Mohon tunggu...
Lisa Hendrawan
Lisa Hendrawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

7 Ribu Rupiah dari Malang ke Bojonegoro dengan Kereta Api

25 Februari 2015   19:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:31 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendengar ada tiket kereta api seharga 4 ribu Rupiah dari Malang ke Surabaya, membuat saya penasaran.  Kebetulan ada urusan di Bojonegoro maka sekalian saya mencari informasi mengenai kereta api ke kota kecil tersebut, dan ada yang tiketnya seharga 3 ribu Rupiah saja.

Pagi-pagi buta saya berangkat dengan bentor (becak motor) yang sudah saya pesan sehari sebelumnya untuk menjemput saya pukul 3 pagi.  Kereta api Tumapel berangkat tepat pukul 03:20 sesuai jadual, nggak pakai molor, AC cukup dingin, bisa charge HP, bangkunya dilapisi busa empuk meski pun bukan reclyning seat. Yang unik pada pukul 4 pagi ketika waktunya Sholat, ada seorang imam di gerbong yang saya tumpangi dan memimpin doa.  Para penumpang yang beragama Muslim berdoa dengan bersujud di bangku masing-masing atau mencari bangku yang kosong.  Merdu sekali ... ayat-ayat suci dilantunkan, saya pun ikut berdoa dalam hati menurut keyakinan saya.

Dari Malang kereta berhenti untuk mengangkut dan menurunkan penumpang di stasiun Blimbing, Singosari, Lawang, Bangil, Porong, Tanggulangin, Sidoarjo, Gedangan, Waru, Wonokromo dan berakhir di stasiun Semut.

Sedangkan dari Surabaya menuju ke Bojonegoro, saya menggunakan KRD dari stasiun Pasar Turi pukul 10:20 tepat dengan hanya membayar tiket sebesar 3 ribu Rupiah.  Sama seperti KA Tumapel, AC dingin, bisa charge HP, tempat duduknya juga sama.

Yang saya perhatikan, selama perjalanan tiap berhenti di stasiun, wajah-wajah stasiun sudah cantik "berbedak" cat baru dan kelihatan bersih, tidak terlihat pedagang asongan di semua stasiun.  Sampah tidak berserakan kecuali bila stasiunnya berdekatan dengan pemukiman penduduk.  Ini membuktikan bahwa perilaku penduduk Indonesia masih perlu dibenahi, demikian juga bila di dalam kereta.  Kereta yang sudah tidak berbau apek, tiba-tiba berbau pesing luar biasa, padahal air berlimpah, tinggal siram.

Toilet di stasiun Wonokromo juga bersih dan tidak bau, entah karena saya tiba masih pagi dan belum banyak yang pakai, atau memang bersih.  Hanya saja kecil sekali sehingga menyulitkan karena saya membawa ransel dan pergi sendirian.

Saya salut dengan perkeretaapian yang dipimpin oleh Bapak Menteri Ignasius Jonan.  Saya masih bermimpi bepergian dengan kereta api yang murah seperti ini dari Jakarta hingga ke Banyuwangi, berhenti di beberapa kota untuk menikmati kota-kota yang ada, sayang sekali sepertinya belum ada rutenya untuk yang murah meriah begini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun