LEBARAN PAKAI BAJU LAMA? SIAPA TAKUT?
Lebaran selalu identik dengan tradisi mengenakan baju baru. Namun, di era yang semakin sadar lingkungan dan ekonomi seperti sekarang, tren ini mulai bergeser. Menggunakan baju lama untuk merayakan Lebaran bukan hanya menjadi pilihan praktis, tetapi juga wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
 Baju Baru: Tradisi atau Tekanan Sosial?
Mengenakan baju baru saat Lebaran memang memiliki sejarah panjang dalam tradisi masyarakat Indonesia. Baju baru sering dianggap sebagai simbol kebersihan, pembaruan, dan rasa suka cita dalam menyambut hari kemenangan. Namun, di era modern, makna ini sering bergeser menjadi tuntutan sosial.
Banyak orang merasa "tidak lengkap" jika tidak membeli pakaian baru untuk Lebaran. Bahkan, beberapa rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar atau berutang demi memenuhi ekspektasi ini. Padahal, esensi dari Idul Fitri bukanlah tentang barang baru, melainkan tentang kebersihan hati, rasa syukur, dan kebahagiaan bersama keluarga serta sesama.
Menggunakan baju lama saat Lebaran justru menjadi langkah yang relevan untuk melawan tekanan sosial yang berlebihan. Ini mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam memprioritaskan kebutuhan dan tidak terlalu terpengaruh oleh pandangan orang lain.Â
 Mengapa Memakai Baju Lama Adalah Pilihan Tepat?
1. Mengurangi Jejak Karbon
Industri fesyen adalah salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Produksi pakaian baru membutuhkan banyak air, energi, dan bahan kimia, yang semuanya berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Sebagai contoh, untuk memproduksi satu kaus katun, dibutuhkan sekitar 2.700 liter air, setara dengan kebutuhan minum seseorang selama dua setengah tahun.
Dengan memakai baju lama, Anda turut berkontribusi dalam mengurangi permintaan terhadap produksi pakaian baru. Langkah kecil ini membantu melindungi bumi yang kita tinggali.
2. Hemat Biaya