Selain dapat merekam jejak lalu lalang kapal feri yang menghantarkan impian jutaan wisatawan ke Macao, tempat ini juga menawarkan bangunan unik yang dibuat mirip dengan berbagai pelabuhan ternama dunia seperti Venice, Amsterdam, Miami dan masih banyak lagi. Dapat membingkai gembira, tawa, pun canda di bekas pelabuhan elok di jamannya dengan latar berbagai pelabuhan ternama ibarat pemantik rasa bahagia yang bisa jadi bekal cerita yang takkan terlupa untuk anak cucu kita nanti. Wah menarik juga ya? Kalau bisa sih jelajah dan leyeh-leyehnya sembari nyemil si egg tart tadi, hehehe...
Tempat kedua yang sukses membuat saya jatuh hati tentu saja museum. Adalah Macao Museum dan Macao Maritim Museum yang bikin saya makin kesengsem sama destinasi wisata yang dikenal luas dengan kuliner Ayam Afrikanya ini. Macao Museum merupakan museum terbesar di Macao yang menyaikan sejarah terlengkap terkait perkembangan peradaban di Macao. Jadi bisa kebayang kan gimana keren dan banyaknya pengetahuan yang dapat di share dari tempat bersejarah ini?
Sedangkan Macao Maritim Museum merupakan museum yang menyajikan ragam cerita terkait kehidupan nelayan di sana, lengkap berbagai koleksi transportasi dari Tiongkok maupun Portugis. Menariknya lagi ternyata bagunan museum ini berbentuk kapal layar lho! Jadi tambah penasaran banget deh sama Macao!
Entah mengapa rasa-rasanya ada keterkaitan emosional antara saya dengan dunia perkapalan. Mungkin karena saya baru pulang live in di salah satu kota sungai di Indonesia. Ternyata mempelajari peradaban sungai selama empat bulan sukses menarik minat saya untuk kembali belajar sejarah kemaritiman dunia. Pun dengan dunia perkapalan. Habis baca buku Jukung Boat From The Barito Basin, Borneo karya Eric Petersen menggugah minat saya untuk berkunjung ke Macao Maritim Museum. Selain menambah pengetahuan, harapannya bisa menelurkan ulasan mendalam terkait hebatnya warisan perkapalan di Borneo dan juga Macao.
Yang terakhir, tentu saja mencicipi kuliner halal di berbagai resto halal yang ada di Macao sana. Penasaran banget sama Ayam Afrikanya Macao. Gimana nggak penasaran coba, di kawasan Asia berkultur campuran Eropa ini kok ya ada makanan yang namanya Ayam Afrika. Penasaran banget gimana akulturasi rasanya. Semoga saja segera kesampaian.
Salam hangat dari Jogja man-teman, -Retno-.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H