Mohon tunggu...
Lipstick
Lipstick Mohon Tunggu... -

don't KEEP CALM it's time to move on!!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Liburan Long Wik En, Saat Aji Mumpung

21 April 2014   06:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malioboro di malam hari

[caption id="" align="aligncenter" width="631" caption="Malioboro di malam hari (indonesian-tour.com)"][/caption] Liburan panjang adalah liburan yang dicari-cari semua warga yang kantoran maupun bukan. Jumat 18 April 2014 adalah hari libur nasional, tentunya merupakan liburan akhir minggu yang ditunggu-tunggu apalagi ujian nasional tingkat SLTA sudah selesai, jadi "long wik en" adalah liburan yang pas buat mendinginkan otak. Biasanya selama ada musim liburan baik itu liburan hari raya, liburan sekolah, atau liburan harpitnas, kota-kota wisata selalu kebanjiran turis dari kota lain. Di saat-saat seperti inilah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh industri pariwisata dan ritel dan tentunya industri atau jasa penunjang seperti transportasi turut berpartisipasi. Hotel menyiapkan paket liburan, toko atau mall menyiapkan acara menarik berupa diskon atau pembelian berhadiah dan tentunya pengadaan barang jualan yang cukup, restoran atau lesehan menyediakan makanan yang cukup sampai tengah malam. Sayangnya jasa transportasi tidak menunjang momen ini dengan baik. Sebagai warga Jogja yang sangat tergantung dengan transportasi umum, Sabtu kemarin 19 April 2014, saya dan saudara mengalami kesulitan mendapatkan transportasi umum di daerah Malioboro dengan tarif standar. Pergi menuju Malioboro membutuhkan waktu sekitar 1.5 jam termasuk menunggu bus Transjogja dari shelter Kentungan. Masih bisa dimaklumi, karena alasan klasik dan basi muncul yaitu macet dan bus penuh. Bahkan sampai ada sesama penumpang bus yang tidak dapat naik karena bus penuh, dan baru bus ketiga akhirnya berhasil naik, itupun juga harus maksa, terjadi di shelter Condong Catur. Malam hari, beberapa menit menuju jam 21.00, kami berencana menggunakan bus Transjogja, tapi ditolak karena jalanan memang sedang macet di jalan P. Senopati. Jangankan untuk kembali ke Kentungan sampai Samsat saja ada kemungkinan tidak, karena jam operasi Transjogja hampir habis yaitu jam 21.30. OMG!!! O Em Ji !!! Hellooooowwww..... Ini malam minggu, long wik en gitu loh! Kota Jogja adalah kota tujuan wisata, kemana saja orang-orang dinas pariwisata? Apakah tidak ada koordinasi antara Pemimpin Transjogja dengan Pemkot? Bagaimana bisa menjadi kota pariwisata tujuan wisatawan yang nyaman kalau transportasi Transjogja saja jam 9 malam sudah hitung-hitungan karena mendekati berakhirnya jam operasi? Naik taxi donk! Ya itu memang pilihan kedua, plan B. Ternyata "aji mumpung" juga melanda para supir taxi. Mumpung lagi long wik en, ramai turis, kapan lagi ada kesempatan kalau tidak menggunakan tarif borongan. Dua kali panggil taxi yang ada adalah tarif borongan yang diminta, yaitu 2 kali dari tarif menggunakan meteran. Pikir-pikir dululah...... Sudah lebih dari jam 9 malam, suasana Malioboro masih ramai pengunjung, bahkan lalu lintas di jalan Malioboro cenderung padat merayap. Sambil menyusuri Malioboro, ternyata masih banyak lapak-lapak yang masih menjajakan dagangannya, mumpung masih ramai yang lalu lalang, kenapa tidak membuka lebih lama sedikit? Bahkan toko-toko kecil yang biasanya jam 7 atau 8 malam sudah tutup, ternyata masih buka. Penjual wedang ronde saja bertumpuk, setiap beberapa meter pasti ada, dan ramai pembeli, padahal kalau malam minggu biasa tidak sebanyak itu. Setelah jalan cukup lama menyusuri Malioboro, kami putuskan cari taxi lewat hotel Ibis, ternyata taxi kosong....silakan cari di jalan Mataram atau Malioboro. Balik lagi ke jalan Malioboro dengan harapan dapat taxi dan potong jalan di depan hotel Ibis sehingga tidak perlu bermacet ria di Malioboro, untung saja dapat taxi yang menggunakan meteran. Seandainya tidak dapat taxi, tentunya alternatif menggunakan harga borongan adalah pilihan terakhir. Atau bisa saja naik becak, siapa tahu kuat sampai Kentungan dan begitu sampai rumah langsung kerokan.... Siapa tahu bisa dapat tukang becak yang baik hati tidak ngeselin seperti pengalaman dulu. Tidak heranlah kalau penjualan motor di Jogja itu laku keras, bahkan mobil "city car" sudah mulai banyak berseliweran di jalan-jalan. Kalau Jogja tidak cepat-cepat berbenah, penyakit kemacetan akan susah disembuhkan dan nasibnya akan seperti kota Bandung, dimana warga Bandung diam di rumah kalau ada liburan long wik en, karena tidak tahan dengan kemacetan yang terjadi sepanjang akhir minggu. Ayo Jogja cepat berbenah agar menjadi kota tujuan wisata yang nyaman dan ngangenin, bukan kota wisata yang macet dan ngeselin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun