Mohon tunggu...
Liphun Asmara
Liphun Asmara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa aktif di Universitas Telkom

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tatapan Secangkir Kopi

25 Maret 2014   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi, tidaklah sekedar hasil ekstraksi biji tanaman kopi, tetapi kopi merupakan sebuah kata penuh makna. Membuat inspirasi menjadi deskripsi. Kopi, sebagai teman dalam sepi ataupun tawa. Dalam kopi, terdapat beribu makna yang menceritakan kehidupan ini. Kopi bukan hanya sekedar rasa, melainkan rasa yang dapat mengisi kekosongan hati dan pikiran. Hati yang terbimbangkan oleh sebuah Cinta, mampu mengungkapkan beribu kata ketika ditemani secangkir kopi.

Bagi sebagian orang, kopi memanglah sebuah minuman. Dan yah! Memang hanya minuman. Tapi bagiku, ketika ada secangkir kopi, seperti sebuah cahaya sahabat yang menatap mata dengan penuh kehangatan. Tak bisa Aku pungkiri, ketika tidak ada kopi, susah bagiku untuk berpikir. Ketika sebuah rasa di hati sulit tuk diungkapkan, Kopi lah yang menjadi motivasi. Motivasi tuk menerjemahkan bahasa hati menjadi sebuah ungkapan. Ungkapan yang terkadang tak pernah ku pahami, meski itu terlontar sendiri dari mulutku. Kopi seperti memiliki kekuatan magis untuk menghipnotis pikiran ini. Pikiran yang belum mampu menentukan sebuah titik, tapi Kopi memberikan cahaya kepada pikiran untuk mencapai titik itu.

Korban Kopi. Mungkin itulah sebutan yang pas untukku. Untuk pikiranku yang telah termutilasi oleh kopi. Sebuah minuman yang ada pada wadah yang bernama cangkir. Pikiranku yang ketergantungan terhadap kopi. Memberikan energi positif disetiap kegiatanku. Rasa kopi mampu menjadi pengungkap rasa hati. Manis atau pahitnya kopi mampu menjadi sebuah makna. Aku pernah terjebak pada sebuah ruang pikiran yang gelap dan hampa. Pikirian yang kebingungan terhadap masalah yang ada di depannya. Susah untuk keluar dari masalah itu. Namun semua berubah setelah Kopi menyerang. Semua berubah, motivasi dan dorongan pun dating, memberikan cahaya tajam kepada pikiran ini untuk menembus dinding masalah yang ada di depan.

Cinta. Aku mulai berpikir kalau cinta dan kopi itu memiliki hubungan. Hubungan yang tak biasa. Di mana ada cinta, disitu ada kopi. Kopi dapat menghangatkan cinta. Ada saat di mana ketika aku terjebak dalam lika-liku cinta, kopi dating untuk membantu melewati lika-liku itu. Aku pernah mempunyai rasa cinta kepada seorang wanita, tapi tak mampu aku ungkapkan. Tak mampu aku ungkapkan dalam artian susah tuk aku jelaskan. Semakin lama perasaan itu tak terungkapkan, semakin sesak pula hati ini. Menceritakan hal ini ke teman pun tak memberikan solusi. Tapi jawaban berbeda aku dapatkan ketika bersama secangkir kopi.

Kopi yang menemaniku malam itu, hitam pekat tertutup ampas, seperti seorang wanita cantik yang punya kepribadian jelek. Jangan menilai kopi hanya dengan melihat tampilannya saja, tetapi rasakan kopinya, sensasinya, baunya, serta inspirasi apa yang ada disekitar kita yang dapat kita ambil. Jadikanlah kopi sebagai penutup kesepian dan kesendirian kita, kenal kopi lebih dalam lagi, dan kopi akan menunjukkan dia yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun