Notifikasi muncul. "Ting, ting!" smartphone saya berdenting.
Kurio mengabarkan: "Babak 1, Indonesia Tertinggal 0-1 dari Myanmar".
Tertarik. Saya meng-klik dan membaca berita yang bersumber dari kompas.com itu.
Suguhan notifikasi Kurio memang aktual. Maklum, ketika menerima notifikasi tersebut, babak pertama Indonesia vs Myanmar di ajang sepakbola AFF U18 2017 baru kelar. Di layar kaca televisi, berkali-kali sang pembawa acara sekaligus komentator kocak selalu membangkitkan harapan, supaya Timnas Garuda Nusantara mampu membalikkan keadaan untuk menang.
Bukan sekali dua, Kurio membuat saya penasaran untuk meneruskan bacaan judul berita yang dinotifkan. Hari ini misalnya. Breaking News tentang wafatnya istri Wakil Presiden ke-9 RI Hamzah Haz, pertama kali saya baca di Kurio.
* * *Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Kehadiran Kurio yang mengkurasi berita dan informasi dari berbagai sumber favorit dengan ratusan topik yang terkumpul pada satu aplikasi, memang begitu diharapkan. Parameternya sederhana saja. Apa itu? Era masa kini yang utamanya dikuasai millenials atau 'Generasi Y' punya potret kehidupan yaitu Connected dan Information Overload.
Menurut Yoris Sebastian dalam bukunya Generasi Langgas : Millenials Indonesia, sesuai namanya, Connected berarti Generasi Milenial ini selalu memiliki koneksivitas dengan dunia maya. Dampaknya, mereka menjadi Information Overload. Artinya, mereka --- orang-orang yang terlahir pada 1980 -- 2000 ini ---, selalu kebanyakan informasi dari berbagai sumber. Sehingga terpaculah kemampuannya untuk memilah dan memilih informasi, mana yang harus dikonsumsi, bahkan dibagikan. Mereka seakan "dipaksa" membuat prioritas dalam mengarungi hidup dengan seliweran news & information yang semua itu belum tentu benar.
Hidup sarat dengan berita dan informasi memang perlu filter. Maklum, dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi, berita, informasi, gosip, hoax tidak henti-hentinya muncul. Melalui smartphone dan media apa saja, termasuk media sosial. Sengaja saya sebut smartphone sebagai piranti contoh, karena menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet pada 2016, terbanyak melakukan browsing melalui Smartphone yang mencapai 67,8% (89,9 juta orang). Disusul, piranti Personal Computer dengan 14,7% (19,5 juta orang), Laptop 12,6% (16,7 juta orang), dan terakhir Tablet yang hanya sebesar 3,8% (5 juta orang).