Mohon tunggu...
Lipstick
Lipstick Mohon Tunggu... -

don't KEEP CALM it's time to move on!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Bedanya Santa Claus dengan St. Nicholas?

5 Desember 2011   07:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santa Claus (webdesignhot.com)

[caption id="" align="alignleft" width="237" caption="Santa Claus (webdesignhot.com)"][/caption] Santa Claus merupakan bagian dari kehidupan anak-anak. Biasanya dipakai sebagai alat untuk meningkatkan penjualan barang-barang yang berhubungan dengan perayaan natal dan sebagai bagian dari komersialisasi, bahkan cenderung meningkatkan budaya konsumerisme. Kemunculannya hanya setahun sekali dan dalam jangka waktu yang singkat. Santa Claus digambarkan dapat terbang dari North Pole, untuk sebagian orang Santa Claus menggantikan kehadiran bayi Yesus. Santa Claus tidak lah jelek! Saint Nicholas merupakan panutan hidup bagi semua orang, sebagai seorang Uskup dari Myra (Turki) dia menceritakan tentang kedatangan bayi Yesus, kedamaian dan semua maksud baik dari pesan-pesan natal, dan perasaan simpati terhadap kehidupan sosial. St. Nicholas adalah salah satu dari sekian banyak orang suci yang ada disekeliling kita dan memberikan banyak contoh kehidupan dan doa (agama Katolik). Kedatangannya digambarkan dengan berjalan kaki dan membawa barang-barang bagi yang membutuhkan, dan untuk semua itu mempersiapkan orang-orang untuk menyambut kedatangan bayi Yesus. St. Nicholas lebih baik dibanding Santa Claus.

St. Nicholas dari Myra Hal-hal lain yang juga membedakan kedua tokoh ini adalah
  • Santa Claus puncak acaranya tanggal 24-25 Desember, St. Nicholas dirayakan pada 6 December (di Belanda dirayakan 5 Desember).
  • Santa Claus dapat dijumpai di Mal, Dept. Store, sedangkan St. Nicholas biasanya di Gereja, Rumah Sakit, Sekolah, Panti Asuhan.
  • Santa Claus digambarkan pendek gemuk, St. Nicholas kurus dan tinggi.
  • Santa Claus memakai Topi Kaos berwarna Merah, St. Nicholas memakai topi Uskup dan membawa tongkat panjang (layaknya pakaian seorang Uskup - Gereja Katolik).

Di Indonesia, Sinterklaas yang menurut versi Belanda datang dari Spanyol, dirayakan pada setiap tanggal 5 Desember, dan tokoh Zwarte Piet (orang Moor) digambarkan sebagai pembantu Sinterklaas untuk membawa kantung besar berisi hadiah untuk anak-anak baik dan sapu lidi untuk anak -anak nakal. Sayangnya karena ketidak tahuan masyarakat kita atau terlalu melekat tokoh Santa Claus versi Amerika, sehingga penggambaran tokoh tersebut menjadi kacau. Sering kita lihat Santa Claus lengkap dengan baju dan topi merah tidak lupa rambut dan jenggot putih didampingi oleh tokoh lain yang menggambarkan sebagai Piet Hitam. Kacau sekali! Biasanya Santa Claus digambarkan bersama Rudolph, sang rusa, dan Elf, pekerja di pabrik mainan Santa Claus, kadang-kadang Mrs. Claus juga ditampilkan walaupun sangat jarang sekali, hanya di film. St. Nicholas juga akhir-akhir ini digambarkan dengan salah kaprah atau salah pengertian. Kita pastinya pernah diajarkan untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja, jangan pernah berbuat jahat. Bagi anak-anak berbuat atau berkelakuan baik bisa berupa tidak nakal di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, nurut kata orang tua, dan lain-lain, berkelakuan jelek tentu sebaliknya. Semua perbuatan kita apakah baik atau jahat/jelek tentunya membawa akibat pada akhirnya. Pada anak-anak divisualkan dengan hadiah, tentunya peran orang tua dalam hal ini sangatlah penting. Tidak ada kebohongan dalam perayaan St. Nicholas, karena inti dari perayaan St. Nicholas adalah berbagi kebahagiaan kepada teman-teman dan orang-orang sekitar yang tidak mampu, sesuai dengan apa yang pernah dijalani oleh St. Nicholas dari Myra selama hidupnya. Dikatakan juga kalau St. Nicholas dicopot gelar Santo-nya, dan itu tidak benar. Jadi pada hari ini 5 Desember adalah hari Sinterklaas berbagi kebaikan dan 6 Desember adalah hari Kudusnya St. Nicholas sebagai seorang Santo (orang suci bagi agama Katolik). Sumber: St. Nicholas Center

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun