Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan-Perempuan Penjaga Alam

20 Juni 2024   23:33 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:39 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan-Perempuan Penjaga Alam/dok. pri

“Ting!”, terdengar bunyi pesan masuk pada ponsel saya.

Pesan tersebut ternyata berasal dari Bu Wiji. Bu RT yang merangkap sebagai anggota grup Dasawisma 2.  Sebutan untuk kelompok dasawisma dimana saya dan ibu tergabung di dalamnya. Malam itu ia melaporkan bahwa hasil penjualan sedekah sampah Bulan Mei dari grup dasawisma kami dihargai sebesar Rp 70.000,. Hasil penjualan ini akan masuk kas dasawisma, yang nantinya bisa digunakan untuk membantu mendanai berbagai tanggungan dasawisma kami, seperti menyiapkan konsumsi Posyandu Balita, Posbindu, Posyandu Lansia dan lain sebagainya.

Hasil Penjualan Sampah Kelompok Dasawisma (Dokpri)
Hasil Penjualan Sampah Kelompok Dasawisma (Dokpri)

Sejak bergabung di grup Dasawisma 2 pada September tahun lalu, akhirnya saya tahu, bahwasanya sebagian perempuan-perempuan penjaga alam itu ternyata ada di sekeliling saya. Mengapa demikian? Karena ibu-ibu anggota Dasawisma 2 tersebut terbilang serius dalam meminimalisir laju perubahan iklim. Salah satu buktinya saya saksikan sendiri. Mereka begitu antusias saat saya ajak untuk mulai memilah sampah organik rumah tangga sehingga tidak ikut dibuang ke Bank Sampah.

Persiapan Pemasangan Biopori (Dokpri)
Persiapan Pemasangan Biopori (Dokpri)

Bahkan saat saya tawari untuk memasang biopori, mereka menyambutnya dengan tangan terbuka. Ternyata komitmen perempuan-perempuan desa dalam menjaga bumi itu tidak kalah kerennya. Mereka tidak hanya konsisten memilah sampah kertas dan plastik untuk disetorkan sebagai sedekah sampah. Namun biopori yang dipasang sejak Januari silam masih terus dimanfaatkan. Bahkan endapan kompos yang dihasilkan di dalam biopori pun tidak luput dari perhatian.

Biopori di Tengah Halaman (Dokpri)
Biopori di Tengah Halaman (Dokpri)

Maklum, sebagian besar tetangga saya memang suka berkebun. Tidak heran jika endapan kompos dari biopori juga dimanfaatkan sebagai media tanam. Selain menanam aneka bunga dan empon-emponan, umumnya mereka juga menanam bumbu dan sayuran seperti daun bawang, serai, cabai, papaya, daun salam, bayam, kacang panjang hingga daun pandan.

Wawancara dengan Mbak Ema (Dokpri)
Wawancara dengan Mbak Ema (Dokpri)

“Lumayan banget lho mbak ada biopori ini. Selain mengurangi munculnya bau sampah dan lalat, endapan sampah organik yang saya masukkan ke dalam biopori ternyata bisa menambah subur tanaman-tanaman saya”, ujar Mbak Ema. Salah satu tetangga yang kebetulan satu grup dasawisma dengan saya. Saat mendengar cerita Mbak Ema, saya hanya bisa tersenyum sembari mengangguk tanda setuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun