Sejak beberapa tahun yang lalu, saya memutuskan membuka rekening di bank syariah. Alasannya cukup sederhana, soal kenyamanan hati yang tentu tidak bisa dibeli. Toh dengan berbagai fitur yang tersedia, saya tetap bisa melakukan transaksi yang diperlukan sehari-hari. Selebihnya, tentu karena alasan kemudahan bertransaksi yang saya dapatkan. Pasalnya terdapat beberapa cabang bank syariah pilihan saya yang terletak di dekat rumah. Jadi nggak perlu repot kala kehabisan uang tunai saat mau jalan ke tempat kerja atau sekedar belanja sembari cuci mata.
Di kantor lama, rekening bank syariah saya manfaatkan untuk media transfer gaji. Karena setahun belakangan saya mulai jualan baju etnik, bertambahlah manfaat membuka rekening di lembaga perbankan tanpa riba ini, yakni untuk kulakan tenun secara online dari berbagai pengrajin di luar Jogja. Sayangnya, beberapa pengrajin tenun yang saya temui menggunakan bank konvensional. Atas dasar prinsip ekonomi, yakni meminimalisir biaya administrasi, biasanya saya titip transfer ke temen kerja. Tercatat berkali-kali sudah saya melakukan hal ini. Hingga suatu hari saya tersadar, bahwasanya dari kumpulan biaya administrasi jugalah asal laba bank tanpa riba ini. Sejak saat itu, saat harus transfer ke bank konvensional, saya lakukan sendiri melalui rekening pribadi.
Cerita Aku, Dia dan Bank Syariah
Siang tadi, saya melempar pertanyaan iseng ke group kecil yang isinya kontak beberapa sahabat dekat. Tak diduga enam dari delapan kontak yang ada ternyata memiliki akun bank syariah. Saay ditanya alasan memiliki rekening di bank syariah, lagi-lagi soal ribalah yang membuat ganjalan dalam hati. Meski ada yang mau tutup buku, namun ada pula yang rela memindahkan sebagian besar nominal gaji ke bank syariah.
Meski awalnya dulu pas kuliah diminta bapak untuk buka rekening di bank syariah, namun semakin ke sini aku semakin nyaman dengan prinsip bagi hasil.
“Lantas, dana di bank syariah kamu pakai buat apa?”, tanya saya kemudian.
“Kalau aku sih buat simpenan aja. Kalau tanpa riba terasa lebih nyaman di jiwa”, jawab Melati, bukan nama sebenarnya.
“Kalau aku beda sih, Ret. Buka rekening syariah memang khusus untuk mewujudkan mimpi berhaji di tanah suci”, jawab Bunga, juga bukan nama sebenarnya.
“Minimal untuk meminilmalisir riba, Ret. Bukankah mimpi besar bisa dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil?”.
“Deg!”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H