keberhasilan Hatta Rajasa sebagai ketua umum PAN dengan Zulkifli Hasan yang hanya sebagai Sekjend PAN. Itu namnya Jaka Sembung Rambut Kribo alias Gak Nyambung, Bro..!!
Pertarungan politik pada tahun 2009 itu sengit dan ketat, ada 38 partai politik yang menjadi peserta pemilu dan PAN berhasil meraih posisi ke 5 dalam perolehan suara. Sedangkan Pemilu 2014 hanya diikuti 12 partai politik dan PAN hanya berada pada posisi ke 6 dalam perolehan jumlah suara. Wajar jika perolehan suara PAN pada Pemilu 2014 tinggi jika dihitung berdasarkan prosentase karena jumlah bilangan pembaginya kecil. Sebagai pengamat ekonomi Drajat pasti paham hitung-hitungan tersebut. Sayangnya Drajat menyembunyikan dakta dan fakta itu, disini terlihat jelas bahwa tim Hatta Rajasa sangat panik menghadapi Kongres IV PAN di Bali mendatang, sehingga dalam membuat analisis komparasi saja salah.
Lebih lanjut Amoz menjelaskan, pernyataan Drajad itu terlihat lucu dan geli, bagi kita yang terlibat aktif mengurus partai tahu betul siapa yang bekerja untuk partai lima tahun terakhir ini. Drajad selama ini tidak merasa nyaman di partai hingga akhirnya dia menarik diri dari aktifitas partai selama 4 tahun terakhir ini, itu sebabnya Drajad tidak ikut merasakan pahit getirnya saat membangun partai.
Semua orang sudah paham khsususnya kader PAN yang bersentuhan langsung dengan aktifitas partai sepanjang periode 2010-1015 bahwa partai hanya diusur oleh Hatta Rajasa dengan sisa waktu yang dimilikinya. Kalau partai hanya diurus dengan sisa waktu berarti ada orang lain yang rela mengorbankan waktu dan segalanya untuk partai, siapa dia..? Tentunya Drajad lebih tahu siapa saja yang orang-orang atau kader-kader kunci yang selalu mengisi kekosongan Hatta di partai.
Selama ini kader-kader kuncilah yang selalu hadir mengisi kekosongan Hatta di partai karena kesibukannya di kabinet. Merekalah yang selalu rela mengorbankan waktu, tenaga dan tidak jarang materi agar PAN tetap eksist dalam percaturan politik tanah air. Termasuk para pengurus DPD/DPW PAN, merakalah yang membiayai semua dana kampanye partai pada Pemilu 2014 apabila Hatta datang ke daerah. Tidak ada bantuan dana sedikut pun dari Hatta atau DPP untuk kampanye.
Jadi kalau mau bijak, harusnya Drajad menegaskan bahwa keberhasilan PAN pada pemilu 2014 adalah hasil kerja keras yang luar biasa dari para kader PAN bukan kerja Hatta Rajasa secara personal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H