Mohon tunggu...
Liputan Islam
Liputan Islam Mohon Tunggu... -

pengamat media, anti-kapitalisme, anti sektarianisme

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa yang Mengambil Keuntungan dari Pembunuhan Charlie?

14 Januari 2015   01:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

(Diterjemahkan dari artikel berbahasa Inggris karya Pepe Escobar di Asia Times)*

Serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo di Perancis telah menewaskan 12 orang. Apakah Putin melakukannya? Sayangnya tidak. Tindakan seperti ini bukanlah gaya agresi Rusia, melainkan mirip dengan komando jihad. Dan atas kekacauan ini, siapa pihak yang akhirnya diuntungkan?

Perencanaan untuk menyerang Charlie Hebdo telah dipersiapkan dengan matang, terbukti dengan digunakannya Kalashnikov, roket peluncur, balaclavas (penutup kepala/ topeng), amunisi, rompi, sepatu tentara, dan Citroen hitam. Dari semua persiapan ini, yang paling mematikan adalah dukungan logistik yang sempurna. Lalu ada yang menyatakan bahwa mereka (penyerang) menggunakan bahasa Perancis dengan sempurna, namun sebagian menyatakan tidak.

Kita mulai dari Bahasa Perancis. Yang terpenting adalah, mereka bisa mengatakan kalimat ajaib, yaitu, “Kami adalah Al-Qaeda.” Lebih baik lagi jika mereka mengatakan pada masyarakat di jalanan seperti, “Kami adalah Al-Qaeda Yaman.” Dalam terminologi teror Amerika Serikat, akan dibangun argumen bahwa kelompok Al-Qaeda in Arabian Peninsula (AQAP) telah menargetkan editor majalah Charlie Hebdo sebagai target, dengan tuduhan menghina Nabi Muhammad. Dan untuk memastikan bahwa mereka adalah kelompok teroris Al-Qaeda, maka para pembunuh cukup dengan meneriakkan “Allahu Akbar, kami telah membunuh Charlie Hebdo, kami telah membela Nabi.” Apakah kasus lantas ditutup?

Nah, hanya butuh beberapa jam bagi polisi Prancis untuk mengidentifikasi pelaku penyerangan. Wajarkah ini? Yang ditetapkan sebagai tersangka adalah Said dan Cherif Kouachi, dua bersaudara berdarah Perancis-Aljazair. Lalu pengemudi Citroen hitam, Hamyd Mourad, 18 tahun, yang menyerahkan diri. Mereka semua mengenakan balaclavas. Saat ini, Kouachi bersaudara belum ditangkap, namun tampaknya pihak kepolisian telah mengetahui benar siapa mereka. Alasannya, kartu ID Kouachi tertinggal di Citroen hitam.

Lalu biografi Kouchi dipublikasi. Ia bersama enam orang lainnya, pernah dijatuhi hukuman pada tahun 2008 atas kasus terorisme. Namun saya perjelas lagi, ada lusinan pemuda Perancis telah menimba ilmu dari madrasah ‘terorisme’ pimpinan gembong Al-Qaeda Irak, Abu Musab al-Zarqawi, yang juga merupakan Bapak Spiritual bagi teroris ISIS.

Selanjutnya, narasi pun disiapkan untuk dikonsumsi publik. Kuncinya: kepolisian Perancis menduga kasus ini merupakan aksi terorisme ala jihadis Islam. Menurut mereka, teror ini kemungkinan dilakukan oleh para jihadis yang telah kembali dari Suriah, dan jihadis ini menerima perintah untuk melakukan penyerangan. Di sisi lain, dibangun argumen bahwa ada penjahat idiot yang melakukan serangan namun berpura-pura menyerupai Al-Qaeda.

Jika menggunakan argumen pertama, maka hal ini menunjukkan satu hal, yaitu: blowback (arus balik). Ya, bisa saja mereka adalah tentara bayaran ISIS yang dilatih oleh NATO (jangan lupa, Perancis juga anggota NATO) di Turki atau Yordania. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penyerangan ini adalah operasi bendera palsu. Bisa saja penyerang tersebut adalah mantan atau anggota pasukan khusus Perancis.

Citra Islam akan Terus Diperburuk

Bisa ditebak, penjaja Islamofascism sudah siap sedia dalam hitungan hari atau minggu bahkan tahun, untuk mendeskreditkan Islam. Mereka melupakan bahwa jutaan orang di Pakistan dan Irak terus menerus merasakan sakit karena mereka adalah korban atas gerakan jihad. Apalagi, secara langsung maupun tidak, sampai hari ini Barat adalah pihak yang paling diuntungkan selama beberapa dekade atas kekacauan di Timur Tengah. Coba pikirkan jerit tangis rakyat Pakistan, Yaman, Suriah, Irak, ataupun Libya. Pikirkan bagaiamana kondisi di Kota Sadr sepuluh kali lebih buruk daripada Paris.

Apakah kebijakan Presiden Perancis Francois Hollande bisa dikategorikan luar biasa barbar ketika mengirim, mendukung, dan menyuplai teroris yang berada di Suriah dan Irak? Perancis merupakan negara di garis depan yang mensponsori terorisme, dan baginya, membantai rakyat di Aleppo dan Tripoli adalah hal yang baik, asal jangan lakukan hal tersebut di Paris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun