Engkau bagai angin pada kehangatan
Menghampiri untuk menghadiahkan kenyamanan
Namun, rupamu samar terlihat oleh netra ku
Apakah kamu ada?
Angin menerpa mengingat ku padamu
Langit menangis tidak menghalangi angin untuk memberitahu ku arti smara
Wujud asli mu yang masih belum tampak
Namun nama mu menjadi sumber abhipraya
Apakah akan tetap seperti ini?
Menunggu dalam keheningan malam
Berharap engkau kian datang
Engkau abhipraya dalam heningku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!