Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rindu Ade, Inspirator dan Motivator Menulis sebagai Penyembuh Jiwa

14 Mei 2015   06:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_365796" align="aligncenter" width="500" caption="Posko Kesehatan ACT membantu korban banjir di Bandung. (Foto: act.id)"]

14315593321708470039
14315593321708470039
[/caption]

Menurut Rindu, dalam hypnowriting ada yang namanya kaidah menjadi role model. “Dalam hypnowriting, kalau kita menulis, apabila kita paparkan kesedihan, maka usahakan pembaca juga ikut merasakan kesedihan itu. Artinya, kita mampu membawa emosi si pembaca. Caranya, dengan menggali ide-ide. Misalnya kita mau menulis tentang orang yang patah hati, maka kita tempatkan diri kita menjadi sebagai orang yang patah hati itu. Dalam hypnowriting itu namanya role model. Misalnya, saya mau menulis tentang Oki Setiana Dewi---aktris berjilbab pemeran utama film Ketika Cinta Bertasbih---, maka dalam menulis kita harus berusaha menanamkan dalam diri sendiri bahwa, “I have to be Oki Setiana Dewi”. Harus begitu! Saya posisikan diri saya dulu seperti Oki. Saya melakukan afirmasi diri, bahwa ‘Saya adalah Oki Setiana Dewi’. Jadi, bagaimana menjadikan diri kita sebagai role model atas apa yang kita tulis. Ini penting, karena menulis itu bukan tentang si penulis, tapi tentang si pembaca, atau bagaimana pembaca menerima tulisan kita. Sedangkan yang namanya hypno itu ‘kan menghipnotis. Sewaktu belajar hypnowriting, saya memulainya dengan mempelajari hypnosis dasar lebih dulu,” jelas Rindu.

Selain role model, penerapan hypnowriting juga mensyaratkan firming. Apa itu firming? “Sesudah role model, dalam hypnowriting juga harus melakukan firming, membayangkan, atau memfilmkan. Misalnya, ketika saya hendak menulis tentang bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, maka saya akan berusaha untuk menyampaikan kepada pembaca bahwa peristiwa longsor itu adalah sebuah dentuman yang sangat keras. Jadi saya menulis sembari membayangkan misalnya, si anak korban longsor ini tidak bisa berteriak, tertimbun lumpur, tidak bisa bernapas dan lain sebagainya. Di ACT, saya menjadi pembimbing dari 34 penulis yang menulis tentang kemanusiaan, dan saya mengajarkan kepada mereka tentang firming. Yaitu, membayangkan bencana alam yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, dan menuangkannya dalam tulisan. Pilihan kata jelas berpengaruh. Karena, dalam menulis itu ada aturan yang berbunyi, yang penting adalah aksara yang kita pilih. Kunci suksesnya, banyak-banyaklah membaca, karena dengan membaca perbendaharaan kata kita akan bertambah,” tegas Rindu.

Masih belum tuntas, Rindu menambahkan adanya unsur anchor dalam hypnowriting. “Satu hal lagi yang harus dilakukan untuk hypnowriting ini adalah membangun anchor, jangkar. Penjelasannya begini, kita semua pasti akan memiliki waktu-waktu yang tepat untuk menulis. Untuk saya, anchor untuk menulis adalah pada waktu sesudah Subuh menuju Dhuha. Saya menikmati waktu ini sebagai saat terbaik untuk menulis. Buka jendela, udaranya segar, dan imajinasi akan dengan mudah melayang-layang. Selain lebih suka dengan suasana yang senyap dan alami, pada saat menulis, saya membiasakan diri untuk berpenampilan “I feel sexy”, misalnya hanya dengan mengenakan tank top dan celana pendek. Semua ini karena anchor-nya terbangun, dan pikirannya fokus kepada apa yang dia mau tulis. Terutama penulis-penulis pesanan yang dibayar untuk menulis sesuai keinginan pemesan,” urainya.

[caption id="attachment_365797" align="aligncenter" width="518" caption="Posko Kemanusiaan ACT membantu korban longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. (Foto: act.id)"]

1431559380314191550
1431559380314191550
[/caption]

[caption id="attachment_365798" align="aligncenter" width="518" caption="Aksi Kemanusiaan dimana ACT terlibat dalam membantu korban erupsi Gunung Sinabung, beberapa waktu lalu. (Foto: ceritamedan.com)"]

14315594321326655008
14315594321326655008
[/caption]

Giat Beraksi Sosial di ACT

Kehadiran Rindu di ACT memang termasuk ‘wajah baru’. Tapi kehadirannya cukup membawa arti dalam sejumlah kegiatan dan misi sosial kemanusiaan yang dibangun ACT. “Saya gabung di ACT baru enam bulan. Bermula ketika ACT menggagas sebuah program yaitu Menulis untuk Kemanusiaan. Selama ini, apabila terjadi bencana, ya setelah ditangani dan dibantu ACT, lalu selesai, sudah. Tidak pernah ada yang membukukan. Padahal, buku itu abadi. Kita, sebagai penulis, hendaknya menulis satu buah buku sebelum meninggal, agar dunia dapat mengenang tulisan-tulisan kita. Idealnya begitu. Begitu juga harapannya dengan apa yang dikehendaki oleh ACT, menyusul kejadian berbagai musibah dan bencana yang sudah menimpa. Kebetulan ada teman dari Inspirator Academy yang tak lain adalah para penulis-penulis muda, kemudian kita bergabung dengan ACT untuk menulis tahap awal ini sebanyak 34 buku bertajuk Kemanusiaan. Dan 34 judul buku ini harus jadi dalam tempo satu bulan. Para penulisnya kita jaring dari lomba menulis yang dinamakan Writing Heroes. Lomba ini menentukan 25 tulisan terbaik dari 100 naskah yang masuk dan bercerita mengenai masalah bencana alam serta kemanusiaan. Bencana alam yang dituliskan berlangsung pada 10 tahun terakhir, ada bencana alam Gunung Sinabung meletus, Gunung Kelud erupsi, longsor di Banjarnegara, dan masih banyak lagi. Pokoknya, tema-tema ini ditentukan oleh ACT. Dari 25 tulisan inilah yang kemudian dibukukan, dan ditambah tulisan dari para mentor yang memang sudah malang-melintang di dunia penulisan. Para penulis ini menulis dengan berbagai referensi yang ada, termasuk melakukan wawancara dengan relawan-relawan ACT yang sempat bertugas pada wilayah-wilayah bencana tersebut. ACT ini mirip bank information tentang bencana yang belum dibukukan,” tutur Rindu sembari menyebutkan bahwa batch pertama penulisan dengan 34 buku ini akan diluncurkan pada Mei – Juni 2015 ini,” urai Rindu yang sempat terlibat dalam pemulihan trauma para korban kebakaran di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Sedangkan batch kedua penerbitan buku, jelas Rindu, akan menggambarkan keindahan pulau, dan kondisi sosial kemasyarakatan di pulau-pulau terluar yang ada di Indonesia. Selain itu, buku yang diterbitkan akan dilengkapi dengan gambar-gambar karikatur dengan desain menarik. Batch kedua ini akan diberi tajuk 100 Pulau Tepian Negeri. “Jadi, dengan kepedulian semua pihak, termasuk kepedulian penulis, maka ini bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk lebih peduli pada kondisi pulau-pulau terluar dengan segala serba-serbi sosial kemasyarakatannya,” harap Rindu sembari menyebut bahwa batch ketiga penulisan buku kemungkinan menyoal tutorial mengenai bencana-bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia.

Dari proyek penerbitan tiga batch buku bersama ACT ini, Rindu menegaskan bahwa seluruh hasil dari penjualan buku akan diserahkan kepada daerah-daerah yang menjadi obyek penulisan. “Misalnya digunakan untuk memperbaiki gedung sekolah, membangun mushola, membangun infrastruktur lain, seperti pengadaan kebutuhan air bersih maupun energi terbarukan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat setempat,” tutur Rindu penuh syukur.

[caption id="attachment_365799" align="aligncenter" width="512" caption="Rindu Ade berhasil menjadi satu dari delapan Wanita Inspiratif versi salah satu layanan pemesanan taksi. (Foto: Akun FB rindu.ade)"]

14315595141339812945
14315595141339812945
[/caption]

[caption id="attachment_365801" align="aligncenter" width="540" caption="Rindu Ade berhasil meraih total donasi Rp 79.920.000 sebagai satu dari delapan Wanita Inspiratif versi salah satu layanan pemesanan taksi. (Foto: jagatreview.com)"]

1431559574405899874
1431559574405899874
[/caption]

ACT, menurut Rindu, berawal dari komunitas yang concern membantu para korban bencana. Puncaknya ketika terjadi gelombang tsunami di Aceh. ACT resmi terbentuk pada 21 April 2005, dan kini berbentuk lembaga kemanusiaan. Aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukan ACT pun tak hanya yang terjadi di dalam negeri, tapi juga luar negeri seperti Somalia, Myanmar, China, dan terakhir Nepal. ACT memiliki relawan yang jumlahnya banyak di daerah-daerah. Mereka dinamakan MRI atau Masyarakat Relawan Indonesia. Hingga akhir 2014, penerima manfaat dari ACT mencapai lebih dari 15 juta orang. Adapun jumlah relawan ACT tercatat sebanyak 131.594 orang. Sedangkan donaturnya mencapai 71.989 orang.

Sementara itu, melalui proyek penerbitan buku ACT bertema Menulis untuk Kemanusiaan yang berlatar-belakang berbagai peristiwa bencana alam dan menimpa berbagai daerah di Indonesia, Rindu baru-baru ini berhasil terpilih oleh salah satu pengelola jasa layanan pemesanan taksi, sebagai satu dari delapan Wanita Inspiratif. Dari hasil pilihan itu, para pelanggan jasa pemesanan taksi dapat berpartisipasi mengirim donasi apabila melakukan pemesanan taksi sesuai kode yang ditetapkan untuk delapan Wanita Inspiratif tadi. “Alhamdulillah, donasi yang terkumpul melalui kode yang saya miliki jumlah totalnya mencapai Rp 79.920.000. Seluruh donasi yang terkumpul ini disalurkan untuk proyek penerbitan buku bersama ACT yang bertajuk Kemanusiaan dan keterkaitannya dengan pulau-pulau terluar dan bencana alam yang terjadi di Indonesia,” ujar Rindu.

Kini, selain proyek penerbitan buku, bersama ACT pula, Rindu sudah mempersiapkan keterlibatannya dalam kegiatan sosial selama bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan segera hadir. Bentuk kegiatannya adalah dengan melaksanakan semacam workshop menulis, sehingga tak salah kalau nama programnya, Ramadhan Menulis. “Insya Allah, ada sejumlah kota yang akan kami sambangi dengan kegiatan Ramadhan Menulis bersama ACT ini, mulai dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Malang, dan Surabaya,” jelas Rindu penuh semangat.

[caption id="attachment_365802" align="aligncenter" width="512" caption="Dimuat di kompas.com tentang upaya Rindu Ade menjadikan menulis sebagai penyembuh jiwa, obat mujarab trauma, pelipur lara, dan dapat memberikan kebahagiaan. (Foto: kompas.com)"]

1431559658689236883
1431559658689236883
[/caption]

[caption id="attachment_365803" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu media nasional yang memuat wawancara dengan Rindu Ade terkait kepeduliannya akan aksi sosial kemasyarakatan. (Foto: koran-sindo.com)"]

1431559687883687032
1431559687883687032
[/caption]

[caption id="attachment_365804" align="aligncenter" width="512" caption="Rindu Ade berpose di kantor ACT. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1431559757543051779
1431559757543051779
[/caption]

Rindu Ade sudah membuktikan kepedulian sosialnya. Hidupnya seakan limbung bila tak bersentuhan dengan mereka yang papa dan membutuhkan uluran tangan. Dengan mengunjungi sejumlah rumah sakit dan bertemu sejumlah pasien umpamanya, Rindu akan menambahkan kata syukur dalam hidupnya. Syukur karena ia diberi nikmat sehat, dan dapat mengolah rasa, menggagas perkara demi kemaslahatan banyak orang. Rindu memang selalu rindu untuk menulis, dan terus berbagi amal baiknya. Semoga Rindu tetap merindu untuk berbagi, dan terus menginspirasi!

o o o O o o o

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun