Lisa Ertanti
202310420311157
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Malang  - Sroke merupakan salah satu penyakit yang tidak hanya membawa dampak besar bagi penderitanya, tetapi juga bagi orang-orang terdekat yang terlibat langsung dalam proses perawatan. Family caregiver, atau anggota keluarga yang bertanggung jawab merawat pasien stroke, memegang peran krusial dalam mendukung pemulihan pasien. Namun, peran ini sering kali datang tanpa persiapan yang memadai, sehingga menimbulkan berbagai tantangan fisik, emosional, dan sosial. Â
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anis Ika Nur Rohman, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ditemukan bahwa family caregiver memiliki berbagai kebutuhan yang belum terpenuhi dalam menjalankan perannya. "Banyak family caregiver yang merasa tidak cukup siap saat harus merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Mereka sering menghadapi kendala dalam mendapatkan informasi yang relevan, dukungan profesional, dan jaringan komunitas," jelas Anis. Â
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik caregiver pasien stroke di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen, Malang, dengan melibatkan 62 responden. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebutuhan informasi kesehatan menjadi prioritas utama bagi 89,96% caregiver. "Mereka membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi stroke, cara merawat pasien, serta langkah-langkah pencegahan komplikasi. Ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam edukasi yang diberikan oleh fasilitas kesehatan," tambah Anis. Â
Selain itu, dukungan profesional juga menjadi kebutuhan penting, di mana 88,30% responden mengharapkan bimbingan langsung dari dokter, perawat, atau terapis. "Caregiver merasa lebih percaya diri ketika mendapatkan panduan yang jelas dari tenaga medis. Hal ini juga membantu mereka dalam menghadapi situasi darurat atau komplikasi yang mungkin terjadi," ujarnya. Â
Dukungan komunitas, yang mencakup kelompok pendukung dan jaringan sosial, dinilai penting oleh 87,30% responden. "Peran komunitas sangat besar, terutama dalam memberikan ruang bagi caregiver untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan motivasi," terang Anis. Â
Pada aspek emosional, sebanyak 80,19% responden merasa membutuhkan dukungan moral. "Merawat pasien stroke sering kali menjadi beban emosional yang berat. Dukungan dari keluarga, teman, atau bahkan tenaga profesional sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mental mereka," ungkapnya. Â
Dukungan lain yang tak kalah penting adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan perawatan (78,71%) dan bantuan instrumental seperti fasilitas dan logistik (66,49%). "Caregiver ingin merasa dilibatkan dalam proses perawatan, karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan pasien. Di sisi lain, kebutuhan instrumental juga menjadi tantangan, terutama bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi," kata Anis. Â
Penelitian ini menegaskan bahwa peran family caregiver tidak hanya membutuhkan dedikasi, tetapi juga dukungan menyeluruh dari berbagai pihak. "Kita harus mulai melihat caregiver sebagai bagian dari sistem perawatan kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Program pelatihan, jaringan komunitas, dan kebijakan pendukung harus menjadi prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," tutup Anis. Â