Kongres PAN IV yang akan berlangsung di Bali, 28 Februari – 3 Maret 2015 mendatang diharapkan dapat membawa angin perubahan ke arah yang lebih baik bagi rumah besar PAN secara internal dan bangsa Indonesia secara lebih luas. Sebagai salah satu kekuatan politik nasional PAN harus mampu mengakomodir semua golongan dan bersinergi dengan instansi/lembaga lain yang ada di Indonesia.
Terkait masalah yang terakhir, belum lama ini PAN mendapat sindiran yang cukup sinis dari Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah sekaligus Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Din Syamsuddin. Din menilai Partai Amanat Nasional selama lima tahun terakhir ini kurang menjaga hubungan baik sehingga banyak warganya yang kecewa dan tidak memilihnya pada pesta demokrasi Pemilihan Umum. Padahal, Muhammadiyah dianggap sebagai salah satu elemen membidani kelahiran PAN.
Menurut Din, Muhammadiyah tidak punya hubungan khusus dengan PAN. Tetapi dia mengakui secara sosiologis politis dan berdasarkan pengamatan masyarakat, konstituen PAN itu sebagian adalah warga Muhammadiyah.
Din yang mengaku tidak memiliki kepentingan apapun terhadap PAN juga menilai partai yang bentukan Amien Rais itu berjalan sendiri. Dia menganggap pimpinan partai kini seolah tidak lagi membutuhkan keikutsertaan warga Muhammadiyah.
Menurut saya curahan hati yang diungkapan oleh Din adalah sebuah kebenaran yang jujur dan tanpa rekayasa. Pernyataan Din adalah sebuah refleksi yang dialami Din dan warga Muhammadiyah selama ini. Bahkan secara tersirat saya dapat menilai apa yang diutarakan oleh Din adalah puncak dari kemarahan seorang ulama besar yang sopan dan santun.
Yang saya sayangkan tidak ada Pengurus DPP PAN yang peka atau sensitif atas pernyataan Din Syamsuddin ini, termasuk Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Bagi saya disharmoni hubungan PAN dan Muhammadiyah seperti kacang lupa pada kulitnya. Jadi apa yang diungkapkan oleh Din merupakan hal yang wajar.
Din berpesan kepada pemimpin PAN mendatang agar tidak meninggalkan konstituen, khususnya warga Muhammadiyah. Pesan yang disampaikan Din ini menurut saya memiliki makna sangat mendalam dan ini harus menjadi konsen Pengurus DPP PAN yang akan datang agar PAN tidak dicap sebagai partai yang ahistoris.
Bagaimana PAN ingin diingat dan dipilih oleh konstiuen pada pemilu jika terhadap organisasi yang melahirkannya saja, PAN melupakannya. Karena itu pernyataan Din Syamsuddin harus menjadi landasan bagi para kader PAN yang akan memilih ketua umum baru pada Kongres IV PAN di Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H