Aku terdiam beberapa saat kemudian berhenti dan berbalik, sedikit mengangkat wajah untuk dapat menatap matanya.
"Aku maafin, tapi kemana dua hari gak sekolah kemaren? Masa iya karena sakit gigi? Lemah amat!"
"Ehk? Kok sakit gigi?" tanyanya bingung.
"Iya bambang! Sakit gigi, di suratnya dibuat gitu."
"Aku bukan sakit gigi, tapi perawatan gigi. Nih lihat," serunhya sambil menunjukkan deretan gigi yang memang terlihat lebih putih dari biasanya.
Aku menggelengkan kepala tidak percaya.
Kenapa aku harus bertanya dia kemana?
Tetapi kalian tahu, awalnya aku memang memebencinya. Jika dulu di tanya apa yang paling aku inginkan di kelas, jawabanku hanya satu agar dia di pindahkan dari kelas itu. Tetapi sekarang berbeda, tiba-tiba saja aku jadi dekat dengannya. Bahkan ketika tidak melihatnya caper aku langsung bertanya, "Tumben gak nanya-nanya lagi?"
Dan dengan sombongnya dia menjawab, "Skip, aku udah paham."
Atau ketika melihatnya ke kantin tanpa mengajakku, aku langsung menatap lesuh punggungnya yang menjauh. Ahk, bukan karena aku tidak punya teman. Tetapi seperti hanya dengannya aku bersikap seperti diriku, bukan berpura-pura.
Aku membenci dulu, tetapi sekarang rasanya ingin selalu melihatnya dengan segala capernya, dengan SKSD-nya, dan segala tingkah menyebalkannya. Bukan, bukan karena aku menyukai dirinya. Aku hanya merasa nyaman dengannya. Itu saja---atau mungkinn benar, aku mempunyai rasa padanya.