Momen lebaran memang selalu membawa kesan yang spesial. Saat masih kecil, kita mungkin sangat bersemangat menunggu THR (Tunjangan Hari Raya) dari orang tua atau kerabat.
Namun, seiring bertambahnya usia, kita mungkin mulai menyadari bahwa THR bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam merayakan lebaran.
Namun, faktanya benar bahwa orang dewasa lebih membutuhkan uang daripada anak kecil.
Oleh karena itu, beberapa orang tua atau keluarga telah memodifikasi tradisi ini dengan memberikan THR kepada anak kecil dalam jumlah yang lebih kecil,
sementara orang dewasa menerima THR yang lebih besar atau dalam bentuk lain, seperti bonus atau tunjangan.
Tapi, Mengapa THR dominan diberikan kepada anak kecil?
Malah orang-orang dewasa yang justru perlu dengan uang, mendapat THR lebih sedikit?
Sampai penulis pernah bertanya kepada Bapak
"Pak, kok menawi kulo sing diparingi namung sekedik, menawi adek malah luwih katah to?, padahal kan sing paling betahaken arta kulo, sanes adek tasih alit no, dereng ngertos arta?"
, dijawab kalih bapak "wes dadi budayane wong kene nduk, wes gausah iren-irenan, wes diparingi yo wes bersyukur ngono loh, ra ilok mbanding-mbandingke paringane wong iku".
Mendengar jawaban dari bapak, jujur masih merasa tidak adil atas pemberian THR ini, bukan berarti tidak bersyukur,
tapi untuk masalah kebutuhan, masih wajar jika yang lebih besar nominalnya diberi kepada yang lebih dewasa daripada yang masih kecil.
"Tapi, yasudahlah, penting sudah dapat THR, daripada gak dapet ya kan".

Alasan Kenapa Tradisi Memberi THR lebaran kepada anak kecil?
Mungkin beberapa akan penulis sebutkan sesuai persepsi pribadi,
biasanya anak kecil sangat bahagia dan bersemangat saat mendapat THR, dan dengan ini menjadi salah satu cara membuat mereka merasa dihargai dan spesial.
Dengan diberi THR, mungkin bisa membantu anak-anak dalam memahami nilai mata uang dan mengelola uang dengan baik.
Pemberian THR kepada anak kecil yang sudah menjadi salah satu tradisi dan budaya yang kuat di masyarakat, menjadi cara untuk mempertahankan tradisi dan mempererat ikatan keluarga.
Kesimpulan dari uraian alasan di atas adalah tentang kebahagiaan anak, pengenalan nilai uang, serta tradisi dan budaya.
Akan tetapi, masalah ini biasanya banyak perbedaan di berbagai tempat yang berbeda wilayah,
dengan contoh semisal di daerah ini tradisinya seperti yang ditulis di atas, dan di daerah lain kebalikannya.
Bisa dilihat dari segi materi dan prinsip masing-masing keluarga, bagaimana cara mereka melestarikan tradisi THR lebaran tersebut.
Pada akhirnya, tradisi THR harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing keluarga.
Karena tidak ada ketentuan pasti mengenai pemberian THR harus siapa yang memberi, kepada siapa diberi, berapa nominalnya, atau wajib tidak diberikannya,
semua itu tidak ada ketentuan pasti, yang terpenting adalah niat dalam diri kita untuk ikut merayakan hari lebaran yang fitri dengan melakukan tradisi memberi THR dengan rasa syukur, Ikhlas, dan bahagia.

Sebagai orang dewasa, pada saat lebaran kita mungkin lebih menghargai momen-momen berkumpul dengan keluarga dan teman,
berbagi cerita dan pengalaman, serta memperkuat ikatan dengan orang-orang yang kita cintai.
Selain itu, kita juga mungkin lebih memahami nilai-nilai spiritual dan makna sebenarnya dari lebaran, seperti memohon ampun, memperkuat iman, dan memulai hidup baru dengan penuh harapan.
Jadi, meskipun THR mungkin tidak sebesar atau sebanyak dulu, momen lebaran tetap dapat menjadi saat yang sangat spesial dan berharga bagi kita.
Apa sih kejelasan dari THR (Tunjangan Hari Raya)?
THR adalah singkatan dari "Tunjangan Hari Raya".
THR adalah sebuah tradisi di Indonesia, terutama saat hari raya Idul Fitri, di mana orang-orang memberikan uang atau hadiah kepada keluarga, teman, dan orang-orang yang mereka cintai atau orang yang dekat dengan kita sebagai simbol kebahagiaan dan kemakmuran.
Dan THR ini biasanya diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya, orang tua kepada anak-anaknya, dan keluarga kepada sanak saudara. Mungkin juga bisa memberi sesama teman atau tetangga dekat.
THR yang diberikan biasanya dapat berupa uang tunai, hadiah barang, atau voucher belanja, tergantung siapa orang yang memberinya dan orang yang menjadi sasaran pemberian THR ini, akan tetapi dominan orang-orang menggunakan uang tunai sebagai THR.
Memangnya apa tujuan daripada THR itu sendiri?
Bagi penulis, banyak sisi positif yang dihasilkan dari memberi THR,
seperti meningkatkan kebahagiaan dan kemakmuran, memperkuat tali silaturahmi, ikatan sosial, dan bisa memberi kebahagiaan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Lebih merayakan lebaran bersama keluarga dan sanak saudara sebagai wujud persaudaraan yang utuh dan bermakna.
Dalam Islam, THR juga sama dianggap sebagai cara untuk memperkuat ikatan sesama dalam lingkup sosial dan membagikan kebahagiaan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim yang harus berbuat baik kepada saudara muslimnya yang lain,
apalagi dalam hal sedekah, Allah sangat menyukai hamba-Nya yang rajin bersedekah, menginfakkan hartanya, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Masih di hari kemenangan yang fitri ini, penulis tidak lelah-lelah untuk meminta maaf kepada teman-teman semua, jika ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja, penulis mohon maaf sebesar-besarnya,
"minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir batin semua".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI