“Nostalgia panjang tak bertepi”
By. Lisa Nurhayati
“Ketapang menangis”
“One message for you, one message for you. . .”, suara hp yang aku tunggu-tunggu berbunyi. “hmmm baru ada balasan, tapi tak apalah yang penting come”, ucapku dengan girang.
“maaf ya liz, tadi aku masih silaturahmi ke rumah paman. Katanya kita mau venture on?, ku dah ready ni, yuk berangkat sekarang?”, isi pesan dari sahabatku. Aku gembira sembari histeris sendiri, hingga sepupuku merasa aneh dan geli melihat sikapku.
“oke. . . capcus sekarang, waiting me di pertigaan biasanya!. Ow ia, btw couple apa sekarang?.. bebas ya???, balas messageku padanya.
“eh lis, Gak jelas banget sih, emang mau kemana?, bikin heran aja!”, sahut sepupuku dengan sewot. “haduuh, mau tau aja, urusanku tau!”, sahutku dengan mengejeknya. “huh, dasar!”, baliknya sambil pergi (percakapan dalam bahasa jawa). aku geli melihatnya, kami selalu bercanda, bertengkar tapi cepat berdamai, dan saling berbagi. Walau bagaimanapun, dia adalah sepupuku yang paling baik diantara yang lainnya. Ya . . meskipun kadang kami sering cekcok, namun kami selalu berakhir dengan canda tawa, karena kami saling menyayangi sesama keluarga.
Namaku liza nungmadya mahulete, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Awalnya aku memang akan memiliki saudara kandung, namun taqdir berkata lain, empat belas tahun yang lalu allah telah memutuskan adikku untuk bertemu dengan kami di syurga. Aku adalah seorang mahasiswa aktif ilmu pendidikan dan keguruan di salah satu universitas negeri di kota Surabaya. Sedikit meperkenalkan diri, aku adalah tipical cewek yang sangat suka sekali dengan hal-hal yang berbau tentang tantangan. So, lets be compete!
Bebera jam kemudian, . .
,“akhirnya datang juga kamu di, ayo kita berangkat. Aku pengen banget ke pantai, mumpung ada moment. Anterin aku ya?”, ajakku padanya. “ia liz, ayo. . . aku mau anterin kamu kemana kamu mau, hehe”, candanya yang membuatku malu. “ah kamu selalu bercanda ama aku di!, aku gak suka”, sahutku dengan canda padanya. Akhirnya kamipun berangkat menuju pantai pulau merah yang ada di pesisir selatan banyuwangi. Keindahannya membuatku sangat terpukau, hingga aku tak akan pernah melewatkan untuk pergi kesana ketika mudik ke banyuwangi. Satu setengah jam waktu yang kami butuhkan kesana, hitung-hitung sekalian silaturahmi ke rumah teman yang ada di daerah sana.
Andi adalah sahabatku, kami sudah lama bersahabat sejak tujuh tahun lamanya. Sebenarnya aku menyimpan perasaan padanya, tapi aku tak tahu bagaimana dengan dirinya. Aku tak mau kecewa atau malu karena aku harus mengungkapkan, sebab aku wanita dan tak ingin malu atas sikapku yang konyol tersebut. Karena dia belum menunjukkan perasaannya padaku.
angin dipantai begitu sejuk dan menenangkan, disamping ombak yang melambai-lambai kami,
“liz, gimana kabar kamu?, kamu baik-baik aja kan selama ini?”, tanyanya mengejutkanku. “kamu aneh di, udah jelas aku baik-baik saja bahkan gembira banget ni bisa jalan-jalan ke pantai. Memang aku terlihat aneh kah di?”,jawabku heran. Sambil meneguk soda rasa melon (minuman yang selalu dia bawa ketika go out) dia memegang tanganku seraya berucap,
“aku takut kamu bakal tinggalin aku liz. Gak tau kenapa, aku bahagia kalau bisa jalan-jalan dan ada bersama kamu. Aku di Jakarta sekolah, aku kangen ama kamu, gak bisa kalau gak ketemu kamu sebenernya liz. Aku sedih kalau kita sudah balik ke tempat kulyah masing-masing, lama sekali liz rasanya buat kita ketemu lagi.Maaf aku lancang!”, memandangku. Aku sangat terkejut, “dooooooor, kau melamun liz!”, mengagetkanku dari lamunanku. “aduh di, kaget banget tau!, aku gak suka kau ngagetkanku gini. Bikin jantung copot aja kau, hmmmm”, sahutku murung dan kaget. “udah lupain liz, ayo menyusuri pantai!, seru banget nih kayaknya.”, menarik tanganku.
Aku heran melihat sikapnya, kadang aku yang malu dengan responku padanya, entah kenapa. Andi sahabat yang unik dan menghibur, jarang aku menemukan orang seperti dia. Akhirnya kamipun berjalan dan bermain menyusuri pantai pulau merah yang unik dan menghibur. “Senang sekali rasanya bersama andi, apa dia tak merasa akan sikapku selama ini?, ya sudahlah, mungkin waktu yang akan menjawab”, batinku sambil memandang padanya (namun dia tak sadar).
Sorepun tak terasa menemani perjalanan kami. Andi mengantarkanku pulang, tak lupa kami sempatkan mampir ke kedai bakso pinggir jalanan guna mengatasi rasa lapar setelah bermain di pantai.
Kulihat malam dibalik tirai jendela, angin berhembus sepoi-sepoi. Lambaian dedaunan persis lanbaian obak di pantai, sungguh indah dan membuatku damai. Menostalgia pagi itu membuatku enggan melupakan dia sebagai sahabatku, ataupun lebih. Tak terasa hari ini ku lewatkan dengan hal yang membuatku terkesan, meskipun sangat sedidkit waktu yang menemani. Kupejamkan mata dengan penuh harapan dan pasrah, “akankah aku kembali esok pagi?, dan apakah selama ini tindakanku adalah sebuah hal yang bermanfaat?.
---------/----------
Dua minggu kemudian,
“der...der…der…”(nada panjang) suara getar ponsel yang aku letakkan diatas ranjang, sesekali berhenti dan getaran ponsel itu kembali lagi. Waktu itu aku sedang larut dalam kesibukanku, yaitu menulis cerpen. Sudah lama ketika liburan ini aku tak menyentuh laptop sama sekali, karena aku begitu asyik menghabiskan waktu liburan dengan berjalan-jalan menyusuri pantai, dan tempat wisata lain yang dekat dengan kediaman nenekku ini. Kini liburan mulai berakhir, hanya sepekan lagi aku tinggal di rumah nenek yang sangat tentram dan jauh dari polusi udara serta kebisingan lainnya.
Aku begitu lelah mengahiskan waktu berjam-jam didepan laptop. Angin yang sepoi-sepoi membuatku sangat mengantuk disiang itu, maklum suasana desa sangatlah menyejukkan, apalagi teras depan rumah nenekku telah disediakan kursi pembaringan layaknya kursi pantai.
“apa !!... ya allah, bodohnya aku!, kenapa hp gak aku bawa dari tadi!”, dengan membanting bantal yang akan ku pakai. Tetes mataku tak bisa terbendung lagi, aku tak kuasa menahannya. Secepatnya aku berusaha menghubingi andi, ternyata andi menelfonku dua jam yang lalu, dan iapun mengirimkan satu pesan panjang untukku.
Aku sangat bersalah, dan secepatnya aku menghubungi andi.
“masih tertinggal bayanganmu.. yang telah membekas direlung hatiku. Hujan tanpa henti, seolah bertanda, cinta tak disini lagi kau tlah berpaling...”, nada ringtone andimembuatku termenung. Ku matikan dan langsung kuhubungi kembali, hingga aku sangat putus asa pada waktu itu.
“kenapa kau tak mau mengangkat telfon aku!, aku salah apa di?, apa karena telfon yang gak ku angkat?”, sedihku dalam hati. Ku buka kembali satu pesan panjang yang andi kirim padaku,
“assaalmualaikum liz, maaf ya aku ganggu waktumu!.
Kamu lagi apa ya lis, kok gak angkat telfonku?,aku sempat kawatir ama keadaanmu disana.
Tak terasa waktu liburan telah usai, dan aku sangat membenci kepergiannya. Kau masih ingatkan lis apa yang aku katakan ketika kita dipantai??, semoga kamu gak pernah lupa lis. Aku sedih perpisahan sementara ini terjadi lagi, namun bagaimanapun kita tak bisa menghindarinya.
Aku merasa jatuh lalu tertimpa tangga!. Sangat sakit dan sial sekali buatku. Kepergian untuk study adalah harapan siapapun, apalagi bisa out luar negeri. Full scholar ship, dan free palace there!, it’s soo lucky time. But not for me now!. Tadi malam berita kelulusan tes beasiswa keluar negeri lis, awalnya aku gembira karena impianku telah terpenuhi, dan usahaku sungguh bernilai dimata ilahy, namun disisi lain aku sedih dan merasakan keretakan yang sangat gak bisa aku ungkapan!.
Jujur…
Aku gak bisa jauh dari kamu lis!. Kamu adalah sahabatku yang gak pernah ada penggantinya. Aku nyaman sekali bisa dekat denganmu, dan aku tenang tiap kali bisa mendapat solusi atas curhatanku selama ini. Aku sedih lis,,,
Besok aku akan packing pulang ke bali. Sebenarnya masih ada sisa waktu seminggu mengahbiskan waktu bertemu denganmu, namun aku marah dengan orang tuaku!, beliau menyuruhku segera pulang ke bali. Aku berat tinggalin kamu lis! Aku gak siap honey!.
Jika kau tak keberatan, maukah kau menemani perpisahanku diujung laut ketapang?. ku harap aku bisa melihatmu diwaktu terakhirku liz. Mungkin aku sangat rindu pada perpisahan ini, padamu yang akan ku tinggal sementara di negeri yang tercinta ini.
Waiting you there! Please…
Wasalamualkum..”
Aku menangis, dan terus menangis waktu itu. Aku tak kuat Menahan perpisahan ini sebenarnya, namun aku tetap harus bangga atas tercapainya cita-cita andy bersekolah diluar negeri. Aku tak boleh menagis diahadpannya esok, aku tak boleh menggerutu dihapannya, dan aku tak boleh menunjukkan muka menyesal atau apapun itu dihadapannya. Hariku sangat kacau pada waktu itu, dan konsentrasiku pudar, lelah dan malas sekali menjalani aktifitas apapun hingga malampun tiba.
-------------------/-----------------
Kicauan burung beriringan suara aliran sungai yang terdengar hingga di pekarangan rumah nenek serasa menentramkan hati. Balutan hijau pohon serta embun yang memeluknya, serasa tak ada tempat yang lebih baik dari kampng halamanku. Pagi itu hampir saja aku lupa akan kepergian andi ke bali, maklum aku sangat letih dan merasakan pusing yang tak bisa ditahan. Bergegas aku terbangun dan langsung menuju kamr mandi, tak peduli dinginnya udara pagi yang membalut. Kulihat wktu menujukkan pukul 06.30 pagi,
“pinjam motor ya bro!, aku terburu-buru banget kali ini , pliss ya ?”, pintaku memelas. “hmmm…oke, tapi!”, pintanya. “tapi apa bro?!”, sahutku aneh. “cucikan motornya ya seletah ini?!, hahaha…”, celotehnya. “ya allah…gitu aja gak langsung ngomong bro!, gampang ah. Yaudah aku mau berangkat mengejar waktu!”, sahutku judes padanya (percakapan bahasa jawa). Ku sahut sepotong telo goreng yang ada dimeja sambil mengeluarkan motor. Tak peduli dinginnya pagi hari yang ku tembus, namun terbayar oleh keindahan desa plampang rejo ini. Begitu hijau nan subur tanahnya, ramah penduduknya serta gotong-royong simbolnya.
Sempat ku teteskan air mata diperjalanan, gundah dan bingung apa yang harus aku katakan padanya. Waktu telah menunjukkan pukul 07.45, akupun masih perjalana di kota rogojampi. Tiba-tiba ku rasakan ada yang aneh dengan motorku, seolah-olah berkelok-kelok dan tak nyaman ku kendarai,
“mbak, bannya bocor!”, teriak salah satu pengemudi yang mendahuluiku. Kulihat ban motorku, “wah parah!!, astagfrullah…. Kenapa mendadak ban bisa bocor sih!”, celotehku dengan kesal dan murung. Akupun sedih, merasa kacau dan campur aduk rasanya. “one message for you, one message for you..”, dering nada pesanku. Secepatnya aku buka dan, “andi,,,,,!”, spontan ku sebut namanya. Ternyata andi, dan dia menanyakanku. Aku bingung menjawabnya, dan dia akan menaiki kapal yang berangkat pukul 10.00 pagi ini. Gelisah sekali diriku. Ku tuntun motor hingga 1 km jraaknya, namun untung saja tepat didepan telah ada tukang tambal ban. Bergegas aku lari sambil menuntun motor hingga sampai di bengkel tambal ban itu.
“andi tunggu aku ya!, aku udah diperjalanan, dan motorku baru saja aku tambal. Pliss!”, kutefon andi dengan cemas. “ia liz, aku nunggu kamu dari tadi!, aku kira kamu ngapain liz. Pesanku gak kamu balas liz soalnya..”, sahut andi dengan cemas menungguku disana.
Satu setengah jam kemudian,
“andi!!!, teriakku memanggilnya. “liza,,,”, sahut andi lari menujuku. “maaf ya di, aku lama banget datangnya, dan aku udah ngecewain kamu!”, seraya menunduk malu. “liz..ayo ikut aku..”, menggenggam tanganku. Diapun membawaku kesuatu tempat diujung dermaga. Tempat menuju antrian masuk penumpang kapal. Sepintas terlihat ombak pantai yang melamabi-lambai, persis ketika aku bersamanya tatkala di pantai pulau merah kemarin.
“liz, maafkan aku!”, menunduk. “apa far?, minta maaf atas apa?”, kupegang erat tangannya. Ku coba menaikkan wajahnya yang sempat menunduk sedih, mata elangnya yang begitu indah, kupandangi dengan tulus dan tak bosan.
“aku gak tau harus apa dengan kondisiku saat ini lis, dan aku juga terhimpit. Aku menyayangimu!. Sekian lama bersamamu, membuatku memiliki rasa yang lebih dan lebih, tak cukup dari ahabat biasa. Kau my honey!. So beautiful honey for me!”, memandangku dengan mata elangnya. “bagaimanapun aku disana, aku tetap ada buat kamu liz!, jangan kau ragukan aku. Aku akan selalu kasih kabar ke kamu liz, kelak…aku ingin kau jadi sahabat hidupku hingga matiku!. Disisiku dan tak boleh ada yang memiliki kau!” memelukku sebentar.
“aku gak tau apa yang harus akau ucap di.., aku bingung dan cemas!. Aku gak tau apa yang akan terjadi ama kamu disana, dan sebaliknya padaku disini. Biar waktu yang akan menjawab ini semua!, karena aku juga menyayangimu!. Aku mengharap kasihmu hanya untukku saja, namun aku gak bisa menepis kalau kelak ini semua akan berubah, padamu,…atau padaku sendiri!. You so far there!”, ucapku sedih berteman tetesan air mata.Setengah jam kemudian, “tuuuuuut, …”, bunyi tanda kapal akan segera berangkat.
“cepat pergi!, jauhi aku sekarang!!”, bentakku sedih pada andi. “liz, aku gak bisa..!, aku bisa menundanya besok liz. Aku mohon, ..aku ingin bersamamu lis!”, pintanya sedih padaku. “gak di!!, gak,,,!. Cepat pergi, dan jauhi aku di!”, sahutku dan meninggalkannya.
Andi pun menaiki kapal dengan tetes matanya. Kulihat kapal semakin menjauh dan menjauh. Wajah andi semakin tak terlihat olehku. Akupun berteriak dan berteriak memanggilnya. “andi…!!, I love you !!”, teriakku diujung dermaga pelabuhan. Kutemukan sebuah kalung emas yang ada dikantong jaketku, “apakah ini pemberian andi, sengaja dia memelukku karena ini!”, tanyaku dalam hati. Walau bagaimanapun, andi akan selalu terkenang dalam hati ini, entah kelak kesempatan akan mempertemukan kami atau tidak. Karena taqdir adalah sebaik-baik keputusan untukku dan untuk andi disana.
Bebrapa menit kemudian, hujanpun mengguyur pelabuhan ketapang. Tubuhku basah dan lemas sekali rasanya. Ketapang adalah saksi dimana aku mengungkapkan perasaan ini padanya, namun tak tahu bagaimana esok. Telah terukir kisah yang indah bersamamu. Kutulis dalam goresan tinta hatiku, hari ini adalah hari dimana Ketapang menangis karena kepergiannya.
--------------------/--------------------
“I am yours now!!”
Tiga tahun kemudian,
“Never mind 'll find someone like you, I wish nothing but the best for you too.."Don't forget me," I begged"I'll remember," you said"Sometimes it lasts in loveBut sometimes it hurts instead."Sometimes it lasts in loveBut sometimes it hurts instead,Yeah….”
~adele:someone like you~
Inilah lagu yang sering aku dengarkan setelah kepergiannya. Andi tak ada kabar sama sekali pasca ia mulai terbang ke Canada. Email dan sosmed tak ada respon sama sekali. Mungkin dia telah memiliki dunia yang baru, hingga aku tak diingat sedikitpun. Tak dapat dipungkiri, aku stress dan putus asa hingga mulai melupaknnya, dan cukup bagiku kini!.
Sebelum menjelang wisuda yang kurang dua bulan lalu, pertemuanku dengan sesorang lelaki yang menjadi asisten sementara dosen pembimbingku membawa pada sebuah awal babak perjalanan cintaku untuk selamanya. Dosenku tak sengaja memperkenalkan antara kami, hingga kami mulai berkomunikasi secara menerus.
Dia adalah sosok laki-laki yang penuh dengan kesopanan dan kaismatik. Kesederhanaannya dan kekonsisitenannya menjalani hidup membawanya pada kesempatan hidup yang selalu beruntung. Mulai dari schoolar ship yang kini ia dapat mulai s1 hingga s2, prestasi non akademik yang selalu konsisten, ibadahnya yang bisa dibilang tak pernah ketinggalan. Hanya saja ia selalu berpenampilan sederhana dan apa adanya, tak nanpak seperti orang penting, padahal dia adalah orang penting dalam dunia penelitian dan pendidikan hukum. Sosok laki-laki itu bernama ibnu rusdiawan.
Beberapa bulan aku berkomunikasi dengannya, takku sangka sebuah harapan suci terlontar dari ucapannya yang mengobati hatiku,
“adik.., bagiku kini bukan lagi sekedar pengenalan atau jalinan komunikasi yang biasa saja. Bukan hanya untuk saling mengenal antara kita, bercerita hal-hal yang menyenagkan atau sedih, namun aku harap beberapa langkah lagi komunikasi ini akan menjadi curhatan hati kepada sandingan hidup untuk selamanya”, tuturnya lembut serta malu kepadaku. Aku terdiam sejenak bercampur malu. Kusempatkan melihat wajahnya yang penuh keseriusan menatapku. “maaf mas, aku belum faham apa yang mas maksut padaku?,..”, aku berpura –pura bodoh hingga kata-kata yang meyakinkan benar-benar terlontar dari ucapan lembutnya untuk meyakinkan hatiku.
“dik, aku disini tulus mengungkapkannya. Hasrat dan janji suci ini, sudah lama ingin aku ucapkan sejak sebulan aku mengenalmu. Dik…, maukah kau menjadi pelabuhan hatiku untuk selamanya?, dunia dan akhirat ini?!. Aku ingin memilikimu dik..!!”, jujurnya dengan memandangiku. Akupun sangat malu, namun aku tak dapat membohongi hatiku. Beberapa bulan aku menjalin komunikasi dengannya, aku mulai mencintainya. ya.. mencintai karena kepribadiannya yang benar-benar menentramkan hatiku, hingga aku akhirnya menerima cinta sucinya.
“ya mas.., aku juga”, jawabku ikhlas dengan senyum kepada mas rusdi.
Sebualan kemudian, tak senagaja nostalgia alamaku muncul. Andi datang disaat yang tidak tepat. Sebuah email dengan alamat baru datang, awalnya aku tak tahu siapa itu, namun ketika aku membacanya, ternyata itu adalah andi.
“asslamaualaikum liz. Masih ingatkah padaku liz?, ini aku, andi liz. Sahabat lamamu…!. Bisakah kita bertemu lis, ada yang ingin akau sampaikan padamu lis. Aku ekarang di Indonesia karena liburan musim dingin telah tiba.
Waiting you there my honey…”
Aku kaget dan bingung dengan kedatangan andi yang telah lama menghilang dariku. Sempat akau enggan membalas emailnya, namun tak dapat ku pungkiri kalau akau masih menyayanginya. Akhirnya kusanggupi dengan membalas email andi untuk bertemu esok di Taman bibit (taman flora), yaitu salah satu taman kota yang teletak di daerah Bratang, Surabaya.
Kesokan harinya,
Kamipun bertemu dan berbincang disalah satu tempat dududk yang terletak di sudut-sudut taman. Andi membuatku terkejut dengan ucapannya,
“liz, maaf ya… lama aku gak kasih kabarke kamu. Aku sempat dapat musibah, laptop dan hp aku ilang liz sesampai dibandara. Dataku juga ludes!!, maaf ya liz sampai kita gak komunikasi tiga tahun lamanya. Aku menyesal akan hal ini, dan aku rindu lis akan kesenjangan itu. Lis…please belief me!, Aku ingin kau tau perasaan ini lis,,,!. Aku ingin kau menegerti aku lis..”, melasnya padaku dengan tertunduk.
Aku menyadari, ada satu harapan yang ingin andi utarakan padaku, namun aku mengingat sebuah perasaan. Perasaan yang telah berharap penuh dengan janji suci.
“lis, sebentar lagi aku lulus. Hanya kurang satu setengah tahun lagi. Maaf kalau aku seolah terlihat hanya membutuhkanmu ketika pulang, namun itu gak benar liz..!. aku ingin membawmu keluar negeri pasca kelulusanku, kamu maukan liz?”, pinta andi penuh harap padaku.
“di… mungkin hal ini akan terdengar berat olehmu, dan berat untuk ku ucapkan. Maafkan aku di..!”, menetes air mataku. “ada apa liz?, katakana liz apa yang terjadi?!..”, sahut andi memegang tanganku. “mungkin aku bukan liza yang kau harap dahulu, bukan liza yang kau tinggal tiga tahun lamanya, dan bukan liza yang…”, jelasku seraya andi memotong ucapanku. “apa liz?!... katakan saja, aku siap mendengarnya. Kamu gak akan bilang tinggalin aku kan liz?, kamu gak akan bilang kalau kamu benci padaku kan liz?”, Tanya andi sedih.
“ya far,,,, kamu benar!. Aku telah memiliki cinta yang lain. Maafkan aku far!. Sekian lama aku menantimu, namun kau melupakanku disini, tapi aku tak pernah membencimu far. Sekali lagi maafkan aku far!”, sahutku menatapnya. Dia hanya terdiam sedih, memandangiku dan meneteskan air mata. “sebentar lagi aku akan dipinang oleh seorang lelaki yang sekaligus akan secepatnya menikahiku, maafkan aku tak mengabarimu terlebih dahulu!”, ucapku terakhir padanya.
Ku teteskan air mata, namun secepetnya aku meninggalkan andi yang duduk membisu disana. “Liz, jangan tinggalkan aku,,”, teriaknya sambil mengusap air mata. “maafkan aku andi!”, batinku dengan sedih. Aku hanya tak ingin dia larut dalam kesedihan, begtu juga diriku. Aku tahu andi bukanlah tipe orang yang pembohong, karena lama aku telah mengetahui dirinya. Aku percaya apa yang diucapnya tadi, namun ada yang lebih harus ku jaga untuk hati ini, yaitu mas rusdiawan. inilah taqdir yang terbaik, yaitu menegtahui apa yang lebih pantas untuk kita.
Sebulan kemudian,
Mas rusdiawan meminangku beserta keluarganya, dan pada bulan itu juga kami menikah. Sungguh bahagianya aku bisa bertemu dengan labuhan hatiku yang sekian lama menjadi teka-teki hidup ini. Namun, disisi lain aku tak bisa menahan rasa bersalah dan melupakan andi. Aku yakin andi akan menemukan yang terbaik dariku.
Seminggu pasca pernikahanku, andi baru datang membawa kabar melalui emailnya. Dia berpamitan untuk yang terakhir kalinya sebelum dia terbang ke Canada. Aku tersenyum dan berhrap dia tetap akan menganggapku sebagai sahabatnya, ya…sahabat yang paling mengerti tentangnya.
-------------------/---------------
“dooooor, halo sayang?, kok melamun sih?,,, “ kejut suamiku dengan tersenyum. “aduh sayang, aku kaget ni,,”, sahutku gembira sambil memeluknya. “ow ia, aku pengen jalan-jalan ke pantai ni sayang, bagaiman kalau besok kita pergi ke pantai balai kambang di malang?, kayaknya seru banget ya sayang”, pintaku pada suamiku. “oke,,,besok kita traveling sayangku”, jawabnya penuh semangat sambil mencium tanganku.
Keesokan harinya aku dan suami berangkat ke Malang dengan mengendarai mobil Katana. Meskipun seolah jadul, namun mobil ini adalah kendaraan yang cocok untuk berpetualang. Perjalanan empat jam dari kota Surabaya seolah terkesan membosankan, namun hal ini tak akan pernah terjadi. Perjalanan yang sungguh menantang dengan melewati jalan berliku pegunungan di Malang, serta hawa yang sangat sejuk merubah kesan perjalanan yang kami lalui, dan akhirnya kamipun sampai di pantai Balai kambang.
“sayang…ayo kejar aku!”, teriakku menggoda suami yang asyik menikmati es kelapa muda di tepi pantai. Diapun mengejarku, hingga kami berkejaran dan bermain-main ditepi pantai. Sepintas ombak pantai mengingatkanku pada nostalgia tiga tahun lalu, aku bermain di pantai pulau merah bersama andi. Akupun tersenyum dan menyadari bahwa masa lalu itu layak aku miliki bersamanya (andi), namun kini dan esok adalah sejarah cintaku yang akan aku ukir bersama suamiku.
Menjelang senja yang begitu indah ku putuskan untuk menginap di penginapan pantai. Namun, aku sempatkan menuju ke sebuah batu karang yang tak terlalu tinggi dan menghadap pinggir pantai. Aku keluarkan sebuah kalung emas pemberian andi tiga tahun lalu di ketapang. Tetes mata tak terbendung mengingat perpisahan itu, dan perpisahan saat aku meninggalkannya di taman bibit. “andi, apa yang kau lakukan telah membuatku bahagia walau kita tak bisa bersama. Aku sangat menghargai apa yang telah kau usahakan dan kau korbankan untukku, namun kesetiaan dan cinta adalah sebuah pilihan. Andi, I did’t forget you there to be my friend here!!”, ucapku memandangi kalung emas pemberiannya. Kulemparkan kalung itu ke laut, dan kusimpan bersama semua sejarah cinta laluku bersama gulungan ombak yang melambai-lambai bahagia disana.
Suamiku telah terlelap tidur disampingku, ku pandanginya sambil tersenyum. Aku bahagia bersamanya. Inilah yang kusebut dengan nostalgia panjang tak bertepi, seolah berlalu namun terukir. Sebelum memejamkan mata, ku cium kening suami yang lebar seraya berbisik halus ditelinganya, “I am yours now!”.
“Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku tlah dimiliki
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya…”
By fatin sidqia lubis~aku memilih setia
~~ ~~
Tentang penulis
Penulis adalah mahasiswa aktif FITKJurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. “percaya diri adalah asas dari kesuksesan”, inilah landasan filosofis penulis yang sangat menyemangatinya dalam mencoba hal-hal yang baru dan menantang. Penulis tinggal di kota Driorejo. Untuk komunikasi dengan penulis dapat menghubungi no 085-6464-193-54, atau via facebook www.facebook.com/lisa.nurhayaty.
. Itulah istilah yang sengaja kami buat karena keindahannya, yaitu pelabuhan ketapang-Banyuwangi.
Ubi
Ada yang menyebut dengan istilah taman bibit atau taman flora
“Nostalgia panjang tak bertepi”
By. Lisa Nurhayati
“Ketapang menangis”
“One message for you, one message for you. . .”, suara hp yang aku tunggu-tunggu berbunyi. “hmmm baru ada balasan, tapi tak apalah yang penting come”, ucapku dengan girang.
“maaf ya liz, tadi aku masih silaturahmi ke rumah paman. Katanya kita mau venture on?, ku dah ready ni, yuk berangkat sekarang?”, isi pesan dari sahabatku. Aku gembira sembari histeris sendiri, hingga sepupuku merasa aneh dan geli melihat sikapku.
“oke. . . capcus sekarang, waiting me di pertigaan biasanya!. Ow ia, btw couple apa sekarang?.. bebas ya???, balas messageku padanya.
“eh lis, Gak jelas banget sih, emang mau kemana?, bikin heran aja!”, sahut sepupuku dengan sewot. “haduuh, mau tau aja, urusanku tau!”, sahutku dengan mengejeknya. “huh, dasar!”, baliknya sambil pergi (percakapan dalam bahasa jawa). aku geli melihatnya, kami selalu bercanda, bertengkar tapi cepat berdamai, dan saling berbagi. Walau bagaimanapun, dia adalah sepupuku yang paling baik diantara yang lainnya. Ya . . meskipun kadang kami sering cekcok, namun kami selalu berakhir dengan canda tawa, karena kami saling menyayangi sesama keluarga.
Namaku liza nungmadya mahulete, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku. Awalnya aku memang akan memiliki saudara kandung, namun taqdir berkata lain, empat belas tahun yang lalu allah telah memutuskan adikku untuk bertemu dengan kami di syurga. Aku adalah seorang mahasiswa aktif ilmu pendidikan dan keguruan di salah satu universitas negeri di kota Surabaya. Sedikit meperkenalkan diri, aku adalah tipical cewek yang sangat suka sekali dengan hal-hal yang berbau tentang tantangan. So, lets be compete!
Bebera jam kemudian, . .
,“akhirnya datang juga kamu di, ayo kita berangkat. Aku pengen banget ke pantai, mumpung ada moment. Anterin aku ya?”, ajakku padanya. “ia liz, ayo. . . aku mau anterin kamu kemana kamu mau, hehe”, candanya yang membuatku malu. “ah kamu selalu bercanda ama aku di!, aku gak suka”, sahutku dengan canda padanya. Akhirnya kamipun berangkat menuju pantai pulau merah yang ada di pesisir selatan banyuwangi. Keindahannya membuatku sangat terpukau, hingga aku tak akan pernah melewatkan untuk pergi kesana ketika mudik ke banyuwangi. Satu setengah jam waktu yang kami butuhkan kesana, hitung-hitung sekalian silaturahmi ke rumah teman yang ada di daerah sana.
Andi adalah sahabatku, kami sudah lama bersahabat sejak tujuh tahun lamanya. Sebenarnya aku menyimpan perasaan padanya, tapi aku tak tahu bagaimana dengan dirinya. Aku tak mau kecewa atau malu karena aku harus mengungkapkan, sebab aku wanita dan tak ingin malu atas sikapku yang konyol tersebut. Karena dia belum menunjukkan perasaannya padaku.
angin dipantai begitu sejuk dan menenangkan, disamping ombak yang melambai-lambai kami,
“liz, gimana kabar kamu?, kamu baik-baik aja kan selama ini?”, tanyanya mengejutkanku. “kamu aneh di, udah jelas aku baik-baik saja bahkan gembira banget ni bisa jalan-jalan ke pantai. Memang aku terlihat aneh kah di?”,jawabku heran. Sambil meneguk soda rasa melon (minuman yang selalu dia bawa ketika go out) dia memegang tanganku seraya berucap,
“aku takut kamu bakal tinggalin aku liz. Gak tau kenapa, aku bahagia kalau bisa jalan-jalan dan ada bersama kamu. Aku di Jakarta sekolah, aku kangen ama kamu, gak bisa kalau gak ketemu kamu sebenernya liz. Aku sedih kalau kita sudah balik ke tempat kulyah masing-masing, lama sekali liz rasanya buat kita ketemu lagi.Maaf aku lancang!”, memandangku. Aku sangat terkejut, “dooooooor, kau melamun liz!”, mengagetkanku dari lamunanku. “aduh di, kaget banget tau!, aku gak suka kau ngagetkanku gini. Bikin jantung copot aja kau, hmmmm”, sahutku murung dan kaget. “udah lupain liz, ayo menyusuri pantai!, seru banget nih kayaknya.”, menarik tanganku.
Aku heran melihat sikapnya, kadang aku yang malu dengan responku padanya, entah kenapa. Andi sahabat yang unik dan menghibur, jarang aku menemukan orang seperti dia. Akhirnya kamipun berjalan dan bermain menyusuri pantai pulau merah yang unik dan menghibur. “Senang sekali rasanya bersama andi, apa dia tak merasa akan sikapku selama ini?, ya sudahlah, mungkin waktu yang akan menjawab”, batinku sambil memandang padanya (namun dia tak sadar).
Sorepun tak terasa menemani perjalanan kami. Andi mengantarkanku pulang, tak lupa kami sempatkan mampir ke kedai bakso pinggir jalanan guna mengatasi rasa lapar setelah bermain di pantai.
Kulihat malam dibalik tirai jendela, angin berhembus sepoi-sepoi. Lambaian dedaunan persis lanbaian obak di pantai, sungguh indah dan membuatku damai. Menostalgia pagi itu membuatku enggan melupakan dia sebagai sahabatku, ataupun lebih. Tak terasa hari ini ku lewatkan dengan hal yang membuatku terkesan, meskipun sangat sedidkit waktu yang menemani. Kupejamkan mata dengan penuh harapan dan pasrah, “akankah aku kembali esok pagi?, dan apakah selama ini tindakanku adalah sebuah hal yang bermanfaat?.
---------/----------
Dua minggu kemudian,
“der...der…der…”(nada panjang) suara getar ponsel yang aku letakkan diatas ranjang, sesekali berhenti dan getaran ponsel itu kembali lagi. Waktu itu aku sedang larut dalam kesibukanku, yaitu menulis cerpen. Sudah lama ketika liburan ini aku tak menyentuh laptop sama sekali, karena aku begitu asyik menghabiskan waktu liburan dengan berjalan-jalan menyusuri pantai, dan tempat wisata lain yang dekat dengan kediaman nenekku ini. Kini liburan mulai berakhir, hanya sepekan lagi aku tinggal di rumah nenek yang sangat tentram dan jauh dari polusi udara serta kebisingan lainnya.
Aku begitu lelah mengahiskan waktu berjam-jam didepan laptop. Angin yang sepoi-sepoi membuatku sangat mengantuk disiang itu, maklum suasana desa sangatlah menyejukkan, apalagi teras depan rumah nenekku telah disediakan kursi pembaringan layaknya kursi pantai.
“apa !!... ya allah, bodohnya aku!, kenapa hp gak aku bawa dari tadi!”, dengan membanting bantal yang akan ku pakai. Tetes mataku tak bisa terbendung lagi, aku tak kuasa menahannya. Secepatnya aku berusaha menghubingi andi, ternyata andi menelfonku dua jam yang lalu, dan iapun mengirimkan satu pesan panjang untukku.
Aku sangat bersalah, dan secepatnya aku menghubungi andi.
“masih tertinggal bayanganmu.. yang telah membekas direlung hatiku. Hujan tanpa henti, seolah bertanda, cinta tak disini lagi kau tlah berpaling...”, nada ringtone andimembuatku termenung. Ku matikan dan langsung kuhubungi kembali, hingga aku sangat putus asa pada waktu itu.
“kenapa kau tak mau mengangkat telfon aku!, aku salah apa di?, apa karena telfon yang gak ku angkat?”, sedihku dalam hati. Ku buka kembali satu pesan panjang yang andi kirim padaku,
“assaalmualaikum liz, maaf ya aku ganggu waktumu!.
Kamu lagi apa ya lis, kok gak angkat telfonku?,aku sempat kawatir ama keadaanmu disana.
Tak terasa waktu liburan telah usai, dan aku sangat membenci kepergiannya. Kau masih ingatkan lis apa yang aku katakan ketika kita dipantai??, semoga kamu gak pernah lupa lis. Aku sedih perpisahan sementara ini terjadi lagi, namun bagaimanapun kita tak bisa menghindarinya.
Aku merasa jatuh lalu tertimpa tangga!. Sangat sakit dan sial sekali buatku. Kepergian untuk study adalah harapan siapapun, apalagi bisa out luar negeri. Full scholar ship, dan free palace there!, it’s soo lucky time. But not for me now!. Tadi malam berita kelulusan tes beasiswa keluar negeri lis, awalnya aku gembira karena impianku telah terpenuhi, dan usahaku sungguh bernilai dimata ilahy, namun disisi lain aku sedih dan merasakan keretakan yang sangat gak bisa aku ungkapan!.
Jujur…
Aku gak bisa jauh dari kamu lis!. Kamu adalah sahabatku yang gak pernah ada penggantinya. Aku nyaman sekali bisa dekat denganmu, dan aku tenang tiap kali bisa mendapat solusi atas curhatanku selama ini. Aku sedih lis,,,
Besok aku akan packing pulang ke bali. Sebenarnya masih ada sisa waktu seminggu mengahbiskan waktu bertemu denganmu, namun aku marah dengan orang tuaku!, beliau menyuruhku segera pulang ke bali. Aku berat tinggalin kamu lis! Aku gak siap honey!.
Jika kau tak keberatan, maukah kau menemani perpisahanku diujung laut ketapang?. ku harap aku bisa melihatmu diwaktu terakhirku liz. Mungkin aku sangat rindu pada perpisahan ini, padamu yang akan ku tinggal sementara di negeri yang tercinta ini.
Waiting you there! Please…
Wasalamualkum..”
Aku menangis, dan terus menangis waktu itu. Aku tak kuat Menahan perpisahan ini sebenarnya, namun aku tetap harus bangga atas tercapainya cita-cita andy bersekolah diluar negeri. Aku tak boleh menagis diahadpannya esok, aku tak boleh menggerutu dihapannya, dan aku tak boleh menunjukkan muka menyesal atau apapun itu dihadapannya. Hariku sangat kacau pada waktu itu, dan konsentrasiku pudar, lelah dan malas sekali menjalani aktifitas apapun hingga malampun tiba.
-------------------/-----------------
Kicauan burung beriringan suara aliran sungai yang terdengar hingga di pekarangan rumah nenek serasa menentramkan hati. Balutan hijau pohon serta embun yang memeluknya, serasa tak ada tempat yang lebih baik dari kampng halamanku. Pagi itu hampir saja aku lupa akan kepergian andi ke bali, maklum aku sangat letih dan merasakan pusing yang tak bisa ditahan. Bergegas aku terbangun dan langsung menuju kamr mandi, tak peduli dinginnya udara pagi yang membalut. Kulihat wktu menujukkan pukul 06.30 pagi,
“pinjam motor ya bro!, aku terburu-buru banget kali ini , pliss ya ?”, pintaku memelas. “hmmm…oke, tapi!”, pintanya. “tapi apa bro?!”, sahutku aneh. “cucikan motornya ya seletah ini?!, hahaha…”, celotehnya. “ya allah…gitu aja gak langsung ngomong bro!, gampang ah. Yaudah aku mau berangkat mengejar waktu!”, sahutku judes padanya (percakapan bahasa jawa). Ku sahut sepotong telo goreng yang ada dimeja sambil mengeluarkan motor. Tak peduli dinginnya pagi hari yang ku tembus, namun terbayar oleh keindahan desa plampang rejo ini. Begitu hijau nan subur tanahnya, ramah penduduknya serta gotong-royong simbolnya.
Sempat ku teteskan air mata diperjalanan, gundah dan bingung apa yang harus aku katakan padanya. Waktu telah menunjukkan pukul 07.45, akupun masih perjalana di kota rogojampi. Tiba-tiba ku rasakan ada yang aneh dengan motorku, seolah-olah berkelok-kelok dan tak nyaman ku kendarai,
“mbak, bannya bocor!”, teriak salah satu pengemudi yang mendahuluiku. Kulihat ban motorku, “wah parah!!, astagfrullah…. Kenapa mendadak ban bisa bocor sih!”, celotehku dengan kesal dan murung. Akupun sedih, merasa kacau dan campur aduk rasanya. “one message for you, one message for you..”, dering nada pesanku. Secepatnya aku buka dan, “andi,,,,,!”, spontan ku sebut namanya. Ternyata andi, dan dia menanyakanku. Aku bingung menjawabnya, dan dia akan menaiki kapal yang berangkat pukul 10.00 pagi ini. Gelisah sekali diriku. Ku tuntun motor hingga 1 km jraaknya, namun untung saja tepat didepan telah ada tukang tambal ban. Bergegas aku lari sambil menuntun motor hingga sampai di bengkel tambal ban itu.
“andi tunggu aku ya!, aku udah diperjalanan, dan motorku baru saja aku tambal. Pliss!”, kutefon andi dengan cemas. “ia liz, aku nunggu kamu dari tadi!, aku kira kamu ngapain liz. Pesanku gak kamu balas liz soalnya..”, sahut andi dengan cemas menungguku disana.
Satu setengah jam kemudian,
“andi!!!, teriakku memanggilnya. “liza,,,”, sahut andi lari menujuku. “maaf ya di, aku lama banget datangnya, dan aku udah ngecewain kamu!”, seraya menunduk malu. “liz..ayo ikut aku..”, menggenggam tanganku. Diapun membawaku kesuatu tempat diujung dermaga. Tempat menuju antrian masuk penumpang kapal. Sepintas terlihat ombak pantai yang melamabi-lambai, persis ketika aku bersamanya tatkala di pantai pulau merah kemarin.
“liz, maafkan aku!”, menunduk. “apa far?, minta maaf atas apa?”, kupegang erat tangannya. Ku coba menaikkan wajahnya yang sempat menunduk sedih, mata elangnya yang begitu indah, kupandangi dengan tulus dan tak bosan.
“aku gak tau harus apa dengan kondisiku saat ini lis, dan aku juga terhimpit. Aku menyayangimu!. Sekian lama bersamamu, membuatku memiliki rasa yang lebih dan lebih, tak cukup dari ahabat biasa. Kau my honey!. So beautiful honey for me!”, memandangku dengan mata elangnya. “bagaimanapun aku disana, aku tetap ada buat kamu liz!, jangan kau ragukan aku. Aku akan selalu kasih kabar ke kamu liz, kelak…aku ingin kau jadi sahabat hidupku hingga matiku!. Disisiku dan tak boleh ada yang memiliki kau!” memelukku sebentar.
“aku gak tau apa yang harus akau ucap di.., aku bingung dan cemas!. Aku gak tau apa yang akan terjadi ama kamu disana, dan sebaliknya padaku disini. Biar waktu yang akan menjawab ini semua!, karena aku juga menyayangimu!. Aku mengharap kasihmu hanya untukku saja, namun aku gak bisa menepis kalau kelak ini semua akan berubah, padamu,…atau padaku sendiri!. You so far there!”, ucapku sedih berteman tetesan air mata.Setengah jam kemudian, “tuuuuuut, …”, bunyi tanda kapal akan segera berangkat.
“cepat pergi!, jauhi aku sekarang!!”, bentakku sedih pada andi. “liz, aku gak bisa..!, aku bisa menundanya besok liz. Aku mohon, ..aku ingin bersamamu lis!”, pintanya sedih padaku. “gak di!!, gak,,,!. Cepat pergi, dan jauhi aku di!”, sahutku dan meninggalkannya.
Andi pun menaiki kapal dengan tetes matanya. Kulihat kapal semakin menjauh dan menjauh. Wajah andi semakin tak terlihat olehku. Akupun berteriak dan berteriak memanggilnya. “andi…!!, I love you !!”, teriakku diujung dermaga pelabuhan. Kutemukan sebuah kalung emas yang ada dikantong jaketku, “apakah ini pemberian andi, sengaja dia memelukku karena ini!”, tanyaku dalam hati. Walau bagaimanapun, andi akan selalu terkenang dalam hati ini, entah kelak kesempatan akan mempertemukan kami atau tidak. Karena taqdir adalah sebaik-baik keputusan untukku dan untuk andi disana.
Bebrapa menit kemudian, hujanpun mengguyur pelabuhan ketapang. Tubuhku basah dan lemas sekali rasanya. Ketapang adalah saksi dimana aku mengungkapkan perasaan ini padanya, namun tak tahu bagaimana esok. Telah terukir kisah yang indah bersamamu. Kutulis dalam goresan tinta hatiku, hari ini adalah hari dimana Ketapang menangis karena kepergiannya.
--------------------/--------------------
“I am yours now!!”
Tiga tahun kemudian,
“Never mind 'll find someone like you, I wish nothing but the best for you too.."Don't forget me," I begged"I'll remember," you said"Sometimes it lasts in loveBut sometimes it hurts instead."Sometimes it lasts in loveBut sometimes it hurts instead,Yeah….”
~adele:someone like you~
Inilah lagu yang sering aku dengarkan setelah kepergiannya. Andi tak ada kabar sama sekali pasca ia mulai terbang ke Canada. Email dan sosmed tak ada respon sama sekali. Mungkin dia telah memiliki dunia yang baru, hingga aku tak diingat sedikitpun. Tak dapat dipungkiri, aku stress dan putus asa hingga mulai melupaknnya, dan cukup bagiku kini!.
Sebelum menjelang wisuda yang kurang dua bulan lalu, pertemuanku dengan sesorang lelaki yang menjadi asisten sementara dosen pembimbingku membawa pada sebuah awal babak perjalanan cintaku untuk selamanya. Dosenku tak sengaja memperkenalkan antara kami, hingga kami mulai berkomunikasi secara menerus.
Dia adalah sosok laki-laki yang penuh dengan kesopanan dan kaismatik. Kesederhanaannya dan kekonsisitenannya menjalani hidup membawanya pada kesempatan hidup yang selalu beruntung. Mulai dari schoolar ship yang kini ia dapat mulai s1 hingga s2, prestasi non akademik yang selalu konsisten, ibadahnya yang bisa dibilang tak pernah ketinggalan. Hanya saja ia selalu berpenampilan sederhana dan apa adanya, tak nanpak seperti orang penting, padahal dia adalah orang penting dalam dunia penelitian dan pendidikan hukum. Sosok laki-laki itu bernama ibnu rusdiawan.
Beberapa bulan aku berkomunikasi dengannya, takku sangka sebuah harapan suci terlontar dari ucapannya yang mengobati hatiku,
“adik.., bagiku kini bukan lagi sekedar pengenalan atau jalinan komunikasi yang biasa saja. Bukan hanya untuk saling mengenal antara kita, bercerita hal-hal yang menyenagkan atau sedih, namun aku harap beberapa langkah lagi komunikasi ini akan menjadi curhatan hati kepada sandingan hidup untuk selamanya”, tuturnya lembut serta malu kepadaku. Aku terdiam sejenak bercampur malu. Kusempatkan melihat wajahnya yang penuh keseriusan menatapku. “maaf mas, aku belum faham apa yang mas maksut padaku?,..”, aku berpura –pura bodoh hingga kata-kata yang meyakinkan benar-benar terlontar dari ucapan lembutnya untuk meyakinkan hatiku.
“dik, aku disini tulus mengungkapkannya. Hasrat dan janji suci ini, sudah lama ingin aku ucapkan sejak sebulan aku mengenalmu. Dik…, maukah kau menjadi pelabuhan hatiku untuk selamanya?, dunia dan akhirat ini?!. Aku ingin memilikimu dik..!!”, jujurnya dengan memandangiku. Akupun sangat malu, namun aku tak dapat membohongi hatiku. Beberapa bulan aku menjalin komunikasi dengannya, aku mulai mencintainya. ya.. mencintai karena kepribadiannya yang benar-benar menentramkan hatiku, hingga aku akhirnya menerima cinta sucinya.
“ya mas.., aku juga”, jawabku ikhlas dengan senyum kepada mas rusdi.
Sebualan kemudian, tak senagaja nostalgia alamaku muncul. Andi datang disaat yang tidak tepat. Sebuah email dengan alamat baru datang, awalnya aku tak tahu siapa itu, namun ketika aku membacanya, ternyata itu adalah andi.
“asslamaualaikum liz. Masih ingatkah padaku liz?, ini aku, andi liz. Sahabat lamamu…!. Bisakah kita bertemu lis, ada yang ingin akau sampaikan padamu lis. Aku ekarang di Indonesia karena liburan musim dingin telah tiba.
Waiting you there my honey…”
Aku kaget dan bingung dengan kedatangan andi yang telah lama menghilang dariku. Sempat akau enggan membalas emailnya, namun tak dapat ku pungkiri kalau akau masih menyayanginya. Akhirnya kusanggupi dengan membalas email andi untuk bertemu esok di Taman bibit (taman flora), yaitu salah satu taman kota yang teletak di daerah Bratang, Surabaya.
Kesokan harinya,
Kamipun bertemu dan berbincang disalah satu tempat dududk yang terletak di sudut-sudut taman. Andi membuatku terkejut dengan ucapannya,
“liz, maaf ya… lama aku gak kasih kabarke kamu. Aku sempat dapat musibah, laptop dan hp aku ilang liz sesampai dibandara. Dataku juga ludes!!, maaf ya liz sampai kita gak komunikasi tiga tahun lamanya. Aku menyesal akan hal ini, dan aku rindu lis akan kesenjangan itu. Lis…please belief me!, Aku ingin kau tau perasaan ini lis,,,!. Aku ingin kau menegerti aku lis..”, melasnya padaku dengan tertunduk.
Aku menyadari, ada satu harapan yang ingin andi utarakan padaku, namun aku mengingat sebuah perasaan. Perasaan yang telah berharap penuh dengan janji suci.
“lis, sebentar lagi aku lulus. Hanya kurang satu setengah tahun lagi. Maaf kalau aku seolah terlihat hanya membutuhkanmu ketika pulang, namun itu gak benar liz..!. aku ingin membawmu keluar negeri pasca kelulusanku, kamu maukan liz?”, pinta andi penuh harap padaku.
“di… mungkin hal ini akan terdengar berat olehmu, dan berat untuk ku ucapkan. Maafkan aku di..!”, menetes air mataku. “ada apa liz?, katakana liz apa yang terjadi?!..”, sahut andi memegang tanganku. “mungkin aku bukan liza yang kau harap dahulu, bukan liza yang kau tinggal tiga tahun lamanya, dan bukan liza yang…”, jelasku seraya andi memotong ucapanku. “apa liz?!... katakan saja, aku siap mendengarnya. Kamu gak akan bilang tinggalin aku kan liz?, kamu gak akan bilang kalau kamu benci padaku kan liz?”, Tanya andi sedih.
“ya far,,,, kamu benar!. Aku telah memiliki cinta yang lain. Maafkan aku far!. Sekian lama aku menantimu, namun kau melupakanku disini, tapi aku tak pernah membencimu far. Sekali lagi maafkan aku far!”, sahutku menatapnya. Dia hanya terdiam sedih, memandangiku dan meneteskan air mata. “sebentar lagi aku akan dipinang oleh seorang lelaki yang sekaligus akan secepatnya menikahiku, maafkan aku tak mengabarimu terlebih dahulu!”, ucapku terakhir padanya.
Ku teteskan air mata, namun secepetnya aku meninggalkan andi yang duduk membisu disana. “Liz, jangan tinggalkan aku,,”, teriaknya sambil mengusap air mata. “maafkan aku andi!”, batinku dengan sedih. Aku hanya tak ingin dia larut dalam kesedihan, begtu juga diriku. Aku tahu andi bukanlah tipe orang yang pembohong, karena lama aku telah mengetahui dirinya. Aku percaya apa yang diucapnya tadi, namun ada yang lebih harus ku jaga untuk hati ini, yaitu mas rusdiawan. inilah taqdir yang terbaik, yaitu menegtahui apa yang lebih pantas untuk kita.
Sebulan kemudian,
Mas rusdiawan meminangku beserta keluarganya, dan pada bulan itu juga kami menikah. Sungguh bahagianya aku bisa bertemu dengan labuhan hatiku yang sekian lama menjadi teka-teki hidup ini. Namun, disisi lain aku tak bisa menahan rasa bersalah dan melupakan andi. Aku yakin andi akan menemukan yang terbaik dariku.
Seminggu pasca pernikahanku, andi baru datang membawa kabar melalui emailnya. Dia berpamitan untuk yang terakhir kalinya sebelum dia terbang ke Canada. Aku tersenyum dan berhrap dia tetap akan menganggapku sebagai sahabatnya, ya…sahabat yang paling mengerti tentangnya.
-------------------/---------------
“dooooor, halo sayang?, kok melamun sih?,,, “ kejut suamiku dengan tersenyum. “aduh sayang, aku kaget ni,,”, sahutku gembira sambil memeluknya. “ow ia, aku pengen jalan-jalan ke pantai ni sayang, bagaiman kalau besok kita pergi ke pantai balai kambang di malang?, kayaknya seru banget ya sayang”, pintaku pada suamiku. “oke,,,besok kita traveling sayangku”, jawabnya penuh semangat sambil mencium tanganku.
Keesokan harinya aku dan suami berangkat ke Malang dengan mengendarai mobil Katana. Meskipun seolah jadul, namun mobil ini adalah kendaraan yang cocok untuk berpetualang. Perjalanan empat jam dari kota Surabaya seolah terkesan membosankan, namun hal ini tak akan pernah terjadi. Perjalanan yang sungguh menantang dengan melewati jalan berliku pegunungan di Malang, serta hawa yang sangat sejuk merubah kesan perjalanan yang kami lalui, dan akhirnya kamipun sampai di pantai Balai kambang.
“sayang…ayo kejar aku!”, teriakku menggoda suami yang asyik menikmati es kelapa muda di tepi pantai. Diapun mengejarku, hingga kami berkejaran dan bermain-main ditepi pantai. Sepintas ombak pantai mengingatkanku pada nostalgia tiga tahun lalu, aku bermain di pantai pulau merah bersama andi. Akupun tersenyum dan menyadari bahwa masa lalu itu layak aku miliki bersamanya (andi), namun kini dan esok adalah sejarah cintaku yang akan aku ukir bersama suamiku.
Menjelang senja yang begitu indah ku putuskan untuk menginap di penginapan pantai. Namun, aku sempatkan menuju ke sebuah batu karang yang tak terlalu tinggi dan menghadap pinggir pantai. Aku keluarkan sebuah kalung emas pemberian andi tiga tahun lalu di ketapang. Tetes mata tak terbendung mengingat perpisahan itu, dan perpisahan saat aku meninggalkannya di taman bibit. “andi, apa yang kau lakukan telah membuatku bahagia walau kita tak bisa bersama. Aku sangat menghargai apa yang telah kau usahakan dan kau korbankan untukku, namun kesetiaan dan cinta adalah sebuah pilihan. Andi, I did’t forget you there to be my friend here!!”, ucapku memandangi kalung emas pemberiannya. Kulemparkan kalung itu ke laut, dan kusimpan bersama semua sejarah cinta laluku bersama gulungan ombak yang melambai-lambai bahagia disana.
Suamiku telah terlelap tidur disampingku, ku pandanginya sambil tersenyum. Aku bahagia bersamanya. Inilah yang kusebut dengan nostalgia panjang tak bertepi, seolah berlalu namun terukir. Sebelum memejamkan mata, ku cium kening suami yang lebar seraya berbisik halus ditelinganya, “I am yours now!”.
“Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku tlah dimiliki
Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya…”
By fatin sidqia lubis~aku memilih setia
~~ ~~
Tentang penulis
Penulis adalah mahasiswa aktif FITKJurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. “percaya diri adalah asas dari kesuksesan”, inilah landasan filosofis penulis yang sangat menyemangatinya dalam mencoba hal-hal yang baru dan menantang. Penulis tinggal di kota Driorejo. Untuk komunikasi dengan penulis dapat menghubungi no 085-6464-193-54, atau via facebook www.facebook.com/lisa.nurhayaty.
. Itulah istilah yang sengaja kami buat karena keindahannya, yaitu pelabuhan ketapang-Banyuwangi.
Ubi