Mohon tunggu...
Lipstick
Lipstick Mohon Tunggu... -

don't KEEP CALM it's time to move on!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Apa Dengan Indonesia?

3 Mei 2012   09:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="554" caption="tvfanatic.com"][/caption] Berita tentang seorang ibu di Surabaya yang dengan tega merantai anaknya 26 tahun yang menderita kelainan selama 8 tahun di tempat tidur. Selain itu sang ibu juga meminta ransum sebesar Rp. 45 milyard untuk pembebasan si anak kepada mantan suaminya yang berkebangsaan Selandia Baru.

Pihak imigrasi bahkan memberikan tambahan waktu 5 bulan lagi kepada si Ibu untuk tetap merantai anaknya yang telah 4 tahun menjadi penduduk illegal karena visanya sudah kadaluarsa 4 tahun yang lalu, si anak adalah penduduk Selandia Baru dan ayahnya telah mendapat hak perwalian anak sejak mereka berpisah tahun 1992. Sejak 8 tahun yang lalu ia melarang mantan suaminya menjenguk anaknya tersebut.

Berita lainnya adalah kematian gajah sumatra, binatang yang dilindungi, diduga mati diracun oleh pemilik perkebunan kelapa sawit di Aceh Jaya. Gajah betina berumur 18 tahun ditemukan hari Senin 30 April 2012 terkapar dengan mulut berbusa dan darah di duburnya, ini adalah pertanda bahwa gajah tersebut diracun.

Berita yang tak kalah tragis dengan kedua berita di atas adalah masalah Gereja GKI Yasmin. Walikota Bogor, Diani Budiarto menyatakan GKI Yasmin dapat dibuka Gerejanya asalkan dibangun mesjid di dekat Gereja tersebut (seperti Gereja Katedral dan Mesjid Istiqlal di Jakarta yang bersebrangan). Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah surat kepada Dewan Pertimbangan Presiden (Wantipres) pada Rabu 2 Mei 2012.

Tentunya pernyataan ini menimbulkan pro-kontra, karena atas biaya siapa mesjid itu dibangun, tanah siapa yang dipakai untuk mesjid, bahkan ada yang mengatakan ide itu bagus karena berarti setiap ada gereja ada mesjid dan ada juga pura dan vihara (surat pembaca).

Ada apa dengan Indonesia?

Tiada hari tanpa berita-berita yang membuat pembacanya mengerutkan kening, tersenyum geli, melongo karena ada permintaan aneh dari seorang pejabat, bahkan sampai sedih karena ada berita pembunuhan terhadap binatang yang dilindungi, atau ada juga yang acuh tak acuh dengan berita yang ada selama tidak mengganggu kehidupan pribadi.

Sebagai miniaturnya Indonesia, kita bisa melihat tulisan yang bermunculan di Kompasiana setiap harinya. Kadang  tahu berita ya dari Kompasiana, baru setelah itu cari-cari di media online.

Tulisan yang ada bermacam-macam mulai dari pemberitaan apa-apa yang berhubungan dengan Israel atau Yahudi pasti menarik minat pembaca dan komentar. Tulisan tentang kehidupan di Arab dan sekitarnya juga sangat-sangat hangat cenderung panas. Apalagi kalau tulisan tentang Akun Kloning itu juga seru sekali, karena setiap kompasianer yang menyumbang komentar pasti akan dicek kapan daftarnya dan siap-siap dituduh akun palsu atau kloning kalau ternyata tanggal daftar di kompasiana sama atau beda beberapa hari dengan komentar pertamanya. Akun terverifikasi juga sudah bukan jaminan, karena ternyata justru mereka yang terverifikasi malah membuat tulisan hoax dan vote hoax.

Banyaknya ragam tulisan, komentar menggambarkan beraneka ragam kompasianer di blog keroyokan ini,kita lihat Admin juga kewalahan mengatur para kompasianernya, baik tulisan maupun komentar yang di luar jalur tata tertib, ibarat Presiden Indonesia juga kewalahan mengatur pejabat dan rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun