"Wah...tarian itu sangat indah. Penarinya cantik-cantik atau gagah-gagah". Kadang kita mendengar kalimat-kalimat seperti itu ketika sekumpulan orang sedang menyaksikan sebuah pertunjukan. Sebelum kita berbicara lebih lanjut, perlu kiranya dijelaskan tentang tarian, menari dan penari. Tarian adalah suatu rangkaian gerak dari awal sampai akhir yang menceritakan tentang sesuatu. Sifatnya kata benda. Sedang menari adalah eskpresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam gerak-gerak ritmis (Soedarsono). Sifatnya kata kerja dan yang melakukannya disebut penari. Dalam menari ada elemen-elemen di dalamnya. Antara lain :
1. Ruang. Ruang adalah tempat untuk melakukan suatu tarian. Tidaklah mungkin sebuah tarian tercipta tanpa ada tempat.
2. Waktu, maksudnya adalah setiap gerak yang dihasilkan membutuhkan durasi waktu. Misal 5 menit, 10 menit atau 15 menit. Supaya ada variasi gerak dan tidak monoton.
3. Tenaga. Ini adalah penarinya. Setiap penari yang melakukan gerak tarian pasti menggunakan tenaga. Entah lembut, keras, cepat atau lambat tergantung jenis tariannya.Â
Untuk tari gaya Surakarta dibagi lagi menjadi tiga, yaitu tari putra gagah, tari putra alus dan tari putri. Contoh tari putra gagah antara lain : tari Watang, Bugis Kembar, Eko Prawiro, Anilo Prahasto dll. Contoh tari putra alus : tari Gunungsari, tari Gambiranom, tari Sancoyo Kusumawicitro dll. Sedangkan contoh tari putri antara lain : tari Gambyong, tari Golek Manis, tari Kukila, semua jenis tari Srimpi, semua jenis tari Bedoyo dll.Â
Dari semua contoh-contoh jenis tari diatas adalah jenis tari tradisional dengan sekaran-sekaran/gerakan yang sudah pakem. Berbeda lagi dengan tarian kreasi. Meskipun pijakannya masih tari tradisi, tarian kreasi sifatnya lebih bebas. Baik dari sisi gerak, rias busana, pola lantai sampai jumlah penari.Â
Salah satu contoh tari kreasi adalah tari Sesaji. Tarian yang selalu ada dalam acara Dies Natalis Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Susunan gerak dan iringannya selalu berbeda pada setiap Dies Natalis. Karena penggarapannya dipercayakan pada dosen yang berbeda. Dosen tari sebagai penanggung jawab tarian dan dosen karawitan sebagai penanggung jawab iringannya. Keberbedaannya inilah yang membuat tarian ini ditunggu performnya. Semua disajikan secara langsung (bukan rekaman). Terutama untuk gendhing-gendhingnya. Dan yang pasti, karena tari Sesaji inilah Dies Natalis ISI Surakarta menjadi berbeda dengan Dies Natalis pada perguruan tinggi lainnya. Adapun maksud dari tari Sesaji adalah ungkapan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat. Sehingga ISI Surakarta mampu menapaki tahun demi tahun untuk menuju lebih baik.Â
                                                       SALAM BUDAYA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H